Kalau lahan itu di sewakan, setiap bulannya kamu dapat pemasukan tambahan. Lumayan buat tambah-tambah modal nikah atau keperluan lain seperti sogok si Marni biar baik sama kamu. Marni kan senang diberi hadiah, dia bakal baik kalau kita kasih sesuatu. Sudah, terima saja tawaran pak Nino. Hanya sebagian ini.
Dengan penuh pertimbangan Khiya menyetujui usulan ibunya untuk menyewakan sebagian lahannya.
saat pulang dari kebun teh Khiya melewati tanah milik keluarganya. Langkah Khiya memelan saat di atas sana terlihat tenda yang di dalamnya terdapat tanaman. Karena penasaran, Khiya menaiki undakan tangga tanah melihat apa yang terjadi.
"Selamat datang di Gofarm" Khiya menoleh dan disanalah Nino sedang berdiri menatapnya dengan kedua tangan yang di sembunyikan kedalam saku lalu berjalan menghampiri Khiya
"...gofarm?" bisik Khiya.
"Hidroponik" Khiya masih mentapnya bingung
"Sistem penanaman tanpa media tanah tetapi menggunakan larutan air yang mengandung nutrisi"
"Tanaman tanpa tanah memang bisa?"
"Kami menggantinya dengan kerikil, pasir kasar, sabut kelapa dan serat kayu, mau masuk?" Terlanjur penasaran Khiya mengangguk.
Khiya tidak bisa menahan decakannya saat memasuki area tanaman, sangat sejuk, rapih, dan bersih.
"Zakhiya, ini pak Dani yang mengelola semua tanaman disini ditemani beberapa mahasiswa magang" Zakhiya gugup karena belum pernah di perkenalkan seformal ini
"Zakhiya"
"Dani, selamat datang di gofarm Mba zakhiya"
"Pak Dani asal Semarang" Nino mengisyaratkan pak Dani untuk melanjutkan pekerjaannya.
Para pegawai disana masih muda seumuran Khiya dan berbaju rapih.
"Kenapa hidroponik?" Nino menoleh kepada Khiya yang mengekori nya
"tanah yang kamu sewakan unsur haranya sedikit, pertama. Kedua tidak bergantung pada kondisi alam, ketiga pertumbuhan tanaman cenderung lebih cepat, keempat tidak membutuhkan tenaga yang cukup banyak dan kelima.... mencoret satu mimpi saya"
"Mencoret satu mimpi?"
"Saya pernah melihat tanaman seperti ini di Jepang. sejuk, sederhana, dan menyenangkan." Nino menghadapkan dirinya pada Khiya sambil menatapnya santai
"Bagaimana? nyaman disini?" Bibir Khiya tertarik ke atas namun itu bukan sebuah senyuman kemudian ia mengangguk. seakan menular Nino ikut mengangguk dua kali
"Saya berhasil meraih mimpi saya lainnya" Sorot mata Nino yang memancarkan kebahagiaan meskipun raut wajahnya datar.
"Pak Nino punya banyak mimpi?"
"Harus" Khiya tertegun sambil mengeratkan tali keranjang teh
"Banyak yang bilang beranjak dewasa sudah tidak memikirkan mimpi"
"Gitu ya? Kamu punya mimpi?" Khiya membalas tatapan Nino
"Dulu saat kecil saya ingin menjadi guru"
"Lalu?"
"Menjadi guru harus lanjut sekolah perguruan tinggi, saya tidak pintar dan pasti masuk perguruan tinggi swasta. Kalau masuk swasta bayarnya mahal. Daripada kakek menjual tanahnya lebih baik—— " kenapa Khiya harus menceritakan masalahnya pada Nino?, khiya mengintip Nino lewat bulu matanya "ekhm tidak jadi"
"hampir sore, Khiya pamit assalamualaikum" Khiya kembali menunduk lalu memutar tumitnya
"Zakhiya" langkah Khiya terhenti lalu menoleh ke belakang
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Balik (End)
RomanceKhiya dan Mahesa adalah sepasang petani yang menitipkan hati satu sama lain. melalui kasih, ada satu dunia yang hanya mereka tempati. melalui kasih, mereka adalah pasangan sehidup semati. melalui kasih, apakah bersama adalah pilihan yang pasti? Ba...