36. Profesional

1.5K 187 1
                                    

"Bayar hampir sejuta, kegiatan camp ngga lebih dari sejam. Berasa ngambil gaji buta" Gerutu Sri setelah keluar dari salah satu camp tempat mereka mengajar, ketiganya berjalan ke warung makan sebelah camp tumben-tumben an juga Brian mau bergabung.

Setelah itu mereka akan melanjutkan visit camp khusus pria, pasti membutuhkan lebih tenaga. Bukannya bermaksud sombong, walaupun tubuh Sri antonim dari gitar, wajahnya cantik luar biasa, hal itu di buktikan oleh anak bayi yang menatap wajahnya lama, kata Mama kalau bayi menatap lama tandanya orang itu cantik, belum lagi disampingnya ada Zakhiya yang kinclongnya keterlaluan pasti anak camp makin susah diatur.

"Ngga jelas banget lagi, cuma games, tebak-tebakan film. Beda banget sama camp Bu Nyoman, materinya lebih detail, kegiatan camp nya produktif, lebih lama, lebih murah lagi"
Hanya ada dua meja disana yang salah satunya sudah diisi oleh pemuda

"Kalau ngga nyama resain aja, ngga usah ribet"

"Entar, beres tes gue resain" jawabnya jengkel. Maksud Sri bukan resain tapi harus dibetulkan manajemen kursusannnya

"Jadi ambil IELTS?" Tanya Zakhiya yang diangguki oleh Sri

"Ngga ada TOEFL di Eropa clong, sekalipun Perancis"

"Ambil Eropa lo?" Tanya Brian

"Eits ngga ngambil juga, entar gue di marahin sama mama Eli" sudah lah, memang lebih baik Brian diam

Gadis itu cekikikan "Perancis is my dream mas"

Zakhiya tersenyum mendengar tujuan Sri datang ke desa ini. Semata-mata untuk belajar bahasa Inggris untuk persiapan s2 di luar negeri. hampir semua teman-teman tutornya, teman sekelasnya, memiliki tujuan yang sama yaitu melanjutkan sekolah. Khiya selalu senang mendengar mimpi-mimpi mereka bahkan membuka les privat untuk persiapan dasar namun disaat yang sama Khiya merasa kosong karena kedatangannya kesini tidak ada tujuan selain menghindari perjodohan dengan Fadil dan Adiknya Haikal. Makanya beberapa kali Zakhiya merasa hilang arah dan mempertanyakan apa yang ia mau.

"Pesen dulu" hanya sri yang memesan makanan sedangkan Zakhiya dan Brian hanya pesan minum

"Goals lo apa, Khiya?" Pertanyaan itu selalu Khiya dapatkan dari banyak orang tidak hanya Brian

"like water, life must flow, sometimes life is much happier when there is no goal" Khiya hanya mengutip nasihat Nino saat ia bercerita tidak percaya diri karena tidak memiliki tujuan seperti teman-temannya. Terkadang pula hidup mengalir dan hanya memikirkan manfaat untuk orang lain membuat Khiya bahagia.

"Halah, mirip Romi lu, sok ngga punya goal tau-taunya keterima di Columbia" sri mengibaskan tangannya

"Jangan percaya beb, kinclong sesat, dia kaum GG"

"Apa?"

"Gerakan Ghaib"

Ck ada ada saja

Pria itu akhirnya pesan makanan setelah beralasan kenyang. Tiba-tiba perutnya demo meminta asupan setelah melihat cara makan Sri

"Lo apa beb, goals lo?"

"Cari kelemahan"

"Astagfirullah" jawabnya dramatisir

"Dosa lo cari-cari kekurangan orang lain" nasihatnya

"Biarin"

"Karena itu kamu banyak ngambil kelas tapi sering bolos" sahut Zakhiya

"Lebih tepatnya analisis pasar dan kompetitor"

"Serius lo mau buka usaha?" Tanya sri antusias yang diangguki langsung oleh Brian.

Titik Balik (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang