32. Sayap yang patah

1.7K 203 9
                                    

Puluhan butir kentang Khiya basuh di pancuran air yang berada samping rumah keluarganya. Tangannya bergerak cepat memusnahkan tanah-tanah yang menempel di kentang "kok sudah olah kentang lagi, katanya lagi sakit?"

Tanpa menoleh Zakhiya sudah tau pemilik suara itu "bosan Ning" hening ikut berjongkok di samping Khiya

"Paksain gitu tidak takut semakin parah?"

Zakhiya tak menyahut

"Kamu juga yang beli kentang-kentang ini langsung dari pengepul?"

Zakhiya menggeleng "sekarang ada jasa antar, aku pakai itu" Lalu menoleh pada hening yang kini ikut membantu membersihkan kentang

"Kamu ada apa kesini?" tanya Khiya datar

"Jenguk sahabat akulah"

"Tahu dari mana aku sakit?"

"Tadi dari ibu" Hening menyengir, sebenarnya kedatangan hening ingin memberi tahu soal lamaran dia yang dilaksanakan minggu depan, berharap Zakhiya datang. Tetapi kabar zakhiya yang pulang lebih cepat sampai sakit seperti ini lebih mengundang perhatiannya  apalagi ibunya zakhiya bilang mereka ada masalah

"Aku kira kamu masih di Jakarta"

Zakhiya tidak menyahut, tangannya menyumpal aliran air lalu mengambil pisau untuk mengupas kentang

"Bang Mahes berubah Ning" gumamnya tanpa harapan

"Berubah apanya? Lebih baik atau sebaliknya?" Tanyanya penasaran namun tersadar bahwa ia harus hati-hati karena raut temannya sangat putus asa

"Tidak tahu" yang jelas Mahesa jauh lebih hebat dan sangat sulit di tebak. Pria itu mudah membuatnya melambung sekaligus mudah membuatnya ketakutan, dan satu lagi, tatapan mahesa tidak setulus seperti biasanya.

"Aku takut Ning, Mahesa berpaling ke perempuan yang setara dengannya" lingkungan pertemanan Mahesa sudah seperti kumpulan orang sukses yang ada di TV, apalagi saat mengingat seorang perempuan yang dibantu Mahesa lalu berniat balas budi dengan mentraktirnya di diskotik.

"Sedangkan kamu tau sendiri Ning, aku gadis kampung yang tidak berpendidikan"

Hening tidak suka Khiya berbicara seperti itu "jangan rendah diri seperti itu, kamu jauh lebih hebat dari yang kamu kira Khiya. Kamu pintar jaga diri, berbakti sama orang tua, mandiri dan jago bahasa Inggris. Kekurangannya hanya satu-" Hening memperlihatkan telunjuknya

"Irit senyum"

Kalau tidak melihat Zakhiya yang terlihat lemah begitu, Hening enggan membantu mengupas kentang karena traumanya yang pernah tertusuk pisau saat mengiris mangga.

"Bang Mahes sudah tahu kamu sakit?" Zakhiya menggeleng lemah

"Tiap kamu sakit kok bang Mahes tidak diberi tahu?"

"Bang Mahes sibuk, apalagi sekarang kuliah"

"Lah, terus gimana lamarannya?" Itu yang membuat Zakhiya putus asa dan khawatir. Hanya Hening lah yang tahu cerita dia dengan Mahesa sedari kecil, karena itu Zakhiya menceritakan kejadian yang membuatnya bertengkar dengan Mahesa

Hening tak dapat berkata apa-apa selain menyemangati sahabatnya, asumsinya mengenai kedua orang yang ia kenal baik lebih baik ia simpan

"Bang Mahes tidak mungkin ninggalin aku kan Ning?"

"Kamu seperti tidak percaya Tuhan aja, serahkan semuanya sama pemilik hati. Kalaupun bang Mahes pergi, itu pertanda ada yang Tuhan persiapkan  jauh lebih baik dari bang Mahes" Hening mengusap bahu Khiya untuk menenangkan "Aku sedih loh, lihat kamu kayak berharap penuh sama bang Mahes. Udah ya serahkan semuanya sama Tuhan" lanjutnya

Titik Balik (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang