27. Terulang kembali

1.4K 189 1
                                    


"Asalkan terus bersama abang, Khiya tidak keberatan. Dimanapun itu" walau Nino selalu membujuknya membuka kursusan bahasa asing di kampung. Jelas Mahesa lebih penting.

Mahesa tersenyum tak sampai mata mengalihkan tangan bebasnya menggenggam tangan Khiya. "Zakhiya, bulan depan abang mulai kuliah lagi" jelasnya pelan-pelan

"Maksud abang S2?" Anggukan Mahesa membuat sendi-sendi Khiya meremang. apa sebodoh itu ya, sampai Khiya tidak diajak diskusi sebelum memutuskan lanjut sekolah

"Abang kan kerja, kenapa kuliah lagi?"

"Justru itu, abang kuliah sambil kerja buat penuhin kualifikasi posisi yang lebih tinggi"
Sorot matanya sangat serius hingga mengunci bola mata Khiya agar tetap menatapnya

"Bukan abang tidak puas dengan posisi abang sekarang, tapi perusahaan abang ada jenjang kerirnya. Memberikan kesempatan untuk para pegawainya berkembang. Nantinya skill abang bertambah, pendapatan pun bertambah" Khiya masih diam menyoroti mahesa yang tampak belum selesai dengan penjelasannya

"Kamu ataupun abang pasti punya tujuan yang sama. Sama-sama tidak mengharapkan nasib anak-anak sama dengan orang tuanya. Mereka harus lebih dari kita, mendapatkan pendidikan yang layak, lingkungan yang produktif, dan tidak kekurangan kasih sayang sedikitpun dari orang tuanya. Ini Jakarta Zakhiya, keras banget. Abang harus pintar-pintar mencari peluang kalau ingin bertahan dan mewujudkan keinginan, mumpung masih muda. Abang harus merencanakan semuanya matang-matang. Supaya kelak kebutuhan kamu, anak-anak, keluarga abang bahkan keluarga kamu bisa terpenuhi" walau berbicara penuh tekad, tatapannya penuh permohonan.

"Sampai sini, Bisa kamu pahami maksud abang?"

"Selain tentang keinginan abang, Khiya tidak menemukan hal lain yang harus di mengerti terutama soal hubungan ini" Khiya menarik tanganya dari genggaman Mahesa seraya menatap lurus

"Semuanya tentang keinginan abang yang tidak ada habisnya" kerutan di dahi Mahesa semakin jelas

"Sebentar -kamu salah pah—"

"Jangankan keadaan abang yang sekarang, saat abang jadi petani pun Khiya siap mendampingi" sekali lagi mempertegas kalimat yang selalu ia ucapkan pada Mahesa berdalih menyemangatinya "Abang terlalu berlebihan"

Berlebihan?????

Alis Mahesa menukik tajam "Kamu bilang apa barusan? Berlebihan?" Decihnya menatap nanar Zakhiya

"Abang terlalu menuntut diri menjadi sempurna" Khiya mengulangi kalimat pak Nino yang dirasa benar "tapi mau sampai kapan?"

"Tanggung jawab abang itu banyak. Per—"

"Iya Khiya paham, tapi abang itu berlebihan, jangan sampai abang jadi orang yang selalu mementingkan uang dan uang. Uang bukan segalanya"

Ck, Mahesa menghela nafas berat menahan panas yang bergumul dalam dadanya hingga membuat tenggorokan tercekat. Dari tadi ucapannya selalu di potong

"Segalanya butuh uang-"

"Liat—"

"Jangan potong ucapan abang!" Pertama kalinya dalam sejarah, Mahesa membentak Khiya sampai membuat tubuh kurus sang kekasih bergetar dan tercengang "tunggu sampai selesai" sambungnya dengan nada yang melunak menyadari ketakutan Zakhiya.

"Kalau kamu lupa, abang berjuang mati-Matian seperti ini demi masa depan kita walaupun-" Mahesa menekan kata terakhir itu "kamu merasa cukup dengan semuanya"

"Ingat Zakhiya. Walau sudah menikah nanti, keluarga abang tetap menjadi tanggung jawab abang. Berbeda ketika perempuan sudah menikah yang lepas dari tanggung jawab keluarganya. Laki-laki tidak"

Titik Balik (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang