52. Tetap kamu

2.3K 233 2
                                    



"Selamat pak Mahesa" senior yang lebih tua darinya menjabat tangan Mahesa penuh wibawa

"Semoga dengan posisi barunya menjadi lebih tanggung jawab dan semangat"

"Terima kasih pak Adnan"

Mahesa menghela nafas panjang ketika pak Adnan sudah berlalu. Setelah melakukan penugasan, pejabat sementara, dan percobaan, akhirnya Mahesa resmi mendapatkan promosi jabatan. Tanggung jawabnya di kantor semakin banyak setara dengan gaji dan tunjangannya yang naik.

Dulu, untuk berada di posisi ini adalah cita-cita Mahesa, membayangkannya saja sudah berhasil membuat Mahesa bahagia apalagi mengalaminya. Setelah berada di posisi ini, alih-alih bahagia Mahesa hanya merasa bersyukur.

Namun apalah arti jabatan, harta, dan kesuksesan saat salah satu alasan Mahesa berada disini pergi karena ulahnya.

Sebelum pulang teman-teman kantor meminta traktir di heavlight tetapi Mahesa tidak setuju, masa-masa dunia yang gelap itu sudah Mahesa lewati dan enggan untuk dipijak kembali karena ada keabadian yang ingin Mahesa nikmati. Seluruh hal yang tidak membuatnya produktif sedang Mahesa hindari. Dan kegiatan Mahesa akhir-akhir ini tak lebih dari bekerja, olahraga serta mengikuti forum kajian. Apalagi intensitas dinas luar kotanya semakin banyak, jarang Mahesa berada di apartemen. Karena itu, menawarkan tempat di restoran salah satu temannya.

Begitupula sebagai bentuk rasa syukur, Mahesa mengadakan kajian di apartemennya dan berdoa bersama dengan teman-teman kajian yang ia kenal melalui Hamdan.

"Udah punya calon belum?" Seorang bapak-bapak mengusap punggung Mahesa saat mereka usai menikmati hidangan tasyakuran

"Belum ketemu om"

Fardi- yang tertua disana setengah berbisik pada Mahesa "sama anak om aja, mau ngga?" Kemudian diiringi tawa dari keduanya

"Namanya Vina, baru lulus s2 di UNDP. Sekarang kerja di Unilevar" Mahesa tertawa menanggapi

Untuk kesekian kalinya seorang bapak menawarkan anak gadisnya pada Mahesa dan untuk kesekian kali pula Mahesa tertawa lalu menolaknya secara halus berdalih ada satu perempuan yang sedang ia usahakan.
Walaupun satu perempuan yang ada dalam bayangannya sangat mustahil untuk digapai. Namun itu adalah jawaban yang tepat untuk disampaikan di saat Mahesa nyaman dengan kesendirian dan sibuk menata kehidupan agar lebih baik.

Kalau saat itu Mahesa mudah move on pada Veronika, maka kali ini sangat sulit hingga perempuan secantik dan secerdas Tiara di kantornya, tidak Mahesa perdulikan.
Bukan karena sulit move on dari Veronika namun Mahesa masih ingin menghukum dirinya dengan terus mengharapkan Khiya dan memperbaiki dirinya menjadi versi terbaik. Masalah pantas atau tidak pantas, biar Tuhan yang menentukan, Mahesa hanya bisa berserah dan berdoa.

Mahesa saja yang sudah tunangan mengalami kegagalan lalu apa salahnya jika Mahesa mengharapkan kembali Khiya yang belum berstatus istri orang. Mahesa akui dirinya telah egois hanya dengan mengharapkan Khiya, tetapi hati tidak bisa diatur, selalu saja menyuarakan nama Zakhiya Andriana. Biarlah Mahesa memperjuangkan Khiya dengan cara yang benar kali ini. Cara yang hanya diketahui oleh dirinya dan Tuhannya.

Melipat sejadah, Mahesa meraih Alexandre Christie dan memakainya tepat di depan cermin. Rambutnya yang basah terlihat sedikit berantakan setelah mengambil wudhu, tidak ada waktu untuk bersolek hingga rambutnya terlihat rapih dan klimis seperti keseharian Mahesa saat di kantor. Hanya menggunakan jarinya alih alih mencari sisir karena waktu istirahat telah habis dan sudah seharusnya Mahesa kembali ballroom untuk melanjutkan acara seminarnya yang dilaksanakan selama tiga hari di Jogjakarta.

Lift berdenting, Mahesa memasuki lift yang tak ada seorangpun disana kemudian mengantarkannya ke lantai yang di tuju.

*******

Titik Balik (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang