"Liat bang, Khiya cantik kan?" Tanya Kinan memperlihatkan Zakhiya yang dipakaikan bunga-bunga di rambutnya kemudian bibir tipisnya di lumuri buah yang selalu dipakai untuk darah-darahan
"Cantik" Pujinya tegas
"Abang harusnya sisiran, rambut abang berantakan" Mahesa ragu rambutnya berantakan, menurutnya ini sudah terbaik namun dari pada Kinan menangis lebih baik ia turuti kemauannya yaitu menyisir rambut pakai jarinya
Di Anyam tengah sawah, Kinan menggandeng Zakhiya dan menuntunnya untuk duduk disamping Mahesa
"Ini mas kawinnya" tumpukan kerudung milik ibunya Kinan ambil dan dijadikan mas kawin
"Oh iya, bapak kamu siapa namanya?" Tanya Kinan pada Khiya
"Bagas"
"Bagas apa?"
"Bagas Prasetya"
"Tuh bang, jadi nanti Zakhiya Andriana binti Bagas Prasetya"
"Iya Kinan" lalu Kinan memberikan satu boneka pada Khiya "Ini anak kamu"
"Nikahnya kan belum, masa sudah punya anak" tukas Mahesa
"Oh iya" Kinan menepuk dahinya
"Ayo abang nikah dulu sama Khiya, Kinan penghulunya tapi eh tunggu sebentar" Kinan mengambil bolpoin lalu di coret kan pada atas bibirnya mirip seperti kumis, aksi Kinan mengundang tawa Zakhiya
Tangan Mahesa dan Kinan saling menjabat "abang sudah siap?" Mahesa menahan tawa saat Kinan merubah suaranya seolah mirip bapak-bapak
"Siap"
"Ayo abang bilang"
"Saya nikahkan dan kawinkan Zakhiya Andriana binti Bagas Prasetya dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai"
"Saksi sah"
"Sah!"
********
"Senyummm" tegur Sri disamping pria yang sejak dari Kediri— maksudnya semenjak Zakhiya Andriana menyebarkan undangan pernikahannya dan berharap Sri maupun Brian turut hadir
Alih-alih berubah tersenyum, Brian menatapnya Sinis sebelum mengalihkan pandangannya pada mempelai pria yang kini menjabat tangan penghulu
"Kenapa kita ngga staycation daerah sini aja siii dari pada nginep hotel jauh-jauh. Masa daerah sebagus ini ngga ada villa, cocok tuh Bri dijadiin investasi" mengingat luasnya kebun teh di perjalanan tadi, cocok untuk Brian yang hidupnya penuh kerumitan. Saking rumitnya, sering menggerutu pada Khiya namun fotonya masih di pajang di dompet. Mengehela nafas panjang, Sri tidak habis pikir.
Brian tetap tidak mengidahkannya, topik pembicaraan Sri tidak cukup membuat hatinya memadam akibat luapaan cemburu yang tak bisa dihindari.
Bilangnya move on, namun hatinya tak semudah itu untuk berpaling. Perempuan dan tabiatnya memang menyusahkan, geramnya dalam hati.
Harusnya Brian tak datang ke acara ini hanya karena membandingkan ego siapa si paling jago, mengabaikan fakta pilihan hati sang gadis yang kini di tuntun sang ibu tuk menghampiri pria bajingan yang sudah sah menjadi suaminya.
"Cantik banget Khiya pakai sunting" puji Sri disampingnya
Cantik dari mana? Yaaa oke sih Zakhiya terlihat memukau dengan riasan wajah yang mempertegas kecantikannya. Namun Brian sanksi apabila sunting yang dipakai Khiya tidak membuatnya pusing. Percuma cantik tapi tidak nyaman.
Katanya sayang, lantas kenapa membiarkan Khiya bersusah payah menahan berat suntingnya. Zakhiya juga kenapa hanya diam saja alih-alih memeluk lengan suaminya.
"Bri, ngadem dulu deh. Gue takut lo kerasukan terus ngacak-ngacak hari bahagia temen gue" tegurnya lagi yang mengundang dengusan keras dari Brian. Memang tidak benar dalam kondisi seperti ini berdampingan dengan Sri, bukannya menghibur malah semakin membuat Brian mengacak-ngacak tempat ini.
"Depan sekarang, gue mau langsung pulang"
"Bri, lo bercanda kan?"
"Lo tamu, ngapain stay disini sampai acara selesai. Emang pager bagus?" Tukasnya penuh penekanan dengan pandangan yang tak lepas dari pengantin wanita yang sejak tadi tidak melunturkan senyumannya.
"Siapa tau lo daftar jadi pager ayu" Sri menyesal mengatakan itu karena selanjutnya Brian menatap Sri penuh dendam
"Harus nunggu saya punya cucu baru kalian menikah" salah satu tamu serta boyongan keluarganya menegur pengantin dalam gurauan
"Bu Lies" sapa Khiya sebelum menyalami punggung tangan bu lies, petani kebun teh.
"Selamat ya Zakhiya Mahesa, semoga pernikahan kalian sakinan mawadah warahmah"
"Aamiin terima kasih banyak bu Lies" tukas Mahesa tulus, tidak tahu saja bu Lies pernah meragukan profesi Mahesa saat itu. Khiya tertawa dalam hati saat Bu Lies menatap seluruh sudut acara ini dengan terpukau.
"Cloonggg" Sri menghambur ke pelukan Khiya untung saja tidak kena bagian sunting
"Selamat ya, akhirnya doa menikah sama cinta pertama lo terkabul" senyum Khiya berubah ringisan, harusnya tidak usah di perjelas seperti itu.
Senyum Mahesa semakin mengembang "Doa saya juga terkabul menikahi cinta pertama saya" sambung Mahesa sambil meraih pinggang Khiya, mengusapnya lembut sebelum akhirnya merangkul erat, mempertegas kepemilikannya.
"So sweeettt!!" Rengek Sri yang iri melihat kemesraan mereka
"Selamat" Brian menjabat tangan Mahesa penuh ketegasan "Semoga tidak menjadi suami yang pecundang" untung Mahesa sudah tahu sedikit karakter Brian dari cerita Khiya, dasar sadboy, kalau bukan rekan kerja Khiya sudah mahesa usir dari acara ini
"Thanks Brian, semoga cepat menyusul"
"Ngapain nyusul, I'm nah interested in your side"
"I doubt you will say the same after finding your lovely one, Brian" sahut Mahesa penuh kepuasaan
[ T I T I K B A L I K ]
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Balik (End)
RomanceKhiya dan Mahesa adalah sepasang petani yang menitipkan hati satu sama lain. melalui kasih, ada satu dunia yang hanya mereka tempati. melalui kasih, mereka adalah pasangan sehidup semati. melalui kasih, apakah bersama adalah pilihan yang pasti? Ba...