33. Jatuh

1.6K 196 6
                                    

Ada yang lebih menyebalkan dari ulat bulu daun teh yaitu gorden yang tiba-tiba di buka kasar oleh sang pemilik disertai gerutuan yang membuat Zakhiya ingin menghilang dari muka bumi ini

"Tidak demam" gumam ibunya menaruh punggung tangan di dahi Zakhiya

"Hampir dzuhur Zakhiya, mau sampai kapan kamu tiduran seperti itu? Bangun!" Selimut yang menutupi tubuhnya, dibuka secara kasar menimbulkan erangan kesal sang empunya

"Zakhiya masih mau tidur buk" Zakhiya menarik selimut tebal itu sampai menutupi lehernya.

Ada yang salah dengan anak sulungnya, selepas pergi bersama Mahesa, gadis itu menggunakan ojek dan langsung masuk kedalam kamar sambil terisak. Pura-pura tidak tahu, ibunya hanya memperhatikan pergerakan Zakhiya, namun melihatnya yang sehancur ini dengan mata yang bengkak, tatapan kosong, serta keengganannya untuk menjauh dari kasur sudah cukup membuktikan bahwa terjadi masalah antara Zakhiya dan Mahesa.

"Bilang sama ibu, Mahesa apain kamu?" Zakhiya yang awalnya ingin memejamkan mata, mengurungkan niatnya.

Nama laki-laki itu memiliki efek yang dahsyat, mendengarnya saja sudah mampu membuat hatinya bergetar hingga menimbulkan air mata yang perlahan menetes.

"Kalau kamu diam saja seperti itu, biar ibu yang tanya Mahesa langsung" tidak biasanya Zakhiya bermalas-malasan seperti ini walau tertimpa masalah berat seperti dua tahun lalu. Gadis itu masih mampu keluar rumah dan berdagang namun sekarang seakan nafasnya di rengut oleh seseorang.

"Ibu telepon Mahesa kalau kamu masih tidak mau jawab" ibunya melangkah membuka pintu, ia tidak main-main dengan ucapannya

"Bang Mahes minta putus"

"Kurang ajar!"

Tak berkata apapun lagi, ibunya membanting pintu disaat yang sama Zakhiya merapatkan matanya, mengingat kejadian malam tadi.

Sangat perih

pria yang selalu memperjuangkan hubungan ini akhirnya memilih mundur dan merusak seluruh impian yang telah dirajut bersama.

"Beri tahu Khiya, apa yang harus Khiya lakukan supaya abang bertahan?"
lututnya lemas hingga tak mampu untuk berdiri.

"Ngga ada Khiya, abang-" pria itu menghela nafas berat sebelum melanjutkan "abang udah ngga ada rasa sama kamu"

"Rasa sayang abang ngga lebih dari seorang kakak yang sayang pada adiknya" tegasnya tak memperdulikan perkataan yang bisa membuat Khiya hancur atau mungkin Mahesa pura-pura tidak tahu dengan fakta itu, karena seharusnya Mahesa tidak membiarkan Zakhiya menangis dan melakukan segala cara untuk menghentikannya

"Zakhiya tidak mau putus" lirihnya lebih kepada dirinya, tatapan nanarnya membalas tatapan Mahesa "Zakhiya cinta abang" bisiknya seperti meminta belas kasihan

"Abang ngga mau membuat kamu terluka dengan mempertahankan hubungan satu arah ini" sahutnya memalingkan tatapan

"Apa karena abang sudah punya gadis baru disana?"

Pria itu menggeleng "jangankan gadis lain, abang belum terpikirkan menjalin hubungan dengan siapapun" Zakhiya tidak bisa membayangkan Mahesa jatuh kepelukan perempuan lain. Jangankan menghadapinya, membayangkannya saja sudah mampu membuat dunianya gelap

"Zakhiya bangun" Mahesa ikut bersimpuh dan menatap kasihan Zakhiya, gadis itu mencari tatapan kasih sayang yang selalu pria itu sematkan, tak ada. Pria itu benar-benar sudah tidak mencintainya.

"Sedikitpun tidak ada kesempatan untuk Zakhiya?"

"Maaf"

Lantas Mahesa percaya saja bahwa zakhiya menerima diputuskan? tidak! Zakhiya masih ingin mempertahankan semuanya dan mencari tahu alasan yang sebenarnya pria itu memutuskan hubungan ini. Siapa tahu dengan mengetahui latar belakangnya, zakhiya jadi mengerti dan mencoba memperbaiki diri. Sekalipun ada sosok lain yang menjadi alasan mahesa.

Titik Balik (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang