53. Cantikmu milikku

2.7K 238 4
                                    



"Abang udah lama disini?"

Mahesa yang sedang menutup kopernya berbalik mensejajarkan diri dengan si manis  yang sedang mengucek matanya seperti anak kecil. Apalagi bibir tipisnya sedikit mengerucut, boleh tidak ia ciu— menggeleng kepalanya, Mahesa tidak boleh membayangkan hal yang tak senonoh apalagi perempuannya Khiya, jadi malu sendiri nanti

"Maaf, Khiya ketiduran"

Mahesa baru sadar pula, Khiya sudah menghapus riasan di wajahnya namun tak berhasil menghapus kecantikannya. Mungkin pemandangan seperti ini yang akan Mahesa saksikan kalau ia menjadi suami khiya, satu-satunya pemandangan yang akan ia nikmati sejak membuka mata.

Kalau Mahesa.

Kalau suaminya laki-laki lain?

Mahesa tidak bisa membayangkan sehancur apa dirinya saat itu

Tersenyum kecil "Abang yang harusnya minta maaf udah ganggu tidur kamu"

Mahesa mengikuti arah pandang Khiya, yaitu koper yang belum tertutup sempurna. "Abang check out sekarang?"

"Abang pesan kamar lagi buat kamu, tapi liat kamu tidur nyenyak, abang ngga tega buat bagunin, takut ngga nyaman juga. Jadi abang yang pindah"

"Lebih tidak enak, kala Khiya kebingungan cari abang setelah bangun tidur"

"Pintar kamu, kenapa abang ngga kepikiran sampai sana" alis Mahesa mengerut pura-pura bingung, sebelah tangannya yang menggenggam note ia masukkan kedalam saku celana

"Harusnya juga abang tidak usah pesan kamar lagi, pasti abang ngeluarin banyak uang"

"Itu kan keharusan kamu, bukan keharusan abang. Ngga usah pikirin uang, kenyamanan kamu lebih penting" menghela nafas panjang "maaf abang pulangnya telat, tadi ada kerjaan dulu sebentar. Jadi ngga bisa antar kamu ke kantor polisi hari ini, paling besok. Kalau besok abang free"

"Makasih ya bang Mahesa"

"Sama-sama Zakhiya"

"Kamu yang pindah ya, ini bekas abang"

"Terserah abang"

Setelah mengantar khiya ke kamarnya, Mahesa menawarkan diri untuk mengantar Khiya ke Kediri menggunakan mobilnya. Dengan berbagai argumen Khiya yang merasa itu merepotkan Mahesa, akhirnya gadis itu mengangguk setuju.

"Gimana, nyenyak tidurnya?" Kalimat Mahesa saat keduanya berada di lift

"Nyenyak"

Pagi ini Mahesa mengajak Khiya sarapan bersama di hotel, seperti rencana yang telah disusun malam tadi. Bahwa setelah sarapan mereka akan check out kemudian langsung ke kantor polisi

"Ada biaya administrasinya sebesar lima puluh ribu"

Mahesa langsung mengeluarkan uang yang diminta oleh salah satu aparat. Disamping, Khiya terperangah karena Mahesa menurut saja padahal itu sudah menjadi tugas aparat untuk melayani masyarakat.

"Itu kan sudah jadi tugas mereka?" Ucap Khiya sedikit menggerutu.

Mahesa tersenyum, saat membukakan pintu mobil untuk Khiya "gapapa, hitung-hitung sedekah"

Pria itu memutari mobilnya lalu duduk di tempat kemudi

"Kasihan kalau ada masyarakat yang tidak mampu bayar, mau siapa yang melindungi?" Khiya belum puas dengan pembahasan sebelumnya

"Mau gimana lagi, kita ngga punya kuasa soal itu" sebelah kiri tangan Mahesa diletakan samping sandaran kursi Khiya sembari fokus menatap spion mobil secara bergantian untuk memastikan mobilnya kearah posisi yang di tuju. Entah hanya Khiya atau perempuan lain mengalami hal yang serupa kala pria melakukan hal itu, pasti membuatnya gugup sekalipun Nino, Brian dan Mahesa. Namun Mahesa lah satu-satunya yang mengusik jantung Khiya hingga berdebar tak karuan.

Titik Balik (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang