44. Saling memaafkan

2.1K 226 8
                                    

Keluarga Veronika tiba di rumah duka pada pagi hari setelah Kinan di kebumikan, ia datang bersama teamnya dan Rachel kemudian meminta maaf baru datang sekarang karena ada pekerjaan yang harus di selesaikan. Setahu Mahesa, pekerjaan yang dimaksud kolaborasi podcast.

Walau sedang berduka, bu Marni tetap menemui Veronika. wanita itu mengucapkan kalimat-kalimat penyemangat

"Kalau ibu mau, ibu bisa tinggal di villa Bandung. Siapa tau kalau tempat baru ibu jadi lebih terhibur" bujuknya

Bu Marni menggeleng dengan tatapan kosong "Terima kasih Vero, ibu disini aja. Kasihan Syifa kalau ditinggal sendirian"

"Anak ibu tinggal Mahesa dan Syifa. Mahesa jauh di Jakarta, jadi yang sering ibu andalkan hanya Syifa" 

Rachel yang berada di pangkuan seorang team Vero tiba-tiba merengek meminta minum

"Aduh ibu sampai lupa jamu tamu" ibunya menoel paha syifa yang sejak tadi melamun terus

Tamu?

"Syifa ambilkan minum sama makanan kesini, kasihan loh Vero jauh-jauh datang kesini malah kita anggurin" Vero hanya tertawa tanpa repot mengambil sendiri minuman, Mahesa kan calon suaminya dan ini rumah keluarganya. Dalam keadaan seperti ini, seharusnya ambil sendiri.

"Biar abang yang bawa"

Mahesa berdiri dari duduk silanya untuk mengambil makanan yang tidak ia ketahui asal muasalnya, mungkin bantuan keluarganya, yang jelas makanan yang tersedia sejak kemarin seperti pesanan catering. Namun pergerakan Mahesa sudah didahului oleh seseorang yang membawa nampan berisi minuman dan makanan

"Khiya disini juga" Vero, adalah orang pertama yang menyadari kehadiran gadis itu. Selesai menaruh piring dan minuman. Khiya menjabat tangan janda beranak dua itu diikuti teamnya

"Iya bu Vero, kebetulan lagi ambil cuti, Apa kabar?"

"Baik" jawabnya singkat dan bingung kenapa Khiya yang memberinya isi nampan barusan.  Tangan Khiya bergerak menoel pipi Rachel

"Hallo Rachel, masih ingat miss ngga?" Malu-malu, Rachel mengangguk

Keberadaan Khiya membuat bu Marni bingung, sejak kapan anak itu berada disini dan mengambil alih pekerjaan yang seharusnya dikerjakan oleh keluarga inti

Khiya sadar bahwa tatapan bu Marni penuh kebingungan. Sengaja khiya tidak menemui bu Marni karena kondisi emosinya yang belum setabil kemarin, sudah banyak ibu-ibu yang membantunya, Khiya tidak mau membuat kamar bu Marni lebih sumpek karena banyak orang, apalagi dihampiri oleh khiya yang notabenenya kurang disukai bu Marni, khiya takut emosi bu Marni semakin tak setabil. Karena itu, Lebih baik khiya membantu hal lain. Toh perkara duka adalah saling mendoakan dan meringankan beban.

Namun kondisi bu Marni yang sudah mulai setabil memberanikan Khiya untuk menyapanya

"Bu" khiya mensalami mantan calon ibu mertuanya.

Bu Marni hanya mengulurkan tangan dengan senyum yang dipaksakan namun Khiya dengan kesadarannya memeluk bu Marni, mengusap punggung rapuh wanita itu

"Maaf ya bu Khiya baru sapa ibu, semoga Allah memberikan ketabahan kepada ibu sekeluarga dan melimpahkan seluruh kasih sayangnya. InshaAllah, Allah mempertemukan kelurga ibu di surga nanti"

Mendengar kalimat yang terdengar tulus itu dan usapan kepedulian, hati Marni sedikit luluh membuat tangannya ikut mengusap punggung Khiya

"Terima kasih Zakhiya"

Khiya melepaskan pelukannya "Kamu sama siapa kesini? Sudah dari tadi?"

"Dari kemarin bu. sebelum Syifa sampai, ayuk sudah disini bantu-bantu keluarin kursi bareng tetangga terus bantu beresin rumah" sengaja Syifa katakan itu di depan Veronika agar wanita itu tahu kalau kedatangannya kesini harus memberikan kontribusi, minimal ambil minum sendiri. Syifa bukan malas, tetapi ia sedang ingin diam tak melakukan apapun,

Titik Balik (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang