47. Sang pembawa bunga

2.1K 229 21
                                    

"Aku belajar dari kegagalan rumah tanggaku, mas Andre terlalu ikut campur sama urusan keluarganya sampai mereka berani ikut campur sama urusan rumah tanggaku. Masalah yang asalnya kecil menjadi besar karena banyak campur tangan, ujung-ujungnya berantem"

Kalau ikut campur dengan urusan keluarganya, Mahesa tak bisa bertoleransi. Tanggung jawab perempuan pada keluarganya terputus saat mereka sudah menikah tetapi laki-laki, selamanya akan bertanggung jawab pada keluarganya.

Tadi apa?

Sekecil apapun?

Mahesa sangat ingin ikut campur masalah sekecil apapun di keluarganya karena dialah tulang punggung keluarga dan menggantikan sang bapak.

Hal yang lebih mengecewakan adalah Vero tidak begitu mempercayai keluarganya. Mahesa bisa mengerti alasan dibalik Vero bersikap seperti itu, tak lebih dari traumanya saat menjalani rumah tangga. Seseorang yang mengalami trauma akan berusaha untuk menghindari kejadian serupa untuk kedua kalinya. Mereka cenderung dilanda ketakutan berlebihan atau menjauhkan diri dari penyebab trauma, namun mengerti bukan berarti bisa bertoleransi, Mahesa tidak bisa.

"Soal itu, aku ngga sepakat" Mahesa menatap lurus, enggan membalas tatapan Vero, wanita itu terlalu mengecewakan untuk dipandang hingga membuat dadanya sedikit sesak

"Masalah keluarga dan rumah tangga kamu yang dulu, tolong jangan di jadikan tolak ukur sebuah hubungan. Kamu ngga bisa terus-terusan melampiaskan trauma kamu sama aku"

"Aku ngga melampiaskan-"

"Iya, Vero!" tegas Mahesa dengan penuh penekanan, ia kembali menatap bola mata kecokelatan milik janda beranak dua itu, namun tidak seteduh gadis yang memiliki tahi lalat di pipinya.

"Kamu menutup diri dari aku dan berusaha mengatasi masalahmu sendiri"

Vero tidak terima "bukannya malah bagus, kalau aku mengatasi segala urusan sendiri. kamu ngga akan merasa di repotkan"

"Bagus buat mantan suami kamu, ngga buat aku" jawabnya penuh penekanan dan tak bisa menyembunyikan tatapannya yang mengeras. Gertakan Mahesa berhasil membuat Vero bungkam dan termenung.

"Aku ngga masalah kalau soal itu, tapi urusan keluarga? Aku ngga sepakat Ver, aku tulang punggungnya, wajib ikut campur"

Disaat yang sama, Vero menahan tangis mempertaruhkan prinsipnya namun di sisi lain ia takut kehilangan Mahesa.

"Aku ngga bisa" Vero engga mengulang masa lalunya dimana ia banyak diadu domba oleh keluarga mas Andre bahkan mantan suaminya lebih sering membela keluarganya dari pada dirinya sebagai istri sehingga menyebabkan mereka bercerai.

"Kalau kamu ngga sepakat, maaf aku mundur"
Berat sekali, Vero mengatakan itu. Cintanya pada Mahesa sudah besar namun tak cukup besar mengalahkan traumanya hingga membuat pertahanan diri. Lagipula Vero tidak kebelet menikah, sendirian pun kemarin membuat dia bahagia, dan mungkin ada pria lain yang jauh lebih cocok dengannya, tetapi bukan Mahesa.

Menghela nafas berat, Mahesa mengangguk dengan bahu merosot "biar aku yang bicara sama mama"

*******

"Brian"

Pria itu mengalihkan tatapannya dari iPad mendapati Zakhiya menghampirinya dengan raut yang tegang

"Belum balik?" Tanya Brian

"Udah mau pulang, tapi nemu ini"

Khiya menaruh sebuah dompet di meja yang berhadapan dengan Brian. Seakan mengerti Brian terdiam dengan raut yang datar menahan perasaan yang berkecamuk.

Mengusap lehernya kikuk "Kalau gitu, aku duluan, Brian"

Tak ada jawaban

Namun lebih baik seperti itu

Titik Balik (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang