Mahesa tak bisa lama-lama meninggalkan tanggung jawab kantor karenanya malam ini ia harus kembali ke Jakarta. Seperti Vero, Mahesa mengajak ibu tinggal di Jakarta untuk sementara waktu, biarlah Syifa disini ditemani sepupunya namun jawaban ibu selalu sama.
Pagi ini Mahesa, ibu maupun Syifa akan berziarah ke kuburan Kinan mumpung Mahesa berada disini.
"Ibu masak?" Tanya Mahesa di undakan tangga, melihat mejanya yang penuh oleh makanan.
"Jangankan masak, makan minum saja kalau tidak dipaksakan ibu tidak mau"
Mahesa kembali menuruni undakan tangga dan meperhatikan menu makanan yang di meja lengkap dengan makanan pencuci mulut. Rendang, sayur nangka, ayam goreng, sambel ati kentang, acar timun, gulai daun singkong, puding serta buah-buahan seperti anggur, melon dan semangka. Belum selesai- karena seorang ibu-ibu datang menuangkan cumi Chrispy.
Saudara-saudaranya mendekat tak sabar mencicipinya
"Wah abang pesankan cumi kriuk juga, Alvin suka" ucap adik sepupunya yang masih duduk dibangku kelas 5 sd
Mahesa semakin bingung "Bukan abang yang pesan" mendadak semua ikut bingung
"Kami kira abang yang pesan, abangkan banyak uang pasti pesan makananya di catering" sahut sepupunya yang lain
"Tapi kalau bukan abang siapa?"
"Pesanannya atas nama mbak Zakhiya" jelas remaja yang berseragam nama catering
"Mbak Zakhiya pesan paket pengajian dan mini buffet selama satu minggu"
Tak ada yang lebih terkejut dari bu Marni, mengira sekaya apa Zakhiya dan serendah apa hatinya sampai membantu keluarganya yang sedang berduka ini. Apa hanya mencari perhatian saja seperti yang dikatakan saudara-saudaranya, mengingat betapa cintanya Zakhiya pada putra sulungnya.
Mahesa tidak kaget mendapat informasi bahwa Khiya lah yang mengatur semua konsumsi rumah ini semenjak Kinan meninggal. Alih-alih menganggapnya sang pencari perhatian, Mahesa menatap haru semua hidangan itu. Khiya memang sebaik itu dan tidak seburuk apa yang di sangka kan, karena bukan hanya keluarga ini yang diperlakukan seperti itu melainkan semua orang yang dikenalnya dengan baik. Khiya bilang, neneknya yang mengajarkan prilaku tersebut saat seseorang sedang berduka. saat ayahnya meninggal pun nenek Khiya selalu memastikan keluarga Mahesa makan dengan benar dan tidak membiarkan rumahnya berantakan.
"Banyak sekali uang Zakhiya, dia kerja apa hes sekarang?" Mahesa menoleh pada pamannya sembari menarik kursi meja untuk mepersilahkan ibunya duduk
"Pengusaha"
*******
Mahesa menyuruh sepupunya menepikan mobil ditengah perjalanan usai berziarah ke makam Kinan
"Kenapa berhenti?" Tanya sang ibu di kursi bagian belakang
"Beli Pedamaran" makanan kesukaan ibunya, minimal ada asupan lain selain nasi yang dimakan sedikit. Mahesa membuka pintu mobilnya dan menghampiri nenek-nenek seorang diri yang sedang menjinjing wadah berisi Pedamaran
"Masih ingat saya ngga, nek?"
Nenek itu menurunkan dagangannya dan memperhatiakan dengan saksama
"Siapa ya, nenek lupa" gumamnya kebingungan
Mahesa menarik kedua sudut bibirnya "Mahesa nek, anaknya bu Marni" seharusnya ingat saat menyebutkan nama ibunya yang menjadi langganan tetap nek Ijoh
Nenek berohhh ria setengah kagum melihat Mahesa
"Nenek, sehat?"
"Kalau dibilang sehat, sehaat, tapi sesehat-sehatnya nenek yang sudah berumur seperti ini ya uhuk uhuk, sering batuk"
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Balik (End)
RomanceKhiya dan Mahesa adalah sepasang petani yang menitipkan hati satu sama lain. melalui kasih, ada satu dunia yang hanya mereka tempati. melalui kasih, mereka adalah pasangan sehidup semati. melalui kasih, apakah bersama adalah pilihan yang pasti? Ba...