Mahesa membuka pintu kamar dengan buncahan dada yang menyenangkan. Akhirnya ia tidak tidur sendirian lagi dan akhirnya Mahesa mendapatkan perempuan yang diidamkan-idamkannya.Dalam bayangan Mahesa istrinya sudah tertidur karena kelelahan atau paling indah Khiya sedang menunggunya di ranjang dengan tersipu malu-malu namun setelah pintu terbuka dugaannya salah karena yang nampak di meja belajarnya adalah figur cantik sang istri yang sedang memunggungi.
Terakhir melihat rambut Khiya helaiannya banyak yang bercabang namun dibawah pantulan cahaya lampu saat ini rambut Khiya sangat mengkilat, terawat bahkan sampai menyentuh pinggangnya, baju yang dikenakan Khiya hanya dress kerut floral berwarna hitam kontras dengan kulitnya yang- semakin putih bersih dari terakhir Mahesa lihat, sesederhana itu namun berhasil membuat Mahesa panas dingin.
"Assalamulaikum" Mahesa berusaha menyadarkan Zakhiya dari kekakuannya, mungkin gugup
"Waalaikumsalam" sebentar-- apa Zakhiya sedang sakit? Mengapa suaranya serak seperti usai menangis.
Satu isakan lolos diiringi gerakan tangan yang menghapus air mata. Melebarkan langkah, Mahesa menghampiri Khiya "Sayang- Hey kenapa?" Mahesa menyentuh bahu Khiya yang sedikit terbuka, sangat lembut. Hanya sentuhan biasa namun berhasil membuatnya merinding apalagi saat menyentuh seluruh tubuh Zakhiya, mungkin Mahesa akan gila.
Betulan lembut rambut Zakhiya, Mahesa usap dari ubun-ubun sampai bahu sekali lagi "Hm, capek?" Mahesa semakin dibuat terkejut kala menunduk dan mendapati mata Khiya yang sudah bengkak artinya Khiya menangis cukup lama.
Bukankah di acara pernikahan tadi Zakhiya terlihat bahagia sampai sempat menyuapi Mahesa lalu kenapa reaksinya saat ini seperti korban perjodohan dari keserakahan orang tuanya
Zakhiya belum menjawab "Abang ada salah?" Tanya mahesa lembut namun justru semakin membuat Zakhiya menangis.
Berdiri, Zakhiya membalikan tubuhnya menghadap Mahesa. Dibalik sorot lelahnya, wajah Mahesa dipenuhi kekhawatiran
"Mau abang pijitin?" Mahesa menghapus air mata Khiya menggunakan ibu jarinya dengan sayang.
"Maafin Khiya" Mahesa menyerngitkan alisnya
"Ngapain minta maaf? kamu ngga ada salah. harusnya abang yang minta maaf karena baru menikahi kamu sekarang" tutur nya halus dan membujuk, tidak terima Khiya menyalahkan dirinya yang tidak melakukan kesalahan apapun
"Walaupun baru menikah sekarang, Khiya tetap bersyukur. Setidaknya kita diberi pengalaman hidup yang bisa dijadikan pelajaran untuk kedepannya"
Tangan Mahesa merambat pada kedua pipi Khiya, mengangkatnya sedikit agar istrinya itu membalas tatapan Mahesa.
"Terus apa yang buat adek nangis?" Tuturnya lembut
Matanya kembali memanas "Khiya sudah tidak- suci, Khiya pernah di sentuh laki-la" secepat kilat Mahesa membungkam bibir Khiya dengan bibirnya, hanya menempel namun berhasil membuat Khiya terbelak sekaligus tersipu "Jangan lanjutin kalau itu buat kamu ngga nyaman" ucapnya didepan bibir Khiya
Kini telaga sehitam arang itu bagai pantulan kesedihan yang ada pada diri Khiya "Abang yang seharusnya minta maaf karena gagal menjaga kamu, abang minta maaf" Tukas Mahesa penuh ketulusan. Ibu jarinya mengusap bibir tipis yang berbentuk hati itu "Abang tau?" Enggan menjawab Mahesa mengecup dahi Khiya penuh sayang
"Dimana dia sentuh kamu?" Dengan polos Zakhiya menunjuk pipi kirinya. Secepat itupula Mahesa mengecup pipi kiri Khiya.
Tindakan Mahesa lagi-lagi membuat Khiya tercengang "Dimana lagi?" Seakan anak yang sedang mengadu, Khiya menunjuk pelipisnya yang langsung dihadiahi kecupan
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Balik (End)
RomanceKhiya dan Mahesa adalah sepasang petani yang menitipkan hati satu sama lain. melalui kasih, ada satu dunia yang hanya mereka tempati. melalui kasih, mereka adalah pasangan sehidup semati. melalui kasih, apakah bersama adalah pilihan yang pasti? Ba...