23. Mengejar Mimpi

1.5K 187 1
                                    

Surat lamarannya sudah di terima dan ia lanjut ke tahap berikutnya yaitu interview. Saat itupula Mahesa mencari tiket pesawat tujuan Jakarta disaat yang sama ia membuat surat izin cuti selama tiga hari. Untung itu bu Veronika kalau bukan, Mahesa sanksi akan diberi izin cuti mendadak

Pertama kalinya Mahesa menapakkan kaki di Jakarta, jauh lebih ramai dan beragam. Hal pertama yang Mahesa lakukan saat itu adalah mencari penginapan hasil rekomendasi temannya sebelum interview.

Di sepertiga malam, Mahesa terbangun untuk untuk melakukan ibadah, meminta kemudahan dan keridhan pada sang Kuasa Disaat yang bersamaan kilas wajah sang ayah tergambar jelas.

Kasih sayangnya, pesan-pesannya, dan perjuangannya bagai film yang sedang di putar

"Yang ini pak?" Tanya dirinya kala berseragam merah putih sedang memijit ayahnya

"Iya disitu nak"

"Bahu bapak bengkak, Sakit ya pak?" Ayahnya belum menyahut, Mahesa kembali melanjutkan "panggul-panggul karung"

"Tidak sakit, bahu bapak kan kuat"

"Bapak bohong" Jelas-jelas itu sakit karena saat Mahesa tak sengaja mengurutnya, ayahnya memekik.

"Nak, bahu laki-laki itu harus kuat supaya bisa melindungi keluarganya"

Sepasang telaga bening berwarna hitam itu mengeluarkan lelehan air mata menahan sesak rindu teringat perjuangan sang ayah. Mulai mengerti akan maksud bahu yang kuat apalagi sebagai tulang punggung keluarga. Sejak usianya yang masih remaja Mahesa sudah diperkenalkan dengan dunia mencari nafkah setelah ayah tirinya bercerai dengan ibu.

Pernah Mahesa mengeluh tentang profesinya sebagai panggul-panggul dipasar saat itu pula sang ibu langsung melarangnya bekerja  membiarkan dirinya yang mencari nafkah sebagai buruh cuci. Sejak saat itu Mahesa berhenti mengeluh, memilih memendamnya seorang diri hingga akhirnya menangis sendirian. Begitu dahsyatnya terlihat baik-baik di luar, Belum lagi Mahesa harus dihantui masa depan. Tidak hanya dirinya, melainkan Ibu dan adik-adiknya. Mereka adalah prioritas Mahesa saat ini sebagai bentuk bakti dan tanggung jawabnya terhadap keluarga.

"Semoga Allah merestui abang ya Pak"

********

Pertama kali mamasuki gedung tersebut Mahesa berdecak kagum karena lebih modern dari perusahaan tempat ia bekerja saat ini. Hal pertama yang mahesa cari adalah toilet karena ia masih menggunakan kemeja pendek dan celana jeans. Sengaja Mahesa berganti baju karena tidak ingin setelan interviewnya kusut dan terkontaminasi oleh asap kendaraan serta bau keringat.

Mahesa menyisir rambutnya di depan cermin setelah mengganti pakaiannya dengan kemeja dan celana bahan lalu menyemprotnya dengan parfum, Kesan pertama akan selalu melekat karenanya mahesa mencoba berpenampilan serapih mungkin.

Mahesa memindai setiap jengkal tubuhnya yang terpantul untuk memastikan sudah sesuai dengan aturan. Ngomong-ngomong, kemeja ini adalah kemeja yang dibelinya sebelum pergi  ke Surabaya, terakhir mahesa pakai saat dinas di Palembang itupun kekecilan sampai perut buncitnya tercetak. Kali ini perutnya tidak terlalu nampak dan bagian tangannya tidak terlalu ketat. Progress yang bagus setelah mahesa rajin berolahraga dan mengkonsumsi makanan yang sehat.

Orang-orang bersetelan rapih hilir mudik saat Mahesa sampai di lantai tiga. Ia ditemani seorang panitia yang mengantarkannya kedalam suatu ruangan yang berisikan sepuluh calon pegawai baru

"Do'akan Mahesa ya bu, Assalamualaikum" lirihnya gugup dan terpaksa harus menyudahi teleponnya karena tiba gilirannya.

Berkat doa ibu dan pertolongan Tuhan, lidah Mahesa terasa ringan saat menjawab berbagai pertanyaan dengan rasa percaya diri.

Titik Balik (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang