31. Mimpi buruk

1.4K 181 2
                                    

Mahesa masuk kedalam mobil setelah memastikan pesawat yang ditumpangi khiya mengudara

Tanganya bergerak membuka Dashboard untuk mengambil uang kembalian bekas pembelian seafood malam tadi, ada beberapa lembar dua puluh ribuan beserta dua ribuan. Biasanya di dalam dashboar hanya ada uang-uang bekas kembalian atau uang parkir namun kali ini, ada amplop berwarna cokelat.

Apa mungkin itu surat kantor?

Mahesa membukanya

Isinya lembaran uang berwarna biru sebanyak tiga puluh, Mahesa mencoba mengingat uang yang ia dapati, siapa tahu lupa menaruh. Betapa cerobohnya kalau benar. Sangat bukan Mahesa menaruh sembarangan uang apalagi dalam jumlah yang banyak.

Dibalik amplop cokelat tersebut

semoga uang ini bisa menggantikan sebagian uang abang yang di keluarkan untuk Khiya selama di Jakarta. Maaf, selama disana Khiya merepotkan abang dan membuat abang marah.

Khiya sayang abang

Mahesa kembali menatap lembaran uang itu

Jarang sekali Khiya mengungkapkan rasa sayangnya, sekalinya mengungkapkan selalu berhasil membuat Mahesa melambung sebelum tahu bahwa Zakhiya membayar ketulusannya. Hal yang mengganjal di hatinya semakin menyesakan hingga tanpa sadar tanganya bergerak melempar amplop itu

********

Kakinya berlari secepat mungkin mengejar Mahesa yang sedang terburu-buru masuk kedalam mobil

"abang!" Pria itu tidak mengidahkan teriakannya. Terus melangkah dan masuk kedalam mobil.

Tak ada yang bisa Khiya lakukan untuk menghentikannya selain mengetuk jendel kaca mobil "buka bang, jendelanya! Khiya mau bicara" tersedu-sedu, gadis itu tetap mengetuk jendelanya berharap di bukakan oleh sang pemilik

Perlahan, pembatas itu turun, memudahkan Khiya menatap wajah pria yang sudah berjanji akan menjadi suaminya.

"Apa lagi?" Sangat dingin dan penuh dengan cemooh, betapa buruknya Khiya saat ini dimata pria itu.

Jelas, Zakhiya tak lebih cantik dari perempuan yang kini sama menatapnya di dalam mobil. Apalagi penampilannya kali ini sangat berantakan, wajah bersimbah air mata, bertelanjang kaki, dan pakaian yang tidak sekeren perempuan itu

"Abang tidak bisa meninggalkan Khiya begitu saja" tukasnya cepat sambil menangis, memohon agar Mahesa kembali memikirkan keputusannya

"Keputusan abang sudah bulat untuk mengakhiri hubungan ini"

"Karena dia kan?" Tunjuknya pada perempuan itu dengan tatapan menghunus dan berusaha meraihnya agar ia bisa meremas wajah menyebalkan itu, namun Mahesa menepisnya dengan kasar

"Berhenti Zakhiya!"

Khiya tersentak mendengar bentakan itu

"Abang lebih membela perempuan itu?"

"Iya! Dia calon istri abang sebenarnya"
Ucapan Mahesa membuatnya terguncang, semudah itu mengatakan calon istri di depan perempuan yang pernah dijanjikan singgasana itu?

Tercenung lama sampai tak menyadari mobil pria itu sudah melaju, biarkan ia di anggap keras kepala karena yang ada di pikirannya kali ini mengejar Mahesa sampai lelaki itu ingat dengan masa-masa hubungannya dan menjadi pertimbangan bahwa dia yang lebih pantas dari pada perempuan itu

"Abang berhenti!" Khiya terus berlari mengejar mobil silver yang dikendarai Mahesa

"Abang!"

Titik Balik (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang