"Minggu lalu sebelum Nino samperin kamu ke Jakarta, mampir kerumah dulu bawa oleh-oleh banyak, katanya baru pulang dari Aceh"
Ibunya menjeda sebentar karena sambil mengemil keripik kentang "Iya gitu, dia minta izin sama ibu dan bapak untuk menjalani hubungan serius sama kamu."
"Ibu jawab apa?"
"Terserah anaknya lah. kalau kamu bersedia, ya jalani"
Khiya tidak percaya.
"Tapi ibu mau maksa kamu"
Tuh kan.
Khiya menghela nafas berat, orang lain saja yang menurut Khiya tidak begitu ia kenal selalu dipaksa menerima, apalagi Nino yang dikenalnya baik. Tanpa Nino ketahui, ibunya sudah mengincar Nino menjadi calon mantu sejak jaman khiya masih bersama Mahesa.
"Nino itu Ganteng, Baik, Pintar, Mapan, keliatan sayang lagi sama kamu. Jangan lupa juga, dia yang udah selamatin kamu dari si Agus itu"
Khiya akui bahwa Nino memiliki banyak kelebihan sebagai laki-laki, contohnya seperti yang ibunya sebutkan barusan. Yang disebutkan ibunya belum seberapa dari semangatnya Nino membantu Khiya untuk lebih mencintai dirinya sendiri walaupun pembawaan pria itu sangat dingin.
Khiya saja tidak menyangka pria bertaut 9 tahun lebih tua darinya berniat mempersunting Khiya, tentu saja khiya butuh waktu. Tidak bisa langsung menerima ataupun menolaknya. Artinya, ada bagian dalam diri Khiya yang menginginkan sosok pria seperti itu di hidupnya namun bagian dirinya yang lain masih ragu karena tidak ada perasaan khusus.
"Dicintai itu jauh lebih bahagia loh, dari pada mencintai"
Khiya menopang dahinya, entahlah, minggu ini sangat menguras batinnya mulai dari lamaran Nino secara mendadak, mendapati foto Khiya di dompet Brian sampai pria itu yang mendadak ingin menjadi mualaf karena ingin memperistrinya.
"Lebih bahagia kalau Khiya belum memikirkan pernikahan"
"Tidak boleh begitu, ingat umur. Harusnya seumuran kamu itu sudah menikah. Tidak baik loh menunda-nunda pernikahan disaat ada laki-laki yang serius sama kamu, kami saja sebagai orang tua sudah merestui, tinggal kamunya saja"
"Restu orang tua itu mahal dan tidak sembarangan"
Paketttt!!!!
"Sudah dulu ya bu, ada paket, ibu sehat-sehat disana. Assalamualaikum"
Kamar khiya yang dekat dengan pintu masuk mengharuskannya menerima paket itu.
"Paket untuk Zakhiya Andriana"
Pasti paket dari Mahesa karena pria itu terus menghubungi keberadaan paketnya. Apalah sudah sampai atau belum
"Saya sendiri"
"Ini mbak paketnya"
Khiya menerima box paket yang cukup besar itu lalu membawanya ke kamar.
Sambil membuka paket, degupnya berpacu cepat karena penasaran dengan isinya apalagi itu dari Mahesa. Bisa-bisanya Mahesa membelikan oleh-oleh untuk perempuan lain disaat dia memiliki tunangan.
Eh tunggu, khiya di cap pelakor tidak ya?
Tetapi menampik pemberian pun tidak baik, hampir saja box itu terbuka, hpnya berdering dan nama Brian ada disana.
Khiya meringis tak enak karena enggan menerima panggilan dari pria itu, lagipula ini hari libur, makanya khiya takut diteror jawaban karena setelah laptopnya jatuh, khiya sibuk mengecek kerusakannya dan pria itu ikut membantu hingga akhirnya Brian membawa laptopnya untuk di cek secara keseluruhan dan ucapan Brian yang terlihat serius sebelumnya, terlupakan begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Balik (End)
RomanceKhiya dan Mahesa adalah sepasang petani yang menitipkan hati satu sama lain. melalui kasih, ada satu dunia yang hanya mereka tempati. melalui kasih, mereka adalah pasangan sehidup semati. melalui kasih, apakah bersama adalah pilihan yang pasti? Ba...