46. Perjanjian pra nikah

2.4K 232 15
                                    

Assalamualaikum Khiya

Apa kabar?

Harusnya khiya menjawab iya saja saat Mahesa memintanya untuk mengabari kalau sudah sampai, bukan mengingatkan pria itu yang memblokir nomernya hingga membuat Mahesa tak enak lalu membuka blokirannya. Dengan begitu, Mahesa hanya akan menunggu tanpa kepastian saja bukan malah mengirim Khiya pesan sampai membuat jantungnya jumpalitan dan gagal fokus.

Khiya mengabaikannya saat pria itu mengabari sudah dibuka blokirannya, namun membalas sudah saat mengirim pesan sudah sampai, setelah itu tidak ada lagi. Khiya pernah membuat story Whats App memperlihatkan pemandangan gunung, Mahesa mereply

Have fun, khiya.

Khiya kan jadi ingin terus membuat story agar di reply, apalagi setiap membuat story Whats App Mahesa selalu melihatnya.

Tapi itu tidak baik

Sama saja khiya berharap -dan bukankah khiya sudah merelakannya?

Memang sudah betul kalau sedang makan harus fokus makan. Tidak boleh sambil ngobrol, menonton atau bermain hp. Kalau tidak seperti khiya saat ini, nafsu makannya berkurang karena perutnya yang tiba-tiba mules. Masih saja Mahesa memiliki pengaruh, merasa kesal, khiya menaruh hp nya sedikit kencang hingga menimbulkan suara yang nyaring

"Hape baru Dit, test Drive" sahut Sri bersebelahan dengan Dita yang sama-sama sedang makan sambil menonton drama

"Tidak sengaja" Khiya termakan maksud dari kalimat Sri, karena itu ia lihat-lihat hpnya lagi takut ada yang kegores.

"Mana ayam pop gue, udah lo bikin?" Brian menghampirinya lalu menarik kursi samping khiya

"Itu di kotak warna hijau"

Tak menyahut, Brian menggosok tangannya tak sabar. menuangkan nasi terlebih dahulu, lalu membuka kotak hijau yang berisi beberapa ayam pop, senyum Brian mengembang.

"Makmur banget lo beb, seminggu ini di masakin khiya terus" Sri gatal tidak membicarakan ini, biasanya pria itu makan di warung An-Nur atau menu cafe Buddies samping gedung ini. Berbeda dengan Khiya yang selalu masak dan dibawa ke tempat kerjanya. Secara tiba-tiba Brian meminta dibuatkan ini itu. Kasihan kan Khiya yang punya sifat tidak enakan.

Karena Sri satu camp dengan khiya kadang melihat gadis itu kesusahan harus membagi waktu dengan pekerjaannya. Masak kan ribet, harus belanja dulu, belum prosesnya yang memakan waktu. Hanya masak mie, telur ceplok sih mudah, Masalahnya Brian meminta dibuatkan makanan yang susah-susah seperti rendang, dendeng sapi, empal, bahkan tadi ayam pop. Nyusahin! Sri terbawa kesal, tapi kesal karena meribetkan Khiya tidak seberapa dengan mendapati fakta Brian itu Playboy, yang suka jalan dengan banyak perempuan. Parahnya hanya sekedar nafsu, karena Brian tidak mau menikah.

"Khiya aja ngga keberatan, kenapa lo yang sewot?" Balasnya santai, sambil menggenggam ayam yang tiga suap saja sudah ludes dan berganti ke ayam yang baru, seperti hubungan si Playboy itu

"Gue prihatin aja liat dia sibuk tapi harus masak juga. Kalau buat dia sendiri sih paling masak telor ceplok"

Khiya menatap aneh Sri yang saat bicara dengan Brian terlihat jengkel padahal hobinya menggoda pria itu sampai kesal

"Lo keberatan?" Brian menelengkan wajahnya pada Khiya

"Kalau keberatan tapi tetep di jalani, tidak akan dibuat. Karena percuma, nilai kebaikannya tidak ada"

Memang kesusahan membuat request an Brian, tetapi Khiya mengingat kebaikan-kebaikan pria itu. Walau bermulut pedas, diam-diam Brian menaruh peduli padanya, terbukti dari cara dia tidak membiarkan Khiya tenggelam dalam masalahnya, mengajarkan caranya bangkit dari keterpurukan dengan mengenalkan ilmu ilmu yang baru hingga membuat Khiya merasa jauh lebih berkembang. Tidak ada alasan untuk Khiya menolaknya.

Titik Balik (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang