11. Rencana membuat istana

1.5K 203 2
                                    

Mau tidak mau Khiya menghubungi Mahesa, ia tidak seegois itu membuat Mahesa pulang dan mengorbankan pekerjaannya.

"Kemana aja kamu, barus respon abang" dari suaranya, Mahesa seperti baru bangun tidur.

"Abang hubungi kamu puluhan kali engga diangkat, abang khawatir, kamu masih marah? Abang bisa jelasin semuanya dik" alih-alih menjawab pertanyaan Mahesa, Khiya meneteskan air matanya menahan rindu sekaligus sesak membayangkan Mahesa berduaan dengan teman perempuannya itu

"Anya itu temen kantor, dia mampir ke kontrakan karena pacarnya batal ngajak dia nonton"

"Pacar?"

"Iya. Anya udah punya pacar"

"Abang pernah ketemu langsung sama pacarnya?"

"Belum tapi Anya pernah kasih liat fotonya"

"Kalian dekat?"

"Kayak abang sama Hening, cuma temen"

"Beneran Anya udah punya pacar?" Tanya Khiya memastikan

"Pernah abang bohong? " ya tidak, makanya Khiya bertahan

"Tapi kenapa berduaan di kontrakan, kalau orang lain liat bagaimana? Khiya tidak mau tiba-tiba abang di gerebek pak RT terus di nikahin"

"Ada ada aja kamu. Pintunya abang buka"

"Khiya engga suka abang berduaan sama perempuan lain, Anya kan perempuan masa berani nyusul laki-laki ke tempatnya"

"Lumrah dik, yang penting abang bisa jaga diri" sahut Mahesa diiringi menguap sembari menatap jam yang masih menunjukkan pukul setengah sembilan.

Lelah bekerja seharian berhasil membuat Mahesa si tukang begadang jadi anti begadang, bahkan setelah selesai Isya, Mahesa sudah pindah ke alam mimpinya.

"Zakhiya"

"Hm?"

"Marah kayak kemarin jangan di ulangi lagi ya cantik. abang khawatir sama kamu. Boleh cemburu, tapi jangan raguin cinta abang" Hati Khiya menghangat mendengar kalimat itu

"Maaf buat abang khawatir"

"Iya sayang, abang minta maaf juga udah buat kamu marah" Khiya tersenyum di seberang sana sambil memperhatikan luka dikakinya, apa Mahesa harus tahu tentang kondisinya saat ini?

"Seharian tadi ngapain ?"

******

Saat panen raya tiba, Khiya akan sibuk menyiapkan berbagai makanan untuk para petani yang ikut andil dalam memanen kentang milik keluarganya.

Berbagai lauk sudah khiya sajikan di gubuk tengah ladang dibantu oleh Hening dan kedua teman lainnya. Di dalam gubuk tersebut sang kakek sedang beristirahat sambil berbincang dengan salah satu pria yang meminta Khiya untuk menjadi pacarnya

Menjadi pacar?

Bisa-bisa khiya di pecat menjadi cucunya Bandi. Yang jelas....

"Khiya tidak mau pacaran" sahut khiya saat pulang sekolah tadi Mahesa mendatanginya dan meminta ia menjadi pacarnya.

"Kamu tidak sayang abang?" Mana mungkin? Bukankah selama ini ia sering pergi ke ladang agar bisa bermain dengan Mahesa?

"Abang tidak boleh ngomong gitu"

"Berarti suka?"

"Tapi Khiya tidak mau pacaran" akhirnya Khiya berani menatap Mahesa yang tak mengalihkan fokusnya terhadap Khiya.
Wajah Mahesa yang kala itu berjerawat terlihat merona apalagi kedua telinganya. Sedang di balik punggung Mahesa ada Jamil, sahabat lelaki itu yang sedang memantau penasaran.

Titik Balik (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang