37. Pemilik hati yang baru

1.7K 189 14
                                    

"Waktu"

"Time"

"Tepat waktu"

"On time"

"Buang-buang waktu"

"Wasting time"

"Seiring berjalannya waktu"

"As time goes by"

"Sewaktu-waktu"

"Some time"

"It's a wrap!" Khiya menghela nafas panjang sebelum menghampiri Brian yang memegang peralatan kamera saat merekamnya untuk dijadikan konten lalu membungkuk untuk mengintip hasil rekaman tadi. Salah satu kegiatannya setelah bergabung di Pintar Bahasa yang sudah berdiri setengah tahun yang lalu

Setelah berkonsultasi dengan Nino, pria itu menyarankan Zakhiya untuk mengikuti hal yang dimaksud Brian dengan ketentuan yang Nino buat seperti surat MoU, Brian tidak masalah dengan itu dan melengkapi semuanya.

Namun hal yang membuat Khiya tertarik untuk bergabung adalah iming-iming 'sukses'. Kemungkinan besar saat Khiya sukses Mahesa akan kembali padanya.

Betul kata temannya di camp, usia khiya saat ini harusnya dipakai untuk mementaskan diri agar mendapatkan pria yang sepadan. Mahesa sudah jauh diatasnya karena itu Zakhiya harus mengejar Mahesa.

"Khiya"

"Apa?" Khiya melirik Brian

"Senyum nya bisa ditambah lagi ngga?" Gadis itu mengerutkan keningnya

"Gue perhatiin ekspresi lo ngga ada perkembangannya, tetep datar. sebenernya udah cukup, but we'll do our best"

"Ya memang dengan ekspresi lo gini-gini aja penontonnya udah jutaan, apalagi kalau lo keluarin ekspresi terbaik"

Khiya menegakan tubuhnya, Brian bukan seorang diri yang memperingati Khiya untuk ramah dan tersenyum.

"I'll do my best"

Tak ada sahutan, Brian beralih membuka MacBooknya yang memperlihatkan index harga saham gabungan. Jangan tanya Khiya tahu itu dari mana? Brian, siapa lagi?

Selama setengah tahun ini, pria itu bayak mengajari hal baru mulai dari manajemen keuangan, investasi, cara mengelola digital marketing sampai kreatifitas mengajar di kursusannya. Bahkan diam-diam pria itu sudah membuat buku saku bahasa Inggris dengan nama kursusannya.

Tujuan Brian merantau ke desa ini tak lebih dari analisis bisnis. Pria itu sudah menyewa ruko kursusan bahkan menyiapkan beberapa tutor pilihannya sebelum mengajak Khiya bergabung.

Peran Khiya disana sebagai investor walau tidak sebanyak investasi yang dikeluarkan Brian untuk kursusan ini. Khiya masih takut dan ragu, makanya hanya tabungan hasil mengajarnya saja yang dijadikan investasi.

Seperti yang dikatakan Brian, khiya menjadi muse kursusan ini wajahnya sudah terpampang banyak di berbagai konten bahasa yang di posting di berbagai sosial media. Sedangkan Brian merangkap sebagai pemilik, tenaga pengajar, editing, sampai keuangan. Kadang-kadang pria itu memberikan tugas tambahan seperti membuat projek.

Sri : clong

Sri : pintar bahasa buka lowongan ngga?

Sri : mau dong gue

Dari terakhir kabar yang khiya dapat, Sri sedang mempersiapkan diri untuk beasiswa

Khiya : Brian lagi cari talent

Sri : on my way

Khiya : tidak lagi di Jakarta Sri?

Sri : escape di bude gue clong, bentar lagi gue sampe :(

Titik Balik (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang