Pagi hari tadi Khiya menghubungi Syifa untuk menanyakan perkembangan Mahesa lalu bertanya siapa saja yang berjaga di rumah sakit.
setiap pagi sampai siang Mahesa akan di jaga oleh Syifa kemudian akan di lanjut oleh Marni sampe esok paginya. Maka, pagi ini adalah kesempatan Khiya untuk mengunjungi Mahesa di rumah sakit sebelum marni yang jaga.
Ditengah perjalan ke RSUD, ibunya mengabari bahwa si bungsu sedang demam dan meminta Khiya untuk bantu beres-beres rumah serta mengurusi adik pertamanya yang akan di bagi rapot. Maka tak ada pilihan lain selain berhadapan dengan Marni di siang hari, karena nenek pernah bilang bahwa keluarga harus selalu diutamakan sebelum Khiya dipindah tanggung jawabkan pada seorang suami.
Saat ini, keadaan rumah ibunya mirip seperti kapal pecah dan mengharuskan Khiya untuk membenahi semuanya sedangkan ibunya menjaga si bungsu di kamar.
Dari mulai membereskan rumah, memasak, mencuci pakaian, sampai mengantar Dimas ke sekolah, Khiya kerjakan sendiri dalam waktu dua jam untuk estimasi waktu yang harus ia kerjakan agar cepat bertemu dengan Mahesa.
Kesabaran Khiya harus di uji saat wali kelas Dimas berbicara panjang lebar sebelum akhirnya pembagian rapot kenaikan.
"Dimas juara tidak?" Tanya adiknya yang baru saja naik ke kelas lima
"Maunya Dimas, juara berapa?" Dimas mengerjap berpikir
"1? 2? 3?, kan biar Dimas diberi hadiah koko krunch sama ayuk" tangan Mungil Dimas menyusup ke jemari Khiya meminta digenggam ketika keduanya sama-sama menjauh dari area sekolah.
"Kalau tidak juara 1, 2 atau 3, bagaimana?"
"Minta belikan bapak" jawabnya cekikikan
"Tapi tidak boleh sama ibu, katanya wafer geri lebih enak dan murah. Kalau mau koko krunch harus yang kecil"
Meskipun Khiya tidak terlalu dekat dengan keluarga kecil ibunya, ia tetap menganggap Dimas seperti adik kandungnya sendiri. Hampir setiap PR Dimas dibantu oleh Khiya hingga adiknya itu selalu masuk tiga besar. Karena bangga, Khiya selalu memberi hadiah cemilan kesukaan Dimas yang jarang dibeli yaitu koko krunch campur susu kental manis warna putih Siapa sangka kalau cemilan tersebut menjadi dorongan kuat Dimas supaya belajar lebih rajin.
"Selamat! Dimas dapat koko krunch lagi dari ayuk karena Dimas sudah rajin belajar dan mendapatkan peringkat dua disekolah"
"Yey ke dua" genggaman tangan Dimas semakin mengerat lalu menarik Khiya ke arah lain.
"Berarti beli koko krunchnya sekarang ya yuk, di toko pak mukmin"
Khiya menggeleng pasrah saat lengannya di tarik-tarik, ia ikut bangga karena lagi-lagi Dimas bertahan di tiga besar. Bebicara nilai, Khiyapun dulu sering langganan tiga besar.
Tatapan Khiya teralih saat sebuah mobil sedan berwarna putih melewati. Sejak mobil itu muncul di desa ini Khiya sudah hafal betul pemilik dari mobil itu.
Mobil Rina
Di depan pertigaan mobil tersebut Berbelok ke arah tanjakan yang bebatuan tempat dimana Mahesa dan keluarganya tinggal.
Rina pergi ke rumah abang?
"Ayo yuk!" Khiya tersentak saat Dimas menariknya sedikit keras
"Dimas, bagaimana kalau beli koko krunchnya setelah dari RSUD?"
"Siapa yang sakit?"
"Bang Mahesa" Dimas setengah mendengus namun kemudian mengangguk
"Terserah ayuk"
Khiya membawa Dimas ke rumahnya terlebih dahulu untuk bersiap-siap, berdandan secantik dan serapih mungkin kalau bisa melebihi Rina.
Sedang Khiya berdandan, Dimas bermain di luar bersama teman seumurannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Balik (End)
RomanceKhiya dan Mahesa adalah sepasang petani yang menitipkan hati satu sama lain. melalui kasih, ada satu dunia yang hanya mereka tempati. melalui kasih, mereka adalah pasangan sehidup semati. melalui kasih, apakah bersama adalah pilihan yang pasti? Ba...