2. Abang minta izin

2.8K 301 4
                                    

"Assalamualaikum"

Khiya berkunjung ke warung milik bu Marni- Ibunya Mahesa yang letaknya berada di samping rumah bu Marni. Hanya warung kecil yang menjual sedikit sayuran, cemilan anak-anak dan beberapa kebutuhan rumah tangga

"Waalaikumsalam"

Wanita paruh baya berkerudung merah jambu itu menyembul ditengah dagangannya

"Zakhiya"

"Ibu, sehat?" Khiya mengulurkan tangannya untuk mencium punggung wanita itu

"Sehat. Sini, duduk dulu. Kamu mau minum apa?" Bu Marni mengisyaratkan Khiya untuk duduk di kursi tempat pelanggan pria biasa memesan kopi

"Tidak usah repot-repot bu. Khiya mengantarkan ini" sebuah box yang disimpan di dalam pelastik hitam yang diluarnya terdapat tulisan aqiqah.

"Ibu kamu sudah melahirkan?" Khiya mengangguk

Sejak kecil Khiya hanya di besarkan oleh kakek neneknya yang kini telah tiada sementara orang tuanya, sibuk bekerja di luar negeri menjadi ART. Namun yang kembali hanya Ibu sedangkan bapak menghilang tanpa kabar sampai saat ini. Dari berita yang ibu dengar melalui teman satu pekerjaan bapak, beliau pindah negara bersama wanita yang diduga adalah istri barunya.

Merasa dikhianati, ibu memilih menerima pinangan seorang pria duda dari kampung sebelah yang kini memberinya dua orang anak. Pertama, masih kelas enam sd dan yang kedua belum genap satu bulan

"Iya bu, abang belum cerita?"

"Mungkin lupa. Akhir-akhir ini Mahesa sangat sibuk, pulang dari kebun langsung ke kandang. Pulang ke rumah tengah malam terus" gerutu Marni sekaligus khawatir

"Syifa sini!" Marni melambai ke arah gadis berambut berambut pendek yang memiliki hidung sama percis dengan Mahesa

"Ayuk"  Syifa mencium punggung tangan khiya dengan sopan.

"Tidak sekolah Syif ?" Saat Syifa membalas tatapanya, Khiya tahu ada jejak air mata di sudut mata calon adik iparnya

Marni lebih dulu berdiri "Syifa temani Khiya ya, sambil jaga warung. Ibu mau cuci pakaian yang tadi sudah di rendam" gadis itu mengangguk patuh

"Khiya ibu tinggal ya, terima kasih aqiqahannya salam sama ibu kamu" serunya sebelum berlalu ke dalam rumah tanpa membawa bingkisan yang khiya bawa jauh-jauh dari rumah ibunya.

Khiya bergeser ke samping Syifa yang saat ini membuka kotak aqiqahan.

"Syifa kenapa? lagi ada masalah ?" Khiya memindai setiap gerakan Syifa secara saksama dari mulai membuka pelastik tumis sampai menuangkannya ke dalam tempat yang tersedia.

"Syifa sudah mengecewakan Abang" tuturnya dengan tatapan kosong pada nasi dihadapannya.

"Bidik misi Syifa tidak lolos. padahal Syifa sudah jarang main supaya waktu belajarnya lebih banyak. "

"Kan masih ada jalur lain. Lagipula abang sudah siapkan semua biaya kuliah kamu"

"Engga tega syifa, yuk" tatapannya perlahan naik, membalas tatapan khiya

"Ayuk Kinan sedang punya masalah di kantornya dan 3 bulan tidak mendapat gaji. Makanya akhir-akhir ini abang rutin transferin" Kinan yang dibicarakan syifa adalah kakak perempuannya sekaligus adik pertama Mahesa yang saat ini tinggal di Bandung untuk bekerja.

"belum lagi keperluan abang, abang mau sunting ayuk,  pasti butuh uang banyak Syifa tidak mau jadi beban"

Syifa melahap suapan nasi beserta gulai, walau tanpa minat ia harus mengisi perutnya agar tidak sakit dan merepotkan abangnya, lagi.
karena menangis seharian ternyata menguras banyak energi.

Titik Balik (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang