"Tadi dokter datang memeriksamu dan memberikan beberapa resep obat." Irma menunjuk beberapa plastik obat di meja.
"Dokter bilang apa?" tanya Amadhea.
"Dokter bilang, kamu kelelahan dan stres. Kesehatanmu menurun karena sering telat makan," jelas Irma.
Amadhea mendengarkan.
"Tante akan memasak untukmu, ya," bujuk Irma.
"Tapi, Tante...."
"Jangan menolak, Nak. Kamu sendirian dan sedang sakit," kata Irma.
Sementara itu, di pintu utama, tampak 2 orang pria sedang memperbaiki pintu yang rusak karena didobrak oleh Burhan.
Burhan sendiri sedang berada di dapur. Ia mengedarkan pandangannya ke setiap sudut ruangan. Pandangan pria itu tertuju ke kertas undangan rapat orang tua di meja makan. Ia mengambilnya lalu membacanya.
"Mas," istrinya memanggil.
Pria paruh baya itu menoleh. "Amadhea sudah bangun?"
Irma mengangguk. "Aku baru saja memasak sop ayam untuknya. Dia juga sudah meminum obat sesuai anjuran dokter."
Burhan mengangguk. "Alhamdulillah."
Pandangan Irma tertuju pada surat di tangan suaminya. "Surat apa itu, Mas?"
"Ini surat undangan rapat dari sekolah untuk orang tua siswa dalam rangka pengambilan raport," jawab Burhan sambil menunjukkanmu pada Irma.
Irma membaca surat itu. "Siapa yang akan mengambil raport Amadhea? Orang tuanya sudah meninggal, kita juga tidak tahu siapa saja kerabatnya."
Burhan tampak berpikir.
Setelah pintunya selesai diperbaiki, Burhan dan Irma berpamitan pada Amadhea.
"Kalau kamu membutuhkan sesuatu, telepon kami saja," kata Burhan.
Amadhea tersenyum. "Terima kasih, Om."
"Kami pergi, ya."
Amadhea mengangguk.
Burhan berlalu diikuti Irma, tapi langkah wanita paruh baya itu terhenti. Ia kembali menghampiri Amadhea.
"Bukannya Tante lancang, tapi tadi Tante melihat surat undangan rapat orang tua di meja makan. Kalau kamu tidak keberatan, Tante akan membawakan raport kamu besok," ucap Irma.
Buliran bening menggenang di pelupuk mata Amadhea. Gadis itu tidak kuasa menahan tangisannya.
Irma menghampiri gadis itu kemudian memeluknya. Wanita paruh baya itu juga menangis dalam diam. Ia mengusap rambut Amadhea.
Tanpa mereka sadari, hantu wanita bergaun putih itu berdiri di ambang pintu kamar. Ia melihat mereka berdua berpelukan. Senyuman manis terukir di bibirnya.
Amadhea menyadari kehadiran seseorang. Ia mendongkak menatap hantu itu. Amadhea terbelalak kaget dan baru menyadari kalau hantu itu adalah Aulia yang juga sempat dilihatnya tadi sebelum tak sadarkan diri.
Aulia melambaikan tangannya kemudian tubuhnya yang bercahaya melebur menjadi butiran pasir putih lalu terbang terbawa angin dan menghilang.
Amadhea tersenyum sendu. Terima kasih, Aulia.
Keesokan harinya, Amadhea pergi ke sekolah dengan ekspresi ceria. Ia pergi ke kantin seperti biasa. Bukan membeli roti, Amadhea membeli sepiring nasi kuning. Ia duduk di salah satu bangku kemudian menyantapnya.
Kursi di sampingnya bergeser. Amadhea menoleh, tenyata Greeta dengan dua piring nasi uduk. Sejenak Amadhea terdiam dan teringat dengan kejadian kemarin.

KAMU SEDANG MEMBACA
SURREPTITIOUS
HorrorSURREPTITIOUS by Ucu Irna Marhamah Amadhea Claresza mendadak bisa melihat sosok-sosok makhluk halus di rumahnya, padahal sebelumnya ia tidak bisa melihat kehadiran mereka di sekitarnya. Gangguan-gangguan dari makhluk-makhluk itu membuat Amadhea pe...