Di kamar barunya, Nino tidak bisa tidur. Ia merasa bosan dan bangkit dari ranjang kemudian ia duduk di meja belajar. Anak laki-laki itu mulai menggambar menggunakan krayon di buku gambarnya.
Tak terasa jam menunjukkan pukul 2 dini hari. Nino menyelesaikan gambarnya. Sangat lucu gambar yang ia buat itu. Dalam gambar tersebut terlihat keluarga kecil yang bahagia. Ayah, ibu, dan anak laki-laki. Di belakang mereka ada rumah besar.
Nino tersenyum senang membayangkan gambar itu akan menjadi kenyataan suatu hari nanti.
Samar-samar terdengar suara ketukan di jendela. Perhatian Nino teralihkan ke jendela itu. Ia beranjak dari kursi kemudian menyingkap gordennya, tapi tidak bisa, karena gordennya dipaku ke kusen.
Nino mencungkil paku payung yang memaku gorden tersebut ke kusen dengan sekuat tenaga.
Tanpa ia sadari, sosok wanita berwajah terbakar berdiri di belakangnya. Wanita itu menyeringai menakutkan.
Merasakan kehadiran seseorang di belakangnya, Nino menoleh. Tidak ada siapa-siapa di ruangan itu kecuali dirinya.
Tiba-tiba terdengar suara benda jatuh di ruangan yang merangkap dengan kamarnya. Nino tampak kaget dan ketakutan.
Ia segera tidur dan menutupi sekujur tubuhnya dengan selimut. Tubuhnya gemetar dalam bungkusan selimut tersebut.
Krieeeeettttt!
Terdengar suara pintu terbuka dengan suara engsel yang khas. Kepala Nino muncul dari balik selimutnya. Ia melihat pintu kamar mandi yang merangkap dengan ruang kamarnya itu terbuka. Nino tidak melihat apa pun di sana.
"Hhhrrrgggs!!!" Tiba-tiba wajah terbakar itu muncul di depannya.
Nino berteriak tertahan lalu ia kembali bersembunyi di bawah selimutnya. Ia tidak bisa berteriak dengan keras. Suaranya tertahan di tenggorokkan. Ingin sekali anak itu berteriak sekencang-kencangnya meminta pertolongan dari orang tuanya.
Hari mulai pagi.
Ayuni membuka kunci pintu kamar Nino. Ia membuka pintunya dan melihat Nino masih tertidur. Wanita itu tersenyum kemudian berlalu ke dapur untuk memasak.
Saat Ayuni menumis bumbu, aroma lezat tercium memenuhi ruang dapur. Wanita itu sangat pandai memasak.
Setelah masakannya matang, Ayuni menyajikannya ke meja.
Sudarman memasuki dapur sambil membawa koran.
"Kopinya, Mas." Ayuni menyodorkan secangkir kopi. Uap lembut menari-nari di atas kopi tersebut.
"Terima kasih, Sayang." Sudarman meniup kopi tersebut lalu meneguknya.
Pandangan Sudarman dan Ayuni tertuju ke pintu kala melihat Nino berdiri di sana.
"Anakku, kamu sudah bangun, Nak? Kemarilah, kita sarapan bersama."
Nino berlari memeluk ibunya. Ayuni juga membalas pelukan putranya dan mengusap rambutnya dengan lembut.
"Putraku."
Ayuni menuangkan nasi dan lauk untuk Nino. Anak laki-laki itu tertawa senang.
"Nino, makan yang banyak, ya. Biar kamu kuat dan bisa melindungi Mama kelak," kata Ayuni lembut.
Nino menganggukkan kepalanya semangat. Ia pun makan.
Sudarman meletakkan garpu dan sendoknya dengan agak kasar membuat suara berdeting karena berbenturan dengan piring. Ayuni dan Nino terkejut. Mereka berdua mendongkak menatap Sudarman.
"Selera makanku hilang." Setelah mengatakan itu, Sudarman beranjak dari kursinya kemudian berlalu.
Nino menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
SURREPTITIOUS
KorkuSURREPTITIOUS by Ucu Irna Marhamah Amadhea Claresza mendadak bisa melihat sosok-sosok makhluk halus di rumahnya, padahal sebelumnya ia tidak bisa melihat kehadiran mereka di sekitarnya. Gangguan-gangguan dari makhluk-makhluk itu membuat Amadhea pe...