Xaga tiduran di sofa. Ia sedang melihat ke layar ponselnya membaca pesan chat dari Amadhea.
Dhea : Makasih sebelumnya.
Xaga : Besok aku akan datang ke rumahmu bersama Arnold dan Alinda, karena aku tidak enak kalau datang sendirian.
Dhea : Okay.
Keesokan paginya.
Xaga sudah rapi dengan seragam sekolahnya. Ia menuruni tangga dan melihat keluarganya sarapan bersama.
Bu Bachtiar menoleh pada putranya. "Xaga, sarapan dulu, Nak."
Xaga tidak merespon. Ia melanjutkan langkahnya.
"Hei, kamu nggak mau sarapan dulu?" tanya Starla.
Xaga tetap tidak menjawab.
"Biarkan saja," ucap Pak Bachtiar.
Bu Bachtiar tampak sedih. Ia menatap punggung putranya yang menjauh dan menghilang di balik pintu.
Sesampainya di sekolah, Xaga memarkirkan motornya. Ia menaiki tangga menuju ke kelasnya. Saat menaiki tangga menuju lantai 3, Xaga berpapasan dengan Amadhea. Gadis itu tampak pucat.
"Xaga." Tanpa diduga gadis itu memeluknya. Tubuhnya terasa sangat dingin.
Kedua pipi Xaga memerah kala pelukan Amadhea semakin mengerat. Kedua tangan laki-laki itu terangkat. Namun, laki-laki itu segera menggelengkan kepalanya dan menyentuh bahu Amadhea kemudian melepaskan pelukan gadis itu darinya.
Amadhea menatap Xaga. "Aku rindu sama kamu."
Xaga melihat mata Amadhea yang berubah-ubah. Terkadang normal, terkadang warna matanya hitam semua.
"Kamu bukan Amadhea," ucap Xaga.
Amadhea tersenyum tipis, lama-lama senyumannya semakin lebar dan mengerikan. Ia tertawa cekikikan dengan warna matanya berubah menjadi hitam semua.
"Jangan ikut campur, mata biru!" bentak sosok yang menyerupai Amadhea itu lalu tiba-tiba menghilang dari hadapan Xaga.
Xaga menggelengkan kepalanya lalu melanjutkan langkahnya.
Bel istirahat berbunyi. Xaga, Zayn, dan Elan tampak makan bersama di kantin.
"Sore ini aku mau pergi ke rumah Dhea bersama Arnold dan Alinda. Kalian mau ikut?" tanya Xaga.
"Ya, kalau diajak, kami ikut. Ya, kan?" Elan menyikut lengan Zayn.
Zayn mengangguk. "Iya, sekalian menjenguknya. Zahra bilang, Dhea sedang sakit."
Sore harinya.
Alinda tampak serius menyetir mobilnya. Di sampingnya ada Arnold. Sementara di kursi belakang ada Xaga, Zayn, dan Elan.
"Kita sampai." Alinda menghentikan mobilnya di depan gerbang rumah Amadhea.
"Sudah sampai?" Elan dan Arnold melihat ke depan.
"Kenapa tidak ada security yang membukakan gerbang?" tanya Elan.
"Karena Amadhea tinggal sendirian di rumah ini," jawab Alinda.
"Di rumah sebesar ini?" tanya Elan tak percaya.
Arnold dan Xaga keluar dari mobil. Mereka membukakan pintu gerbang. Mobil Alinda pun masuk.
"Meski pun aku satu kelas dengan Amadhea, tapi aku baru pertama kali datang ke rumahnya," ucap Arnold.
"Aku juga," bohong Xaga. Ia pernah membuntuti Amadhea waktu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SURREPTITIOUS
HorrorSURREPTITIOUS by Ucu Irna Marhamah Amadhea Claresza mendadak bisa melihat sosok-sosok makhluk halus di rumahnya, padahal sebelumnya ia tidak bisa melihat kehadiran mereka di sekitarnya. Gangguan-gangguan dari makhluk-makhluk itu membuat Amadhea pe...