Amadhea menuangkan air dari dispenser ke gelas lalu meneguknya hingga tandas. Gadis itu termenung untuk sesaat. Tiba-tiba terdengar suara mobil memasuki pelataran rumahnya. Amadhea berlari melihat ke jendela, ternyata memang benar, ada mobil putih yang datang dan berhenti di depan rumahnya.
Seorang wanita yang kira-kira berusia 40 tahunan keluar dari mobil tersebut bersama seorang pria muda yang tampaknya sedikit lebih tua dari Amadhea.
"Amadhea?" panggil wanita itu.
Karena wanita itu memanggil namanya, Amadhea segera keluar dan menemuinya.
"Tante Merlin? Tante nggak bilang mau ke sini?" tanya Amadhea.
Wanita yang bernama Merlin itu mengulurkan tangannya. "Mana kunci mobil papa kamu?"
"Apa?" Amadhea mengernyit.
"Lagian kamu nggak make mobilnya, kan? Sini kuncinya, Calvin lebih membutuhkan mobil itu ketimbang kamu," pinta Merlin dengan nada agak memaksa. Lebih tepatnya memaksa jika dibandingkan meminta.
Amadhea pun memberikan kunci mobil ayahnya pada Calvin. Pria itu menepuk pipi Amadhea kemudian ia mengambil mobil hitam milik ayahnya Amadhea dari garasi tua.
"Kotor banget, sih? Kenapa nggak dibersihin? Padahal kamu belajar secara online juga, kan? Seharusnya kamu rajin bersih-bersih. Lihat depan rumah kamu juga kotor begini. Anak gadis gimana, sih? Jangan jadi anak manja. Semenjak Mas Sudarman dan Mbak Ayu meninggal, kamu jadi suka ngelamun gitu," gerutu Merlin.
Amadhea tidak merespon ucapan adik dari ayahnya itu.
Tanpa mereka sadari, seseorang berdiri di dalam rumah dan mengawasi mereka lewat jendela besar. Napas makhluk itu terdengar jelas seperti napas tertahan orang yang mau meninggal.
"Tuh, kan, melamun lagi. Aku heran, kok, bisa kamu jadi peringkat 2 di kelas." Merlin memasuki mobil putihnya sementara Calvin mengemudikan mobil hitam milik mendiang Sudarman.
Mobil putih melaju duluan. Calvin mengeluarkan kepalanya dari jendela mobil. Ia tersenyum. "Dhea, kami pergi, ya."
Amadhea tidak menanggapi. Ia menatap mobil hitam yang diambil oleh sepupunya itu melaju meninggalkan rumah.
"Bahkan aku belum pernah mencoba menyetir sendiri. Papa berjanji akan mengajariku mengemudi, tapi sekarang mereka mengambil mobil Papa," gumam Amadhea.
Saat Amadhea akan memasuki rumahnya, ia mendengar suara sirene ambulans dari kejauhan. Ia berhenti di depan pintu kemudian melihat ambulans itu berhenti di depan rumah tetangganya.
Terlihat gadis yang tadi pagi dibawa ambulans kini kembali dalam keadaan sehat. Amadhea menghela napas lega melihat itu.
"Syukurlah, dia sepertinya baik-baik saja," ucap Amadhea kemudian melanjutkan langkahnya masuk ke rumah.
Sore harinya, Amadhea membawa beberapa buah-buahan segar dari dalam kulkas. Ia mengunjungi tetangganya yang baru saja pulang dari rumah sakit.
"Nak Dhea?" Irma, ibunya gadis itu menyambut Amadhea dengan baik. Ia mempersilakan Amadhea masuk dan menemui putrinya.
Mereka berdua menaiki tangga menuju ke lantai 2.
"Aulia memiliki masalah dengan pernapasannya. Kemarin asmanya kambuh. Tante memberikannya inhaler dan obat yang biasa dia konsumsi. Pagi ini asmanya kambuh lagi dan malah semakin parah. Tante dan Om panik, takutnya dia terkena COVID. Tante memanggil dokter dan ambulans. Mereka bilang, itu bukan gejala COVID, tapi gejala asma," kata wanita paruh baya itu.
"Apa sekarang Aulia baik-baik saja?" tanya Amadhea.
"Alhamdulillah, sekarang dia sudah mendingan," jawab Irma.
"Syukurlah," ucap Amadhea.
Mereka pun memasuki kamar Aulia. Gadis muda itu menoleh melihat kedatangan Amadhea.
"Tante tinggal, ya." Irma mengusap punggung Amadhea.
Amadhea duduk di kursi di samping ranjang tempat Aulia terbaring. Ia meletakkan keranjang berisi buah-buahan segar yang dibawanya ke meja.
"Kakak baik-baik saja?" tanya Aulia.
Amadhea mengernyit. "Seharusnya aku yang bertanya. Kan, kamu yang sakit. Bagaimana kondisimu? Apa masih sakit?"
Aulia tersenyum kaku. "Aku sudah merasa lebih baik sekarang, Kak."
Amadhea tersenyum. "Syukurlah."
Aulia tampaknya ingin mengatakan sesuatu, tapi ia ragu. Kedua tangannya meremas selimut.
Amadhea menyadari itu. "Kamu ingin mengatakan sesuatu?"
Aulia menggerakkan tangannya agar Amadhea mendekat padanya. Amadhea pun mendekatkan telinganya ke depan mulut Aulia.
"Kakak tidak tinggal sendirian," bisik Aulia.
Amadhea sebenarnya tahu dan sudah menyadari itu sejak lama, tapi saat mendengarnya dari mulut orang lain, ia benar-benar merinding dan takut.
Aulia menggenggam tangan Amadhea dengan erat. "Kakak jangan tinggal di rumah itu."
"Apa kamu melihatnya?" tanya Amadhea.
Aulia mengangguk pelan. "Waktu kemarin kita saling melihat dari jendela kamar, aku melihatnya."
Amadhea mendengarkan.
"Dia sangat menakutkan. Aku pikir setelah orang tua Kakak meninggal dunia, ada orang lain yang tinggal di rumah itu menemani Kakak, tapi Mama bilang, Kak Dhea tinggal sendirian di rumah itu," jelas Aulia dengan suara bergetar.
👻 Flashback 👻
Aulia melihat ada ranting yang menyangkut di jendela kamarnya. Ia beranjak dari ranjang lalu membuka jendela dan menyingkirkan ranting tersebut. Pandangannya tertuju pada rumah tua yang bersebelahan dengan rumahnya, tepatnya ke jendela kamar utama lantai 2.
Kedua mata Aulia menyipit melihat seseorang berdiri di kamar tersebut menghadap ke arahnya. Meski pun agak samar, tapi ia yakin seseorang itu adalah seorang wanita berambut sepinggang dengan wajah yang tidak jelas.
Aulia mengira jika wanita itu adalah Amadhea. Ia melambaikan tangan padanya, tapi tidak dibalas oleh Amadhea.
Seseorang mendekat ke jendela di seberang sana. Ternyata itu Amadhea. Aulia mengernyit. Wanita berambut panjang itu masih berdiri di sana. Saat Amadhea berjalan menuju jendela dan membukanya, wanita misterius itu menghilang. Aulia bingung tentunya.
Amadhea melihat padanya. Aulia pun melambaikan tangannya. Amadhea juga melambaikan tangan.
Wanita itu muncul lagi di belakang Amadhea. Kali ini Aulia melihat wajah wanita itu yang sangat menakutkan. Sepasang mata melotot nyaris keluar dengan kulit wajah hangus dan sebagian meleleh.
"Makhluk apa itu?"
Aulia berhenti melambaikan tangannya. Ia menunjuk ke arah Amadhea. Tampaknya Amadhea tidak mengerti dengan kode yang diberikan Aulia. Ia masih melambaikan tangannya pada Aulia.
"Keluar dari sana, Kak Dhea," ucap Aulia. Ia ingin berteriak, tapi suaranya tercekat.
Aulia mengibaskan tangannya dan menunjuk ke arah Amadhea yang sebenarnya menunjuk ke wanita di belakang Amadhea.
Saat Amadhea menoleh ke belakangnya, wanita itu menghilang. Aulia membeku saat mencium aroma terbakar dan bau daging mentah yang tiba-tiba muncul di dalam kamarnya.
Gadis itu tidak menyadari kalau sebenarnya wanita itu kini berada di belakangnya, menatapnya dengan mulut menganga lebar.
Kedua kaki Aulia gemetar kala merasakan tangan panas menyentuh kakinya. Gadis itu memberanikan diri untuk melihatnya. Ia menunduk, tapi tidak ada apa-apa di bawah sana. Saat kembali berbalik ke jendela, wajah itu sudah satu sentimeter berada di depannya.
👻👻👻
18.11 | 1 September 2021
By Ucu Irna Marhamah

KAMU SEDANG MEMBACA
SURREPTITIOUS
HorrorSURREPTITIOUS by Ucu Irna Marhamah Amadhea Claresza mendadak bisa melihat sosok-sosok makhluk halus di rumahnya, padahal sebelumnya ia tidak bisa melihat kehadiran mereka di sekitarnya. Gangguan-gangguan dari makhluk-makhluk itu membuat Amadhea pe...