Part 13

40 6 0
                                    

Hantaman keras mendarat dan pecah di wajah Merlin ketika wanita berambut panjang itu melayangkan vas di tangannya.

"Mama!" Calvin menolong Merlin yang wajahnya sudah berdarah-darah.

Hantu wanita itu melemparkan pecahan vas di tangannya ke wajah Calvin. Beruntung Calvin sempat mengelak, sehingga pecahan vas itu mengenai pipinya sedikit.

Calvin terpaksa menyeret ibunya untuk menghindari hantu itu. Setelah jauh, ia menggendong ibunya yang sekarat itu. Ternyata salah satu pecahan vas melukai lehernya cukup dalam.

"Mama." Calvin menangis khawatir.

Merlin mencoba mengatakan sesuatu, tapi suaranya tidak keluar. Calvin jatuh tersungkur saat kakinya tersandung akar pohon bakau.

"Ca... Calvin," bisik Merlin dengan suara serak.

Calvin mendekatkan telinganya ke mulut ibunya. Merlin membisikkan sesuatu yang membuat Calvin terbelalak kaget.

Kedua mata Merlin terbelalak melihat hantu wanita itu berada di belakang Calvin dengan kayu besar di tangannya dan siap menahantamkannya ke kepala Calvin.

Dengan segera, Merlin mendorong Calvin untuk menyelamatkan putra tunggalnya itu sehingga kayu itu masuk ke mulut Merlin dan menancap dalam sampai tembus ke tengkorak belakangnya.

"Mamaaaa!!!" di depan matanya sendiri Calvin melihat ibunya tewas dibunuh oleh makhluk itu.

Makhluk itu tiba-tiba muncul di depan wajah Calvin. Tampak sebagian wajahnya yang meleleh karena luka bakar. Namun, sebagian dari wajahnya tampak masih utuh.

Satu hal yang membuat Calvin sangat terkejut. Wajah utuh wanita itu mirip dengan Amadhea.

Wanita menakutkan itu menusukkan pisau ke perut laki-laki itu. Calvin mulai kembali dalam kenyataan saat merasakan sakitnya ditusuk pisau. Laki-laki itu menunduk melihat perutnya yang berdarah dikoyak oleh... bukan pisau, ternyata kuku makhluk itu yang panjang dan besar, serta memiliki ujung runcing seperti pisau.

Kalung salib yang dipakai Calvin terlihat dari balik kerahnya. Makhluk itu merasa silau karena salib tersebut kemudian ia menghilang seketika. Calvin tersungkur dengan darah yang mulai menetes ke pasir.

Ponselnya yang berada tak jauh darinya berdering. Calvin mencoba meraih ponsel tersebut. Ia berhasil.

"Halo? Pak Polisi.... tolong lacak tempat ini, kami sekarat," tangis Calvin.

Sementara itu, Amadhea tampak duduk di depan rumah bersama ibu-ibu tetangga termasuk Irma. Mereka menghibur Amadhea yang selalu mendapatkan perlakuan buruk dari Merlin.

"Kenapa tidak lapor polisi saja?"

"Iya, kenapa tidak sekalian menyewa pengacara? Suami Tante kenal sama pengacara terbaik di kota ini."

"Tantemu itu sangat jahat. Kami mendengar suaranya dari rumah. Apa dia memarahimu dan memukulmu?"

Amadhea tidak tahu harus menjawab apa. Ia hanya mengangguk atau menggeleng menjawab pertanyaan dari para ibu itu.

Setelah hari mulai gelap, Amadhea bergegas tidur. Gadis itu pun menutup matanya.

Terdengar suara ketukan dari lantai bawah. Tepatnya dari ruangan yang pintunya disembunyikan. Amadhea terbangun. Sejujurnya ia enggan mengeceknya, tapi suara itu sangat mengganggu. Ia tidak bisa tidur.

Meski pun takut, akhirnya Amadhea memutuskan untuk keluar dari kamarnya. Ia menuruni tangga yang gelap, karena gadis itu enggan menyalakan lampu.

Amadhea tiba di depan ruangan tersembunyi itu. Ia menggeser mejanya dan menyingkirkan lukisan yang menggantung itu. Kertas dindingnya ia buka. Kedua mata Amadhea terbelalak melihat gemboknya yang sudah terbuka.

Amadhea bertanya-tanya, apa ada seseorang yang membukanya? Tapi, siapa?

Tanpa pikir panjang, Amadhea melepaskan gembok tersebut lalu membuka pintunya. Ternyata ruangan tersebut tidak terlalu luas. Ukurannya sekitar 6x4 meter. Ada ranjang untuk satu orang, satu buah lemari, satu set meja dan kursi, lalu ada cermin di dalam ruangan itu. Ruangan tersebut seperti kamar pembantu.

Amadhea melihat ada pintu lain di dalam kamar tersebut. Ia membukanya, ternyata ada kamar mandi yang merangkap dengan kamar tersebut.

Tanpa Amadhea sadari, sosok kecil itu berdiri di belakangnya. Tangannya yang mungil menyentuh tangan Amadhea.

Refleks Amadhea menoleh, tapi tidak ada siapa-siapa di belakangnya.

"Hhhh." Amadhea terbangung dengan keringat dingin mengalir dari sekujut tubuhnya. Ternyata barusan ia bermimpi.

Tangannya bergerak mengusap keringatnya lalu ia kembali tidur.

"Dhea?" Amadhea kembali terbangun. Ia mendengar suara wanita memanggil namanya.

Gadis itu bangkit dan beranjak dari tempat tidurnya. Ia tampak berpikir.

"Dhea?"

Kedua mata Amadhea terbelalak. Ia mengenali suara itu. "Mama...."

Dengan terburu-buru, Amadhea beranjak dari ranjang. Gadis itu segera membuka pintu kamar. Cahaya masuk menyilaukan pandangannya. Ia mengerjap sebentar lalu kembali membuka matanya. Ternyata hari sudah pagi.

Amadhea menuruni tangga dan menuju ke dapur. Ia melihat seorang wanita yang sedang memasak membelakanginya.

Aroma masakan tercium memenuhi ruang dapur. Aroma yang selama ini ia rindukan. Amadhea membeku saat wanita itu berbalik dan menyajikan makanannya ke meja.

Benar, itu ibunya. Wanita cantik itu mendongkak menatap Amadhea lalu ia tersenyum. "Oh, putriku yang cantik. Mama kira ada bidadari yang jatuh dari langit dan tersesat di dapur."

"Mama." Pandangan Amadhea memudar dikarenakan buliran bening yang menumpuk.

Seseorang memasuki dapur. Pria paruh baya itu menatap punggung Amadhea. "Dhea? Kenapa berdiri saja? Duduk, Nak."

Amadhea menoleh. Ia melihat pria paruh baya itu membawa koran dan kopi di tangannya.

"Papa."

"Bukankah hari ini kamu ada ulangan? Cepatlah makan, nanti kesiangan," kata Ayuni, ibunya Amadhea.

"Tapi, aku belum mandi." Amadhea menunduk melihat pakaiannya. Ia terbelalak kaget mendapati dirinya sudah memakai seragam. Padahal tadi ia masih memakai piyama.

Mereka pun duduk di meja makan untuk sarapan bersama. Saat Amadhea mengambil nasi, tiba-tiba sebuah kepala jatuh ke mangkuk sop ayam membuat kuahnya terciprat ke mana-mana.

Amadhea menjerit kaget melihat wajah yang masih hidup itu menggelepar di dalam mangkuk. Cipratan kuah sop ayam di bajunya berubah menjadi darah.

"Ba-bagaimana bisa...."

Tiba-tiba orang tuanya menghilang dari hadapannya. Amadhea mendengar suara hantaman keras dan teriakan meminta tolong. Amadhea sangat panik. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan melihat mobil ringsek yang tiba-tiba berada di rumahnya.

Amadhea melihat darah segar yang mengalir dari bawah pintu mobil ringsek tersebut membasahi lantai.

Perlahan Amadhea mendekat untuk melihatnya, tapi tangan kecil nan dingin menyentuhnya. Amadhea menoleh melihat anak laki-laki berkulit pucat dengan seluruh matanya yang berwarna putih tersenyum mengerikan.

"Aaarrgghhh!" Amadhea tersentak bangun. Keringat tidak lagi mengalir, tapi mengucur dari sekujur tubuhnya. Piyama yang ia pakai menjadi basah. Ternyata yang barusan juga mimpi.

Amadhea mengusap kasar rambutnya ke belakang. Ia mencoba mengatur napasnya yang terengah-engah seolah-olah baru saja mengikuti lomba maraton.

Gadis itu mencoba mencerna mimpi yang barusan mengganggunya. Ia menggelengkan kepalanya lalu kembali berbaring.

Rasa kantuk terus datang menyerangnya. Sementara Amadhea tidak ingin tidur dan bermimpi buruk lagi.

Namun, perlahan keduanya matanya mulai tertutup. Amadhea tertidur.

Sosok wanita yang seluruh matanya berwarna hitam itu berdiri di sudut ruangan memperhatikan Amadhea.

👻👻👻

14.46 | 1 September 2021
By Ucu Irna Marhamah

SURREPTITIOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang