Part 28

45 6 0
                                    

Di kamarnya, Amadhea tengah duduk di meja belajarnya seperti biasa. Saat ia serius membaca buku materi, tiba-tiba bawang yang digantung diatas meja belajarnya jatuh berhamburan.

Amadhea tersentak kaget. Ia mendongkak menatap gantungan bawang itu yang habis tinggal ikatannya.

Sejenak Amadhea meninggalkan bukunya. Ia mengambil gantungan bawang yang baru kemudian ditempel lagi di atas sana. Gadis itu kembali duduk dan melanjutkan membaca.

Terdengar suara napas tertahan dan suara serak seseorang yang membaca mantra. Amadhea pura-pura tidak mendengar.

Yang datang pasti hantu bermata hitam itu, batin Amadhea.

Suara itu menghilang.

Aroma terbakar memenuhi seisi ruangan. Amadhea membuang napas kasar. Ngapain juga hantu berwajah terbakar pake datang segala?!

Tiba-tiba semua bawang putih yang digantung di seluruh ruangan berhamburan dan berjatuhan ke lantai. Amadhea menjerit kaget. Ia melompat ke atas kursi dan melihat bawang-bawang di lantai menjadi hangus seolah-olah terbakar.

"Bagaimana bisa?" Amadhea turun dari kursinya. Ia menyentuh bawang-bawang yang sudah hangus itu.

"Aw, panas!" Amadhea meniup jemarinya.

Amadhea terdiam kala merdengar suara tawa anak kecil menggema di rumah itu.

Tiba-tiba kursinya terlempar ke arah Amadhea. Gadis itu berteriak panik. Ia langsung berjongkok. Kursi itu terbanting membentur jendela kamar hingga kacanya pecah dan kursinya keluar jatuh ke tanah.

Amadhea menyentuh dadanya. Jantungnya berdegup kencang. Apabila ia tidak segera merunduk, maka kursi itu akan membentur tubuhnya.

Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dengan bantingan keras. Amadhea melihat hantu berwajah terbakar itu berdiri di ambang pintu. Hantu wanita itu menyeringai menakutkan. Tiba-tiba ia sudah berada di depan Amadhea.

Lutut Amadhea lemas. Ia jatuh terduduk. Hantu wanita itu mencekik leher Amadhea. Rasanya seperti dililit ular. Amadhea mengeluarkan rosario milik Xaga kemudian ia menamparkan rosario tersebut ke wajah hantu itu.

Wanita berwajah terbakar itu berteriak. Asap mengepul dari wajahnya. Amadhea melihat bekas rosario tercetak di pipi hantu wanita itu.

"Hrrraaagghhhh!" Hantu itu menghilang dari hadapan Amadhea.

Amadhea mengatur napasnya yang terengah-engah. Ia jatuh terduduk di lantai sambil menangis ketakutan.

Tiba-tiba suara wanita membaca mantra kembali terdengar. Amadhea menangis sambil menutup kedua telinganya. Ia tidak ingin mendengar apa pun lagi. Gadis itu merasakan tangan dingin menyentuh kepala dan dahinya.

Ia berusaha meronta, tapi tubuhnya seolah membeku, sangat sulit digerakkan.

Hantu bermata hitam itu berada dekat di belakangnya. Ia membisikkan mantra secara langsung ke telinga Amadhea sembari memegang kepala dan dahi kiri gadis itu.

Amadhea menangis dalam diam. Tangannya yang memegang rosario gemetar. Ia benar-benar sangat ketakutan.

Rosario di tangannya putus dan berhamburan ke lantai tanpa sebab. Amadhea melihat sosok anak kecil yang mengintip di ambang pintu. Anak kecil itu terlihat ketakutan.

Amadhea menyentuh tangan yang menutupi dahinya. "Berhenti!! berhenti menggangguku!!!"

Wanita bermata hitam itu tertawa cekikikan. "Amadheaaaa!!!"

Amadhea membuka matanya. Sebelah matanya, tepatnya mata yang kiri berubah menjadi hitam semua. Pembuluh darahnya muncul di pipi dan dahi kirinya.

"Aarrgghh!!!" Amadhea berteriak kesakitan. Ia jatuh terkulai ke lantai.

SURREPTITIOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang