Part 20

37 6 0
                                    

Ketika truk itu nyaris melindasnya, seseorang menarik jaket Amadhea dan membawanya ke tepi jalan.

Amadhea mendongkak menatap penolongnya. Ia terkejut, ternyata laki-laki yang baru saja menolongnya adalah Xaga. Tubuhnya basah oleh air hujan.

Xaga menarik Amadhea agar berdiri di tempat yang teduh. Mereka berdua duduk di bangku stasiun.

Hening.

Keduanya sama-sama diam tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Karena itu rasanya canggung.

"Te-terima kasih sudah menolongku," ucap Amadhea.

Xaga tidak merespon.

Beberapa murid lewat. Mereka melihat pada Xaga dan Amadhea yang duduk bersebelahan di bangku stasiun.

"Cieee." Mereka tampaknya mengenali Xaga dan Amadhea. Itulah sebabnya mereka menggoda keduanya.

"Berduaan mulu, pacaran, ya?"

"Pasangan juara kelas, nih."

Amadhea dan Xaga tidak menanggapi mereka.

Amadhea beranjak dari bangku kemudian berlalu pergi. "Aku ketinggalan bus terakhir. Aku duluan, ya."

Terpaksa Amadhea harus berjalan kaki untuk sampai ke rumahnya. Tanpa ia sadari, Xaga mengikutinya di belakang.

Amadhea tiba di rumahnya saat hari sudah gelap. Ia membuka gerbang lalu masuk.

Xaga berhenti di depan gerbang . Ia melihat Amadhea masuk ke dalam rumah tua yang menyeramkan itu. Untuk sesaat, laki-laki itu memperhatikan ke sekeliling rumah tersebut.

"Kamu sedang apa di sana?"

Xaga terkejut saat ada yang menegurnya. Ia menoleh, ternyata Irma. Laki-laki itu tidak langsung menjawab.

"Kamu ngintip Dhea, ya?" tanya Irma curiga.

"Ah? Nggak, kok." Xaga mengibaskan kedua tangannya.

"Kamu nggak punya niat jahat, kan?" selidik Irma.

Xaga menggeleng. "Permisi, Tante."

Irma menatap punggung Xaga yang berlalu meninggalakan tempat tersebut. Wanita itu menggeleng pelan.

Amadhea baru selesai mandi. Ia menyisir rambutnya yang panjang kemudian tiduran sambil memainkan game di ponselnya. Gadis itu berhenti sesaat. Ia teringat apa yang terjadi sore ini. Xaga menyelamatkannya dari kematian.

Meski pun laki-laki itu terkesan sinis dan unfriendly, tapi ternyata Xaga memiliki hati yang baik. Ia berani mengambil resiko menolong Amadhea.

"Aku sudah berterima kasih, tidak perlu berterima kasih dua kali," gumam Amadhea sambil kembali melanjutkan bermain game.

Keesokan paginya, Amadhea bangun lebih awal. Ia tampak lebih ceria hari ini. Amadhea tidak mendapatkan gangguan apa pun dari makhluk halus semalam. Itulah sebabnya ia tidur dengan nyenyak dan bangun dengan segar.

Teringat dengan kebaikan Xaga, Amadhea berniat membuat nasi goreng untuk laki-laki itu. Karena masih sangat pagi, Amadhea masih memiliki banyak waktu untuk memasak. Ia menuangkan nasi goreng yang sudah matang itu ke dua kotak bekal. Yang satu untuk Xaga dan satunya lagi untuknya.

Amadhea pergi ke sekolah. Ia memakai jaket yang kemarin dipakainya setelah dikeringkan karena sempat basah kehujanan sewaktu pulang. Gadis itu tidak memiliki jaket lain di rumahnya.

Sesampainya di sekolah, Amadhea menyapa Pak Juki dan Pak Tarmin di depan. Kemudian ia memasuki kelasnya.

Saat menaiki tangga, Amadhea berpapasan dengan seorang siswi yang seragamnya berbeda. Amadhea segera mengalihkan pandangannya, karena sudah pasti siswi itu bukan manusia. Untuk apa pagi-pagi siswi dari SMA lain berada di SMA Germada?

SURREPTITIOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang