Mohon follow, like, vote, dan comment, ya. Itu adalah penyemangat buat saya update tiap hari.
👻👻👻
Setelah masakannya selesai dibuat, Zahra dan Greeta membawa semua makanan itu ke kamar Amadhea. Mereka pun makan bersama. Alinda menyuapi Amadhea. Ia juga membantu Amadhea minum obat.
Terdengar suara ketukan di pintu utama.
"Mungkin itu Tante Irma. Aku buka pintunya, ya," kata Zahra kemudian berlalu.
Benar, Irma datang sambil membawa nasi, lauk pauk, dan makanan lainnya. Ia tidak tahu kalau Zahra dan Greeta sudah memasak.
"Ya sudah, makanan dari Tante buat makan siang saja, ya," kata Irma.
"Iya, Tante, terima kasih."
"Bagaimana keadaan Dhea?"
"Dia sudah mendingan."
Setelah mengantarkan makanan, Irma langsung pulang. Sementara Greeta dan Alinda membersihkan rumah. Giliran Zahra yang menemani Amadhea.
"Kemarin Zayn nanyain nomor kamu, tapi nggak aku kasih," kata Zahra.
"Zayn?" Amadhea tampak kebingungan.
"Bukan Zayn, lebih tepatnya Xaga yang meminta nomormu melalui Zayn lalu Zayn memintanya padaku," koreksi Zahra.
Ia melanjutkan, "Aku tidak bisa memberikan nomormu pada orang lain kalau aku belum meminta izin langsung padamu."
Amadhea tersenyum. "Tidak apa-apa, berikan saja."
"Baiklah, kalau kamu mengizinkan." Zahra membawa ponselnya. Ia mengirimkan nomor Amadhea pada Zayn.
"Kamu dekat dengan Zayn?" tanya Amadhea.
Zahra tersipu. "Tidak, kami tidak sedekat itu. Papaku dan papanya Zayn berteman baik."
"Oohh." Amadhea mengangguk mengerti.
Ponsel Amadhea berbunyi. Gadis itu mengambilnya dan mengecek notifikasi yang masuk, ternyata ada chat dari nomor tak dikenal. Saat dibaca, ternyata Xaga yang mengirimkan pesan chat.
"Xaga nge-chat," kata Amadhea sambil menunjukkan chat dari laki-laki itu.
"Wah, dia sangat antusias rupanya. Setelah mendapatkan nomor kamu, dia langsung mengirimkan pesan chat," celetuk Zahra.
"Mungkin ada sesuatu yang penting." Amadhea menyimpan nomor Xaga ke kontaknya kemudian ia membalas chat tersebut.
"Dhea, dahi kamu kenapa?" tanya Zahra dengan pandangan tertuju ke dahi Amadhea.
"Ini?" Amadhea menyentuh dahi sebelah kirinya yang benjol. "Aku tidak tahu. Mungkin karena jatuh kemarin, jadinya benjol begini."
Amadhea mengambil cermin di meja lalu berkaca. Benjolan itu berbentuk oval dan sebesar ibu jari orang dewasa.
"Apa sakit?" tanya Zahra.
Amadhea menggeleng. "Aku tidak merasakan apa pun saat memegangnya."
Greeta membersihkan lantai dengan vacuum cleaner. Saat ia membersihkan lantai depan pintu di samping ujung tangga, gadis itu tampak kebingungan melihat setumpuk krayon merah yang sudah patah di depan pintu tersebut.
"Kenapa Dhea menyimpan krayon di sini?" Greeta mengumpulkan krayon tersebut lalu menyimpannya ke meja di samping pintu itu. Ia melanjutkan membersihkan lantai.
Tiba-tiba terdengar suara benda kecil yang jatuh. Greeta melihat krayon merah menggelinding dari bawah pintu.
Greeta mengambilnya lalu meletakkannya bersama krayon-krayon lainnya yang tadi ia simpan di meja.

KAMU SEDANG MEMBACA
SURREPTITIOUS
TerrorSURREPTITIOUS by Ucu Irna Marhamah Amadhea Claresza mendadak bisa melihat sosok-sosok makhluk halus di rumahnya, padahal sebelumnya ia tidak bisa melihat kehadiran mereka di sekitarnya. Gangguan-gangguan dari makhluk-makhluk itu membuat Amadhea pe...