Amadhea dan Alinda jatuh bersama-sama.
Amadhea menutup matanya, tapi ia tidak merasakan kerasnya terbentur dengan lantai. Ia merasakan sepasang tangan kekar yang menangkap tubuhnya.
Perlahan Amadhea membuka matanya. Ia melihat wajah tampan yang begitu dekat dengannya. Xaga yang menangkap tubuhnya. Mereka saling menatap untuk sesaat.
"Alinda." Amadhea segera turun dari Xaga dan melihat Arnold menggendong Alinda. Ternyata laki-laki itu juga menangkap tubuh Alinda seperti Xaga menangkap tubuhnya.
Alinda tampaknya tak sadarkan diri dalam pelukan Arnold.
"Kamu nggak apa-apa?" tanya Arnold.
Amadhea menggeleng. "Tolong bawa Alinda ke ruangan yang disediakan guru untuk orang pingsan, ya."
Arnold mengangguk.
Amadhea melirik Xaga. "Kamu ngapain di sini? Seharusnya kamu menolong teman-teman sekelas kamu."
Xaga tidak menjawab.
Amadhea berlalu melewati Xaga. Gadis itu menghampiri Greeta. "Lebih baik kita...."
Greeta mendongkak menatap Amadhea dengan mata merah.
Amadhea terkejut. Greeta juga kerasukan? Aku lengah lagi. Bagaimana ini?
Greeta mendorong Amadhea dan menindihnya. Gadis itu berteriak di depan wajah Amadhea.
Amadhea menahan bahu Greeta yang terlihat seperti ingin memakannya. "Greeta!"
"Kalian sudah mengambil rumah kami, sekarang kami akan mengambil rumah kalian dan raga kalian!" Greeta berbicara dengan suara berat seperti nenek-nenek.
"Aarrgghh!!!" Amadhea berteriak saat Greeta nyaris menggigit wajahnya.
Beruntung Elan dan Zayn datang. Mereka menarik tubuh Greeta yang menindih Amadhea.
Xaga juga menarik lengan Amadhea agar segera berdiri dan menjauh dari Greeta yang masih ingin melukai Amadhea.
"Kami akan membawanya ke ruangan di lantai 1. Semua siswi yang kerasukan dibawa ke sana untuk ditangani," kata Elan.
Amadhea mengangguk. "Tolong, ya."
"Rumahku! Rumahku!" Greeta mengamuk dalam ringkusan Elan dan Zayn.
Beberapa pemuka agama sudah tiba dan menolong para siswi yang kerasukan. Mereka memanjatkan do'a-do'a sesuai agama dan kepercayaan masing-masing.
Para siswi yang kerasukan dipisahkan dari ruangan yang sama untuk menghindari kerasukan masal yang lebih besar.
Di lapangan basket, para murid yang tidak menunjukkan 'gejala' kerasukan dipersilakan untuk berdoa agar membantu kelancaran proses mengeluarkan makhluk-makhluk dari tubuh para siswi.
Hanya beberapa siswi yang tidak mengalami kerasukan. Rata-rata murid di lapangan basket adalah para siswa.
Salah satu siswi yang ada di lapangan basket adalah Amadhea. Bahkan ia satu-satunya siswi dari kelas XI-IPA-B yang tidak mengalami kerasukan atau pun pingsan.
Arnold duduk di sebelahnya. Ia meberikan sebotol air minum pada Amadhea. "Kita baru saja bersyukur, karena corona sudah tidak ada. Malah datang lagi masalah baru."
Amadhea menerima botol tersebut. "Kamu nggak minum? Dari tadi aku lihat kamu doang yang membawa siswi-siswi yang kerasukan di kelas kita. Siswa lainnya tidak melakukan apa-apa."
"Aku punya." Arnold menunjukkan botol miliknya yang sudah diminum setengah. "Lagian aku dibantu Zayn dan Elan, tetangga kelas kita."
"Iya, siswa kelas A sangat kompak. Berbeda dengan kelas kita," ucap Amadhea.
![](https://img.wattpad.com/cover/298546597-288-k358743.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SURREPTITIOUS
HorrorSURREPTITIOUS by Ucu Irna Marhamah Amadhea Claresza mendadak bisa melihat sosok-sosok makhluk halus di rumahnya, padahal sebelumnya ia tidak bisa melihat kehadiran mereka di sekitarnya. Gangguan-gangguan dari makhluk-makhluk itu membuat Amadhea pe...