Part 37

47 7 0
                                    

"Hhhh!" Amadhea tersentak bangun. Keringat dingin mengalir dari sekujur tubuhnya. Bahkan rambutnya juga sedikit basah. Ia mengusap wajahnya kemudian pergi ke kamar mandi untuk cuci muka.

Amadhea menatap pantulan wajahnya di cermin. Benjolan di dahi kirinya masih terlihat, bahkan mungkin semakin besar. Amadhea menyentuhnya. Tidak ada rasa sakit sama sekali saat Amadhea menekan-nekan bagian benjol itu.

Jika dirasa-rasa, seperti ada bagian lunak di dalam benjolan itu.

Amadhea mengambil gunting lalu menggunting rambut bagian depannya agar terlihat sedikit lebih pendek dan bisa dijadikan penutup benjolan di dahinya. Lalu ia mengambil catok rambut.

Di sekolah.

Greeta sarapan seperti biasa di kantin. Zahra dan Alinda juga berada di sana. Seorang siswi masuk ke kantin. Pandangan mereka bertiga tertuju ke gadis itu.

"Dhea?" Zahra melongo.

Gadis yang ternyata Amadhea itu menoleh. Ia tampak berbeda dengan wavy hair-nya.

"Wah!" Greeta terkagum-kagum dengan mulut penuh.

Amadhea membawa roti kemudian duduk di samping Greeta.

"Kamu kapan ke salon? Wah, kamu terlihat berbeda," kata Alinda.

"Cantiknya." Zahra gemas melihat wajah imut Amadhea.

Amadhea hanya tersenyum kecil. "Ah, kalian bisa saja. Aku mencatok rambutku sendiri di rumah."

"Apa kamu pacaran sama Xaga?" tanya Greeta kepo.

"Hah?" Amadhea memundurkan wajahnya.

Alinda mengiyakan. "Iya, aku juga berpikir begitu. Orang bilang, saat seorang gadis jatuh cinta, gadis itu akan merubah penampilannya menjadi lebih cantik."

Zahra menoleh pada Amadhea menunggu jawaban.

"Siapa bilang mengubah gaya rambut atau penampilan hanya karena sedang jatuh cinta?" tanya Amadhea setengah menggerutu.

"Ibuku," jawab Alinda cepat.

"Oh." Tidak hanya Amadhea. Zahra dan Greeta juga ber-oh-bareng.

"Aku nggak pacaran sama siapa-siapa, kok. Aku mengubah gaya rambutku karena aku mau," ujar Amadhea mengalihkan pembicaraan.

Greeta dan Alinda ber-oh-ria. "Oh, kirain."

Sebenarnya aku juga tidak ingin memotong rambutku atau mencatoknya, tapi mau bagaimana lagi, aku harus menyembunyikan benjolan di dahiku, batin Amadhea.

"Selama aku tidak masuk sekolah, apa masih ada yang kerasukan di sekolah ini?" tanya Amadhea.

"Pihak sekolah sudah menanganinya dengan bantuan orang-orang yang suka menolong yang kerasukan. Tidak ada lagi yang kerasukan semenjak dua hari yang lalu," jawab Alinda.

"Syukurlah," ucap Amadhea.

Saat jam istirahat tiba, Amadhea dan teman-temannya pergi ke kantin, tapi meja kantin sudah penuh. Terpaksa mereka pergi ke rumah makan di luar sekolah yang jaraknya tidak terlalu jauh.

"Waaaahhh, lihatlah menunya!" Greeta melihat buku menu dan menuliskan beberapa makanan yang ia inginkan.

"Kalian mau memesan apa? Biar aku yang menuliskan pesanan kalian," kata Alinda sambil membawa kertas pesanan.

"Aku mau cilok sama cireng isi," kata Zahra.

"Aku cibay sama batagor. Minumnya es kelapa muda," ucap Amadhea.

"Oh, iya... aku minumannya es teh manis," kata Zahra.

Alinda tampak serius menuliskan pesanan. Ia menoleh pada Greeta. "Kamu mau pesan apa?"

SURREPTITIOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang