Part 45

29 4 0
                                    

"Apa maksud kalian? Mana buktinya aku seorang pelaku praktik ilmu hitam?" tanya Surni.

"Kamu janda anak 6, tapi mampu membangun rumah sebesar ini."

"Kami juga tidak pernah melihat suamimu. Kamu pasti memiliki anak dari setan. Semua yang kamu miliki sekarang ini adalah hasil dari memuja setan."

"Usia kamu sudah 60 tahunan lebih, tapi kamu masih terlihat muda. Kamu pasti menggunakan ilmu hitam kamu untuk membuatmu terlihat lebih muda."

"Kamu juga sering menarik dan mengirimkan santet pada orang-orang."

"Kamu bisa membuat orang mandul hamil. Kamu melawan takdir Tuhan."

Surni tersenyum. "Itu artinya aku bisa menolong mereka yang tidak bisa ditolong oleh Tuhan mereka."

Sambaran petir menyambar di langit.

Karena ucapannya, Surni diiring warga. Karminah dan putrinya yang lain menahan para warga agar tidak membawa ibu mereka pergi.

"Tidak! Jangan bawa ibu kami!" tangis Karminah.

"Dia adalah ancaman menakutkan bagi warga. Dia sangat menyesatkan dan berbahaya. Dia akan kami bakar hidup-hidup!"

"Kalian tidak punya bukti, kalian tidak bisa membawanya!" bentak Karminah.

"Kami punya buktinya. Sebelum meninggal, Damar mengatakan segalanya tentang kebusukan Surni. Kami juga menemukan bukti santet paku dan rambut yang dikirim Surni di tubuh Damar."

Karnilah terkejut mendengar itu. Ia tidak mengira Damar akan mengkhianatinya dengan melaporkan kegiatan praktik ilmu hitam ibunya pada warga.

Karminah menatap tajam pada Karnilah.

"Mereka juga anak iblis, mereka pasti memiliki ilmu hitam juga. Bawa sekalian kita bakar mereka semua."

Karminah tidak melawan saat warga menggiring mereka. Ia masih menatap tajam pada adik bungsunya.

Surni mencegah warga membawa Karnilah. "Dia tidak tahu apa-apa, dia tidak terlibat dengan praktik ilmu hitamku. Dia memiliki Agama dan Tuhan, sama seperti Damar."

Akhirnya warga menyeret Surni dan semua anaknya, kecuali Karnilah.

"Ibu!" teriak Karnilah. Ia ingin menolong ibunya, tapi para warga menahannya agar tidak ikut pergi.

Warga membakar tubuh Surni dan anak-anaknya di perbukitan.

Saat api mulai menyentuh tubuh Surni, bola matanya berubah hitam pekat. Ia membaca mantra sampai menggema di bukti tersebut. Semua warga yang berada di lokasi pembakaran itu tampak ketakutan mereka saling pandang.

Bahkan saat api mulai habis membakar tubuh anak-anak Surni yang sudah menjadi abu dan sisa tulang belulang, tubuh Surni masih tetap utuh meski wanita itu sudah tewas. Matanya yang menghitam semua terbuka lebar dengan senyuman mengerikan.

Surni bukan tewas terbakar, secara teknis ia tewas karena menghirup terlalu banyak asap yang memenuhi paru-parunya.

Karnilah meletakkan abu kakak-kakaknya di dalam guci kecil. Lima guci itu diletakkan di ruangan pribadi ibunya. Untuk pertama kalinya ia memasuki ruangan itu. Aura negatif berkumpul di ruangan tersebut.

Bagaimana dengan jasad Surni? Tubuh utuh Surni tidak bisa diterima oleh bumi, sehingga Surni tidak bisa dikuburkan. Dikremasi juga tidak, bisa (karena waktu dibakar warga juga tidak bisa).

👻 End Flashback 👻

Amadhea, Xaga, dan Greeta tampak serius mendengarkan.

"Karena jasad ibuku tidak diterima bumi dan tidak bisa dibakar, aku terpaksa menggantung jasadnya di atas pohon bakau di belakang rumah ini," Karnilah mengakhiri ceritanya.

"Setelah itu, apa yang terjadi? Dan bagaimana bisa orang tua saya membeli rumah Anda?" tanya Amadhea.

Baru saja Karnilah membuka mulut untuk menjawab pertanyaan Amadhea, tiba-tiba terdengar suara perut kelaparan berbunyi. Pandangan Karnilah, Amadhea, dan Xaga tertuju pada Greeta.

"Maaf," kata Greeta.

"Kalau kamu lapar, kenapa kamu tidak mengambil roti, kue, dan meminum jusnya? Aku tidak menaruh racun di sana," kata Karnilah.

Greeta mengambil dengan malu-malu.

Karnilah lanjut bercerita, "Karena marah dan sedih, aku melakukan kesalahan besar...."

👻 Flashback 👻

Karnilah mendongkak menatap papan yang dipaku ke pohon bakau di depannya. Di atas papan itu jasad ibunya terbaring.

Air mata menetes membasahi pipinya. Karnilah terjebak dalam kesedihan yang mendalam setelah kehilangan ibu dan kakak-kakaknya. Ia kembali ke rumah besarnya setelah meninggalkan jasad ibunya di tengah-tengah hutan bakau yang merupakan bagian dari Pantai Mati.

Karnilah memasuki ruangan pribadi ibunya dengan ember dan kuas cat. Ia memasukkan kuas itu ke dalam ember lalu membuat lingkaran dengan cairan berwarna merah kental di lantai.

Gadis itu membawa sekantong paku lalu menghamburkannya ke lingkaran itu. Karnilah menaburkan helaian rambut ke paku dalam lingkaran itu lalu ia menuangkan bensin. Ia menyalakan korek api lalu membakar semua benda dalam lingkaran merah itu.

Tiba-tiba terdengar suara teriakan orang-orang di desa itu. Karnilah mengatupkan kedua tangannya lalu ia membaca mantra.

Dalam satu jam, seluruh warga desa tewas hangus terbakar tanpa diketahui penyebabnya (penyebab warga tewas terbakar secara massal). Inggris yang saat itu sedang berkuasa di Indonesia mengevakuasi semua mayat.

Sementara Karnilah membangun rumah barunya di tengah-tengah hutan bakau tempat jasad ibunya 'disemayamkan'.

Pertengahan tahun 1943, Jepang sudah singgah di Indonesia selama 1 tahun lebih. Suatu hari, pimpinan tertinggi pusat mengirimkan beberapa tentara Jepang ke Pantai Mati untuk sebuah tujuan.

Saat para tentara Jepang itu menyisir hutan bakau, mereka menemukan rumah besar yang berada di tengah-tengah hutan.

Mereka mengetuk pintunya. "Siapa pun yang ada di dalam! Keluar! Kami tentara Jepang yang sedang melakukan patroli di tempat ini!"

Karnilah membuka pintu. Para tentara itu menggeledah rumahnya.

"Apakah Nona seorang gadis keturunan Inggris atau Belanda?" tanya pimpinan tentara.

"Aku seorang penduduk pribumi," jawab Karnilah.

Pimpinan itu menatap Karnilah dari ujung kepala sampai ujung kaki. "Penduduk pribumi, ya? Tidak mungkin, bagaimana bisa Nona membangun rumah sebesar ini kalau iya Nona penduduk pribumi?"

Karnilah menjawab dengan nada dingin, "Aku penduduk pribumi yang berhak atas semua kekayaan alam di negara ini. Tentu aku bisa membangun rumah sebesar ini. Seharusnya aku yang bertanya pada kalian, kenapa tamu tak diundang lancang menggeledah rumah pemilik tanah?"

"Kamu yang lancang!" Pimpinan tentara itu menjambak rambut Karnilah dan membawanya ke sebuah kamar. Tampaknya ia mencoba memperkosa Karnilah.

Saat ia akan melakukannya, tiba-tiba Karnilah berubah menjadi ular besar dan memakan alat kelamin pimpinan tentara itu. Ular tersebut juga membunuh tentara lainnya. Semua jasadnya dibuang ke laut.

Karnilah menatap pantulan wajahnya dicermin. Tampaknya kekuatannya sekarang setara dengan mendiang ibunya. Meski sudah tua, tapi dirinya tidak menua sama sekali.

👻 End Flashback 👻

Cerita Karnilah terhenti kala mendengar suara kaca yang remuk. Pandangannya tertuju pada Greeta.

Amadhea dan Xaga juga menoleh pada Greeta. Mereka berdua terbelalak melihat Greeta memakan piring.

👻👻👻

09.44 | 1 September 2021
By Ucu Irna Marhamah

SURREPTITIOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang