Part 42

33 7 0
                                    

"Sedang apa kalian di rumahku?!"

Amadhea, Xaga, dan Greeta tersentak kaget. Mereka melihat nenek tua itu duduk di kursi roda di dekat pintu.

"Karnilah?" gumam Amadhea.

Pandangan wanita tua yang ternyata Karnilah itu tertuju pada Amadhea. Ia menyipitkan matanya. "Apa aku mengenalmu?"

Amadhea mengerutkan dahinya. Ia bergumam, "Bagaimana mungkin dia masih hidup? Lalu hantu bermata hitam yang menggangguku siapa...."

"Apa?" Karnilah tampak tersinggung.

Amadhea menggelengkan kepalanya. "Maksudku... Nenek Karnilah, ini saya... saya... putri dari Sudarman dan Ayuni, sepasang suami istri yang membeli rumah Anda."

Wanita tua itu tampak terkejut. "A-apa?!"

Sementara itu, Alinda, Zahra, dan Elan sedang mencari jalan keluar.

Alinda melihat ke jendela ruangan tersebut. Ia menyingkapkan gorden dan melihat ke luar jendela.

"Lihat! Ada jendela di sini!" seru Alinda.

Elan dan Zahra menghampiri Alinda. Mereka melihat ke luar jendela. Elan mencoba membukanya, tapi sulit. Ia mengambil kursi kemudian membantingnya ke kaca jendela tersebut hingga pecah.

"Apa ini tidak masalah?" tanya Alinda.

"Rumah ini kosong, tidak ada pemiliknya. Kalian mau dimakan hantu penunggu ruangan ini?" tanya Elan. Ia menyingkirkan pecahan kacanya agar tidak melukai mereka saat keluar lewat sana.

Zahra dan Alinda menggeleng.

"Bagaimana caranya kita turun?" tanya Zahra.

"Sebentar," kata Elan. Ia sedikit membungkuk lalu menyingkirkan menyingkirkan pecahan kaca di tanah depan jendela dengan papan yang tergeletak di sana.

Alinda bersuara, "Tapi, Elan... rumah ini mungkin ada peghuninya. Kalau tidak ada penghuninya, kenapa sesajen itu di sana? Kenapa dupa itu menyala?"

Mendengar pertanyaan Alinda, sesaat Elan menghentikan aktivitasnya. Tampaknya Zahra menunggu jawaban Elan. Namun, laki-laki itu kembali melanjutkan menyingkirkan pecahan kaca itu tanpa memberikan jawaban.

"Sudah selesai." Elan keluar duluan kemudian ia membantu Alinda turun lewat jendela. "Hati-hati."

Alinda berhasil turun.

"Ayo, Zahra." Elan dan Alinda membantu Zahra. Saat Zahra akan turun, tiba-tiba tubuhnya kembali tertarik ke dalam dan terlempar membentur lemari. Gadis itu pun tak sadarkan diri.

"Zahra!" Alinda akan masuk. Elan membantunya menaiki jendela, tapi anehnya jendela tersebut ada kacanya. Padahal tadi sudah pecah dibanting kursi oleh Elan.

"Bagaimana ini?! Zahra masih di dalam!" tangis Alinda panik. Ia menggedor-gedor kaca.

Elan juga terlihat cemas.

Alinda memukuli dada Elan sambil menangis. "Ini karena kamu! Kenapa kamu ceroboh!"

Elan menenangkan Alinda. "Kita beritahu Zayn dan Arnold. Mereka pasti masih di depan."

Alinda masih terlihat panik. Mereka pun segera berputar dan sampai di halaman depan.

Melihat Alinda dan Elan yang tiba-tiba muncul dari halaman belakang, Arnold dan Zayn kebingungan.

"Kenapa kalian muncul dari sana? Yang lainnya mana?" tanya Arnold.

"Kami terpisah saat berada di dalam. Aku, Zahra, dan Elan terjebak di salah satu ruangan. Kami menemukan jendela besar dan menghancurkan kacanya. Kami berhasil keluar, tapi Zahra masih terjebak di sana," jelas Alinda khawatir.

SURREPTITIOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang