Part 27

29 5 0
                                    

Bus lewat.

Amadhea berdiri dan melambaikan tangannya, tapi bus itu sudah melaju pergi.

Amadhea mendengus menyesal. "Ah! Kenapa juga aku melamun?! Itu bus terakhir."

Xaga berdiri tak jauh dari stasiun. Ia melihat hantu siswi yang memiliki luka di wajahnya berdiri di samping Amadhea di tepi jalan. Hantu itu memegang payung merah.

Xaga terbelalak melihat hantu siswi itu mendorong Amadhea ke jalan raya.

"Aduh."

Xaga melihat sebuah truk melaju ke arah Amadhea. Bunyi klakson terdengar nyaring di tengah derasnya hujan. Amadhea menutup wajahnya dengan kedua tangan.

Xaga segera berlari ke arah Amadhea. Ketika truk itu nyaris melindasnya, Xaga datang tepat waktu. Laki-laki itu menarik jaket Amadhea dan membawanya ke tepi jalan.

Saat ada kesempatan, Xaga memasukkan bawang putih ke saku jaket Amadhea. Ia harap Amadhea tidak diganggu lagi oleh makhluk halus.

"Aku ketinggalan bus terakhir. Aku duluan, ya." Amadhea bergegas pergi.

Xaga diam-diam membuntutinya. Ia melihat hantu-hantu yang bertemu Amadhea dalam perjalanan tidak mendekatinya, mereka menjauh.

Apakah bawang putih itu berfungsi? Apakah hantu-hantu itu takut dengan bawang putih yang Amadhea bawa, atau takut pada hantu bermata hitam yang selalu mengikutinya itu? Pikir Xaga.

Sesampainya di rumah, Amadhea segera memasuki rumah tersebut. Xaga cukup terkejut melihat bangunan tua di depannya.

Jadi, selama ini Amadhea tinggal di rumah menyeramkan ini? Bahkan rumah ini tidak bisa dihuni manusia, batin Xaga sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling.

Xaga melihat banyak sekali hantu yang berkeliaran di rumah itu. Tanpa ia sadari, hantu wanita bermata hitam itu berdiri di belakangnya.

"Jangan mengganggu!"

Deg!

Serasa ada gada yang menghantam jantungnya mendengar suara serak itu dari belakangnya. Xaga menoleh ke belakang. Hantu itu sudah tidak ada.

Dia memiliki aura negatif yang sangat kuat sampai-sampai aku tidak menyadari kehadirannya, batin Xaga.

Keringat dingin mengalir dari dahinya. Tangannya mengepal. Aku belum pernah bertemu dengan hantu yang sekuat ini seumur hidupku.

"Kamu sedang apa di sana?"

Xaga terkejut saat ada yang menegurnya. Ia menoleh, ternyata Irma.

"Kamu ngintip Dhea, ya?" tanya Irma curiga.

"Ah? Nggak, kok." Xaga mengibaskan kedua tangannya.

"Kamu nggak punya niat jahat, kan?" selidik Irma.

Xaga menggeleng. "Permisi, Tante."

Sebelum Xaga benar-benar pergi, ia melihat makhluk berwajah terbakar berdiri di jendela lantai dua dan menatap ke arahnya.

👻👻👻

"Xaga!" Amadhea keluar dari kelasnya.

Xaga, Zayn, dan Elan menoleh padanya.

Amadhea memberikan kotak bekal tersebut pada Xaga. "Terima kasih sudah menolongku kemarin."

Xaga menerima kotak tersebut. Ia melihat ada belatung, kelabang, dan cacing di makanan yang diberikan Amadhea.

Tanpa pikir panjang, Xaga membuang isinya ke wadah sampah. Elan dan Zayn tidak mengira Xaga akan melakukan hal tersebut.

Amadhea melihat nasi gorengnya berakhir di tong sampah.

SURREPTITIOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang