Part 46

25 4 0
                                    

Greeta memakan piring seperti menggigit roti. Piring itu pecah dan remuk dalam mulutnya.

"Greeta! Apa yang kamu lakukan?! Greeta sadar!" Amadhea mengguncangkan tubuh Greeta.

"Greeta!" Xaga menahan kedua tangan Greeta agar tidak mengambil piring lagi.

Greeta menatap tajam pada Karnilah. "Pengkhianat!"

"Nenek Karnilah, tolong lakukan sesuatu, saya mohon!" tangis Amadhea.

Tiba-tiba Greeta membentur-benturkan wajahnya ke meja hingga semua piring di meja berjatuhan. Ia mendorong Amadhea dan Xaga yang mencoba menghentikannya.

Greeta berdiri lalu menendang meja hingga terbalik kemudian ia merangkak dan memakan semua pecahan piring dan gelas di lantai.

"Nenek Karnilah!" Amadhea terlihat khawatir.

Xaga mengatupkan tangan dan menautkan jemarinya akan berdo'a, tapi dilarang oleh Karnilah. "Jangan berdo'a dulu, nanti gadis itu bisa mati, karena pecahan piring dan gelasnya masih berada di dalam tubuhnya. Hantu yang merasukinya  harus memuntahkan apa yang ia telan kemudian baru dikeluarkan."

Karnilah menggerakkan kursi rodanya lalu ia menepuk-nepuk tengkuk Greeta.

"Ini semua karenamu, Karnilah! Karena kamu kami semua mati!" teriak Greeta yang nyaris menyerang Karnilah, tapi Amadhea dan Xaga segera menahannya.

"Maafkan aku, Kak." Karnilah menepuk-nepuk perut Greeta. Gadis itu memuntahkan semua pecahan piring dan gelas ke lantai. Tidak ada darah sama sekali.

Karnilah menyentuh kening Greeta. Greeta berteriak keras.

Amadhea terbelalak melihat wujud hitam itu keluar lewat mulut Greeta seolah-olah ditarik oleh Karnilah.

"Hraaaggghh!!!" Wujud hitam tersebut melihat pada Xaga. Kedua mata Xaga memancarkan warna biru yang terang. Wujud tak berbentuk itu menyerang Xaga, tapi Karnilah menariknya dengan ilmunya lalu melemparkannya ke jendela hingga jendelanya pecah dan makhluk itu menghilang.

Orang yang tidak memiliki indera keenam atau indigo tidak akan bisa melihat. Yang terlihat hanya kaca jendela yang tiba-tiba pecah tanpa sebab.

Amadhea membantu Greeta berdiri lalu duduk di sofa.

Karnilah menatap mata Xaga. "Rupanya kamu anak indigo. Kamu bisa melihat mereka dan mereka bisa membedakanmu melalui warna matamu."

Xaga mengangguk.

"Greeta?" Amadhea menangkup wajah Greeta. Gadis itu tampak lemas.

Amadhea mendongkak menatap Karnilah. "Apa dia baik-baik saja?"

"Dia hanya lemas, karena masih menyesuaikan diri dengan tubuhnya setelah dirasuki," kata Karnilah.

"Syukurlah." Amadhea mengusap rambut Greeta.

"Siapa yang barusan merasuki Greeta?" tanya Xaga.

"Salah satu kakakku. Mereka sering menggangguku dan berupaya membunuhku, tapi ibuku selalu melindungiku dari arwah anak-anaknya yang lain," kata Karnilah yang terlihat sedih.

Amadhea tampak berpikir. "Di rumah itu... saya pernah diganggu oleh hantu-hantu yang menakutkan dan berbau busuk. Waktu itu mereka mengelilingi saya seolah-olah ingin menenggelamkan saya di antara mereka."

Karnilah bersuara, "Mungkin mereka adalah warga yang aku kirimi teluh santet. Mereka jadi mati penasaran. Aku menyesalinya sekarang atas semua yang aku perbuat. Beberapa tahun setelah bertemu ayah dan ibumu, aku berhenti menjadi seseorang yang praktik ilmu hitam seperti apa yang aku inginkan dulu. Meski aku tahu aku tidak akan mati seperti kakak-kakakku, tapi aku akan mati seperti ibuku, karena tubuhku tidak akan diterima bumi."

SURREPTITIOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang