Part 49

25 4 0
                                    

Setelah mobil Karnilah pergi, Ayuni melangkah akan memasuki rumahnya. Namun, suara mobil yang berhenti di depan rumahnya membuat langkah wanita itu terhenti. Ia melihat Merlin turun dari mobil tersebut. Wanita hamil itu menghampiri Ayuni.

"Mana Mas Sudarman?" tanya Merlin tanpa basa-basi.

"Mas Sudarman sedang sarapan. Dia mau pergi ke kantor," jawab Ayuni.

"Minggir, aku mau bertemu dengannya. Ada hal yang perlu aku bicarakan!" Merlin menubruk Ayuni dan nyelonong masuk.

Namun, Ayuni menarik tangan adik iparnya itu. "Kamu tidak bisa masuk ke rumah orang sembarangan. Kamu sudah dewasa dan sudah menikah, tapi kamu masih perlu diajari sopan santun."

Merlin mendecih. "Memangnya kamu siapa di rumah ini? Beraninya menceramahiku. Kamu tidak lebih dari wanita miskin yang beruntung karena menikah dengan pria kaya seperti kakakku. Sayangnya melahirkan anak bisu."

Tamparan keras mendarat di wajah Merlin. Ayuni yang menamparnya. Merlin memegangmu pipinya yang terasa panas dan perih.

"Aku melahirkan anak yang tampan dan cerdas! Setidaknya aku bukan wanita hina dan murahan sepertimu yang hamil tanpa seorang suami, tapi memaksa pria lain untuk menikahimu," ucap Ayuni.

"Euh, beraninya!" Merlin menampar dan menjambak rambut Ayuni. "Wanita sialan!"

Mendengar suara keributan, Sudarman yang sudah rapi dengan jasnya keluar melihat apa yang terjadi. Pria itu terkejut melihat istri dan adiknya saling memukul dan menjambak.

"Merlin! Ayuni! Apa yang kalian lakukan?!" Sudarman memisahkan kedua wanita itu.

"Mas! Dia menghinaku! Aku tidak terima!" bentak Merlin. Ia akan memukul Ayuni lagi, tapi Sudarman menahannya.

"Hentikan, Merlin!" bentak Sudarman.

"Mas! Ayuni bilang, aku wanita hina dan murahan! Dia mengatakan itu, tapi Mas tidak memarahinya?!" gerutu Merlin.

Ayuni tidak mengatakan apa-apa. Ia masih menatap kesal pada Merlin.

"Merlin, lebih baik sekarang kamu pergi dari sini. Kamu sudah keterlaluan pada kakak iparmu!" bentak Sudarman.

Merlin menatap kakaknya dengan tatapan tak percaya. "Jadi, Mas lebih membela istrimu ketimbang adikmu?"

Ayuni juga tidak mengira Sudarman akan membelanya. Biasanya suaminya itu lebih membela adiknya.

"Seharusnya kamu lebih menghargai Ayuni. Dia lebih tua darimu dan dia adalah istriku. Seharusnya kamu memperlakukannya sama seperti saat kamu memperlakukanku!" ucap Sudarman.

Karena kesal, Merlin pun memasuki mobilnya. Sudarman dan Ayuni menatap mobil itu meninggalkan pelataran rumah.

Sudarman menatap Ayuni. "Kamu nggak apa-apa, Sayang?"

Ayuni terkejut melihat mata Sudarman yang menghitam semua. "M-Mas?"

Sudarman menatap Ayuni lalu berkedip. Matanya kembali normal setelah ia berkedip. "Iya? Mana yang sakit?"

Ayuni menggeleng. "Aku nggak apa-apa, kok."

"Kalau begitu, aku berangkat, ya." Sudarman mengecup kening Ayuni kemudian memasuki mobilnya.

Ayuni menatap mobil Sudarman yang meninggalkan rumah. Setelah itu, ia masuk ke dalam. Ayuni membuka kunci pintu kamar Nino kemudian ia membukanya.

Nino terlihat duduk di ranjang sambil memeluk lututnya. Dahinya dilelapkan ke lutut.

"Nino?" Ayuni memeluk putranya. "Nino, maafkan Mama, Nak."

Nino membalas pelukan ibunya. Beberapa menit kemudian, Nino berhenti menangis. Ia berlalu ke meja belajarnya kemudian menuliskan sesuatu dan menunjukkannya pada Ayuni.

KENAPA PAPA BENCI NINO?

Ayuni menggeleng. "Tidak ada yang benci sama kamu, Nino."

Nino menulis lagi. PAPA TIDAK MENYUKAI NINO.

"Sayang...." Ayuni tidak bisa berkata-kata, karena air matanya yang mulai berjatuhan.

Nino kembali menulis. PAPA BENCI NINO KARENA NINO TIDAK BISA BICARA?

Ayuni menggeleng. Meski ia tidak mendengar langsung dari putranya, membaca tulisan itu saja membuatnya menangis.

MAAFKAN NINO, NINO TIDAK BISA BICARA SEPERTI ANAK LAIN. NINO KESULITAN. NINO HANYA BISA TERTAWA, BERTERIAK, DAN MENANGIS. MAAFKAN NINO, MAMA.

Ayuni memeluk erat putranya. "Tidak, Nino. Nino bukan tidak bisa bicara, Nino masih kecil. Setelah besar nanti, Nino akan bicara dengan lancar seperti Mama dan Papa."

Nino melepaskan pelukan ibunya kemudian ia membuka mulutnya dan mengatakan sesuatu, tapi tidak ada suara yang keluar dari mulutnya meski ia berusaha keras.

Ayuni menggeleng. Ia kembali memeluk putranya. "Maafkan Mama, Nino. Ini semua salah Mama."

Selama tinggal di rumah itu, Ayuni dan Nino diganggu oleh penunggu rumah. Hanya Sudarman yang tidak diganggu. Itu karena Sudarman jarang di rumah. Ia pulang saat malam dan langsung tidur. Keesokan paginya ia berangkat lagi ke kantor.

Sementara itu, Merlin masih sakit hati dengan perilaku Ayuni. Ia menandatangi rumah dukun santet untuk mencelakai Ayuni.

"Dia jalang sialan yang seharusnya tidak masuk ke kehidupan kakak saya, Mbah. Semenjak menikah dengan wanita itu, Kakak saya berani mengusir saya dari rumahnya saat saya datang berkunjung. Padahal saya sedang hamil besar," ucap Merlin.

Dukun berjenggot putih itu mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia mulai membaca mantra lalu memasukkan foto Ayuni ke dalam botol kecil berisi paku dan rambut.

Ayuni sedang tidur di kamar Nino, karena 'tumben' Sudarman mengizinkan Ayuni menemani Nino. Sementara Sudarman sendiri tidur di kamarnya.

Tiba-tiba terdengar suara batu yang berhamburan di atap rumah. Ayuni terbangun karena suara gaduh itu.

"Suara apa itu?" gumam Ayuni. Ia melihat ke sekeliling.

Tiba-tiba terdengar suara geraman seperti serigala dari luar rumah. Ayuni tampak ketakutan. Ia kembali tidur dan memeluk Nino.

Kedua mata hitam pekat itu terbuka. Hantu Surni berada di ruang tamu. Ia melihat makhluk tinggi besar berbulu lebat itu berdiri di luar rumah. Makhluk itu mencoba masuk, tapi ada benteng mantra yang mengelilingi rumah itu. Sehingga makhluk tersebut tidak bisa menembusnya. Itulah sebabnya makhluk menyerupai beruang dengan wajah seperti babi itu terus menggeram kesakitan.

Surni menghilang dan tiba-tiba berada di depan makhluk hitam itu. Ia memasuki mulut makhluk tersebut. Makhluk itu meronta dan mencoba menyingkirkan Surni dari mulutnya, tapi terlanjur sudah tertelan. Tiba-tiba perutnya terbelah dari dalam. Makhluk itu menggeram kesakitan.

Ayuni tampak ketakutan kala mendengar suara geraman itu yang semakin keras.

Kini tubuh makhluk itu sudah tercabik-cabik dan berceceran di pelataran rumah. Isi perutnya berhamburan bahkan masih bergerak-gerak.

Hantu Surni menatap ceceran tersebut. Tanpa diduga, hantu Surni memakannya.

Mbak Dukun terbatuk-batuk. Ia mengeluarkan darah dari mulutnya. Merlin terkejut melihat hal tersebut.

"Mbah? Mbah nggak apa-apa, Mbah?"

Tiba-tiba botol kacanya pecah. Merlin menjerit kaget.

"Aku tidak bisa mengganggunya. Ada sesuatu yang kuat yang membunuh suruhanku," kata Mbah Dukun.

"Tapi, Mbah, kenapa sesuatu yang melindunginya itu tidak dibunuh sekalian?" tanya Merlin.

"Tidak bisa, dia sangat kuat. Kalau kamu masih ingin mengganggunya, cari dukun lain saja. Tapi, hati-hati itu akan membahayakan dirimu sendiri," ucap Mbah Dukun.

Merlin menautkan alisnya. Ia membatin, apa mungkin Ayuni praktik ilmu hitam dan melindungi dirinya dengan ilmu hitam tersebut?

👻👻👻

17.54 | 1 September 2021
By Ucu Irna Marhamah

SURREPTITIOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang