Pemerintah menyatakan bahwa masa pandemi corona telah berakhir di Indonesia. Para murid diperbolehkan mengikuti pembelajaran tatap muka secara keseluruhan, pabrik-pabrik dan perkantoran kembali buka, shift tidak berlaku lagi, para karyawan tidak lagi WFH.
Dunia kembali aman dari virus mematikan yang telah lama singgah di planet bumi.
Amadhea pergi ke sekolah. Ia melihat murid-murid yang bergerombol di kantin dan koridor. Mengingat kejadian sebelumnya, Amadhea tidak ingin melihat mereka. Ia menunduk menghindari pandangan dari mereka.
Bagaimana jika mereka hantu seperti waktu itu? Menyeramkan, batin Amadhea sambil mempercepat langkahnya.
Karena terlalu menunduk, tiba-tiba ia bertubrukan dengan seseorang. "Aduh, maaf."
Amadhea mendongkak menatap siswa tinggi yang barusan bertubrukan dengannya. Ternyata laki-laki kelas XI-IPA-A yang waktu itu menatapnya dengan ekspresi dingin. Dari tanda namanya tertera Xaga Agustan B.
"Sangat mengganggu!" ucap laki-laki bernama Xaga itu dingin.
"Apa?" gumam Amadhea. Ia pun menyingkir memberikan jalan untuk Xaga.
Setelah mereka berpapasan, Xaga dan Amadhea melanjutkan langkah. Namun, Xaga menghentikan langkahnya. Ia menoleh menatap punggung Amadhea yang kemudian menghilang di belokan koridor.
SMA Germada terlihat lebih ramai sekarang. Pak Juki dan Pak Tarmin tampak mengerjakan tugas masing-masing. Para guru juga antusias mengajar murid-murid yang lengkap. Beberapa murid ada yang mendengarkan, menuliskan materi, dan ada juga yang tertidur di kelas. Itu pemandangan yang biasa dan lebih baik dari pada kelas kosong dengan semua murid serta pengajar yang duduk berjauhan dengan masker menutupi hidung dan mulut mereka.
Gerakan tangan Amadhea yang sedang menulis di buku tampak sangat cepat. Ia menuliskan semua yang didikte oleh guru. Meski pun tatapannya kosong. Ia melamun lagi.
Kebetulan yang mengajar Bu Tessa. Ia menghela napas berat melihat Amadhea yang terus melamun walau tangannya terus menulis. Tidak ada gunanya menegur Amadhea, gadis itu sudah pasti bisa menjawab pertanyaannya. Setelah itu, melamun lagi.
Bel istirahat berbunyi.
Greeta menggandeng tangan Alinda. "Di depan gerbang ada banyak pedagang sekarang. Pasti banyak makanan enak, ayo kita borong. Zahra, Dhea, ayo!"
"Aku mau makan di kantin saja. Capek naik turun tangga," kata Zahra.
"Aku juga," sahut Amadhea.
"Kalau begitu, kami duluan, yaaa!" Greeta menarik Alinda.
"Hei, jangan buru-buru!" gerutu Alinda.
Amadhea dan Zahra menggeleng pelan melihat itu. Mereka berdua pergi ke kantin dan membeli beberapa makanan lalu duduk di salah satu meja.
Zahra berdo'a dulu sebelum makan kemudian ia menyantap makanannya.
"Ini enak sekali," kata Amadhea.
Zahra mengangguk.
"Zahra?"
Amadhea dan Zahra menoleh pada kedua siswa yang masing-masing membawa piring berisi makanan.
"Zayn?" Tampaknya Zahra mengenali salah satu dari siswa itu.
Amadhea melihat pada siswa yang satunya, ternyata Xaga.
"Mejanya penuh, apa kita bisa bergabung?" tanya siswa bernama Zayn itu.
Zahra menoleh pada Amadhea seolah meminta izin darinya. Amadhea hanya mengangguk. Xaga dan Zayn duduk berhadapan dengan Amadhea dan Zahra. Mereka berempat makan bersama.

KAMU SEDANG MEMBACA
SURREPTITIOUS
HorrorSURREPTITIOUS by Ucu Irna Marhamah Amadhea Claresza mendadak bisa melihat sosok-sosok makhluk halus di rumahnya, padahal sebelumnya ia tidak bisa melihat kehadiran mereka di sekitarnya. Gangguan-gangguan dari makhluk-makhluk itu membuat Amadhea pe...