Part 23

35 8 2
                                    

Alinda bangkit dari tidurnya. Rambutnya berantakan seperti singa. Gadis itu menggaruk-garuk kepalanya. Ia melihat ada banyak siswi di ruangan tersebut. Ada yang tak sadarkan diri, ada yang disuapi, ada juga yang terlihat lemas.

Zahra juga berada di sana. Ia tampak lemas sambil membenarkan hijabnya.

"Zahra," panggil Alinda.

Zahra menoleh. "Kamu sudah bangun?"

Alinda menghampiri Zahra. "Kamu kerasukan?"

Zahra mengedikkan bahunya. "PMR bilang, aku hanya pingsan."

"Apa yang terjadi padaku? Apa aku kerasukan?" tanya Alinda.

Zahra tidak segera menjawab. Ia tampak khawatir dan ragu mengatakannya.

"Kenapa?" tanya Alinda.

"Tidak apa-apa. Yang penting sekarang kamu baik-baik saja," hibur Zahra.

"Greeta di mana?" tanya Alinda sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling.

"Aku nggak tahu," jawab Zahra.

Amadhea dan Arnold memasuki ruangan tersebut. Melihat kedatangan dua teman sekelasnya itu, Alinda melambaikan tangannya.

Amadhea membalas lambaian tangan Alinda. Ia dan Arnold menghampiri Alinda dan Zahra.

Arnold memberikan botol air mineral pada Alinda. Gadis itu menerimanya kemudian meneguknya sampai habis.

"Syukurlah kalian baik-baik saja," kata Amadhea sambil mengusap rambut Alinda dan menangkup wajah Zahra.

"Greeta di mana?" tanya Zahra.

Arnold menjawab, "Greeta di ruangan lain di samping ruangan ini. Karena tidak muat, guru menyediakan 3 ruangan di lantai bawah untuk semua siswi yang mengalami kerasukan."

Alinda tampak terkejut. "Apakah yang kerasukan sebanyak itu?"

"Di kelas kita hanya Amadhea yang tidak kerasukan. Di kelas lain bahkan semua siswinya kerasukan," jawab Arnold.

"Aku sempat mengkhawatirkanmu, Dhea. Kamu sering melamun, tapi syukurlah kamu nggak kerasukan," kata Alinda.

Amadhea mengangguk.

"Jam berapa sekarang?" tanya Zahra.

"Jam 5 sore," jawab Arnold.

"Apa?!" Alinda dan Zahra tampak terkejut.

Sementara itu, Greeta yang berada di ruangan sebelah tampak melamun. Ia melihat ke sekeliling, tapi pandangannya buram. Ia mengucek-ngucek matanya.

Amadhea dan Arnold memasuki ruangan tersebut. Mereka menghampiri Greeta.

"Minumlah." Amadhea memberikan botol air minum pada Greeta.

Greeta menerimanya. Ia meneguknya sedikit.

"Apa ada sesuatu di wajahku?" tanya Greeta.

Arnold menggeleng. "Tidak ada apa-apa di wajahmu."

"Aku merasa seperti ada sarang laba-laba yang menutupi wajahku dan mataku," ujar Greeta.

Amadhea menelan saliva. Ia melihat laba-laba besar yang menempel di kepala Greeta. Laba-laba itu mengeluarkan cairan dari tubuhnya yang membentuk sarang laba-laba menutupi wajah Greeta.

Kasih tahu jangan, ya? Amadhea ingin menolong Greeta, tapi ia juga takut.

Greeta menggaruk rambutnya. Yang Amadhea lihat, Greeta menggaruk tubuh laba-laba yang menempel di kepalanya.

SURREPTITIOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang