Amadhea tampak khawatir. "Lalu... saya harus bagaimana?"
Ratih tidak segera menjawab.
Amadhea menunduk dalam. "Meski pun saya harus mati, saya siap... saya sudah lelah dengan kehidupan ini."
Xaga merangkul Amadhea dan mengusap bahu gadis itu.
"Jangan katakan itu, Dhea. Semua pasti ada jalan keluarnya," kata Ratih.
"Iya, jangan putus asa," hibur Xaga.
Ratih melihat sesuatu yang bergerak di balik rambut yang menutupi dahi kiri Amadhea. "Bisakah aku melihat dahimu?"
Amadhea mendongkak menatap Ratih kemudian ia mengangguk. Ratih menyibakkan rambut Amadhea. Ia melihat benjolan berbentuk oval itu bergerak-gerak seperti ada makhluk di dalam kulit dahi Dhea.
"Apa kamu ingat, kenapa kamu bisa benjol begini?" tanya Ratih.
"Sepertinya karena waktu itu aku pernah jatuh dari lantai dua," jawab Amadhea ragu.
"Apa?! Jatuh dari lantai dua?!" Ratih tampak terkejut.
Amadhea mengangguk.
"Coba kamu ingat-ingat lagi, apakah dahimu benjol karena jatuh dari lantai dua?" Ratih menutup mata Amadhea dengan kedua tangannya.
"Hhhh." Amadhea merasakan tubuhnya melayang di udara sesaat sebelum dirinya terjatuh dan mendarat di tanah.
Amadhea tidak merasakan sakit, meski pun ia jatuh dari lantai dua. Mungkin karena rasa sakit yang diberikan hantu bermata hitam jauh lebih menyakitkan ketimbang jatuh dari lantai dua.
Perlahan kedua mata Amadhea tertutup. Samar-samar ia mendengar suara serak yang bergumam tepat di telinganya, "Aku hanya ingin mengambil milikku."
Setelah itu, ia tak sadarkan diri.
Clak!
Clak, Clak!
Terdengar suara tetesan air.
Amadhea rupanya sedang berada di dalam flashback ketika dirinya jatuh dari lantai dua waktu itu.
"Hhhh." Amadhea menutup matanya. Semua plot kejadian barusan menjadi mundur dan kembalilah Amadhea di kamarnya malam itu.
Amadhea mengatur napasnya yang terengah-engah. Ia jatuh terduduk di lantai sambil menangis ketakutan.
Tiba-tiba suara wanita membaca mantra kembali terdengar. Amadhea menangis sambil menutup kedua telinganya. Ia tidak ingin mendengar apa pun lagi. Gadis itu merasakan tangan dingin menyentuh kepala dan dahinya.
Ia berusaha meronta, tapi tubuhnya seolah membeku, sangat sulit digerakkan. Amadhea mendongkak menatap ke depannya. Ada cermin besar di depannya sekarang. Itu adalah cermin besar yang dilihatnya di ruang tamu Ratih.
Lewat pantulan cermin itu, Amadhea melihat hantu bermata hitam berada dekat di belakangnya. Sosok menakutkan itu membisikkan mantra secara langsung ke telinga Amadhea sembari memegang kepala dan dahi kiri gadis itu.
Amadhea menangis dalam diam.
Ia berusaha sekuat tenaga menggerakkan tangannya. Amadhea menyentuh tangan yang menutupi dahinya. "Berhenti!! berhenti menggangguku!!!"Wanita bermata hitam itu tertawa cekikikan. "Amadheaaaa!!!"
Amadhea membuka matanya. Sebelah matanya, tepatnya mata yang kiri berubah menjadi hitam semua. Pembuluh darahnya muncul di pipi dan dahi kirinya. Amadhea terkejut melihat kondisinya lewat pantulan cermin.
"Aarrgghh!!!" Amadhea berteriak kesakitan. Ia jatuh terkulai ke lantai.
Suara mantra-mantra itu perlahan menghilang. Amadhea masih terkulai. Suasana menjadi hening. Detik jarum jam dari lantai satu terdengar sampai ke kamarnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
SURREPTITIOUS
HorrorSURREPTITIOUS by Ucu Irna Marhamah Amadhea Claresza mendadak bisa melihat sosok-sosok makhluk halus di rumahnya, padahal sebelumnya ia tidak bisa melihat kehadiran mereka di sekitarnya. Gangguan-gangguan dari makhluk-makhluk itu membuat Amadhea pe...