Kini Karnilah dan Ayuni berdiri di depan kamar dekat tangga. Tak lain itu adalah kamar Nino.
Sudarman benar-benar jahat, kenapa dia tega membuat gudang ini menjadi kamar untuk anaknya? Dulu ruangan ini digunakan Ibu untuk menyimpan perkakas, batin Karnilah.
Karnilah menutup matanya. Beberapa saat kemudian ia membuka matanya kemudian melihat ke dalam ruangan itu. Ada dua sosok wanita di dalam kamar itu. Yang satu wanita berwajah terbakar dan yang satunya wanita bermata hitam pekat.
Kenapa Ibu dan Kak Karminah di sana? Batin Karnilah.
Karnilah memegang kedua bahu Ayuni. "Besok aku akan kembali ke sini dengan peralatanku. Lebih baik ruangannya dikosongkan terlebih dahulu."
Ayuni mengangguk.
Keesokan harinya, Karnilah kembali ke rumah itu. Ia membawa air dalam botol kaca, gembok besar, dan kertas bertuliskan mantra.
Kali ini Sudarman ada di rumah menemani istrinya. Mereka mempersilakan Karnilah untuk menangani ruangan yang sudah dikosongkan itu. Hanya ada dinding yang berwarna merah semua.
Karnilah membuka botol kaca berisi air itu lalu menyiramkannya ke dalam ruangan tersebut. Airnya menggenang di lantai dalam ruangan. Sebagian lagi meluber dan keluar dari ruangan tersebut membasahi lantai.
Hantu Nino yang tengah memeluk ibunya tersedot ke dalam ruangan itu. Ia menjerit keras. Bahkan Sudarman dan Ayuni bisa mendengarnya.
Karnilah meletakkan kertas mantra yang ia pegang ke genangan air di kamar tersebut sampai tulisannya larut oleh air menyisakan kertasnya.
Karnilah menutup pintunya lalu ia menggemboknya dengan gembok besar yang ia bawa. Karnilah menghela napas berat. Ia berbalik dan menatap pada Sudarman.
"Sembunyikan ruangan ini selamanya, sama seperti saat kamu ingin menyembunyikan anakmu dari publik. Jangan dibuka apa pun yang terjadi, atau dia akan keluar dan membunuh adik-adiknya lagi."
Sudarman mengangguk.
Setelah itu, Karnilah pamit pulang. Ia memasuki mobilnya. "Jalan."
Sopir melajukan mobil tersebut. Karnilah menghela napas berat. Ia bersandar ke kursi, tiba-tiba muncul wajah mengerikan di sampingnya. Karnilah terlonjak kaget.
"Pengkhianat!" itu yang didengar oleh Karnilah. Sosok itu menghilang setelah mengucapkan kata tersebut.
Karnilah menyentuh dadanya. Jantungnya masih berdegup kencang.
Sudarman menutupi pintu tersebut dengan kertas dinding. Ia membuatnya senatural mungkin agar menyerupai dinding. Lalu diletakkan meja dan vas di depan pintu tersembunyi itu. Lukisan Pantai Mati dari ruang tamu dipindahkan ke sana dan digantung di pintu tersebut.
Meski pun hantu Nino sudah dikurung, Ayuni tetap mengalami keguguran beberapa kali. Hal tersebut membuatnya sangat frustasi dan semakin dihantui dengan rasa bersalah.
Bahkan setiap hari saat Ayuni menyapu dan mengepel, ia menemukan krayon merah di depan pintu itu. Nino tetap melakukan teror meski kamar tersebut sudah disembunyikan.
Suatu hari, Ayuni menyapu di kamarnya. Ia melihat ada ubin yang sedikit mencuat. Ayuni menyentuhnya mengira kalau lantai ubinnya rusak, tapi ternyata di bawah ubin itu tidak ada semen. Itulah sebabnya ubin tersebut sedikit mencuat.
Ayuni membuka ubin tersebut. Ia terkejut melihat ada ruang persegi dengan sisi 30x30x30 sentimeter di bawah ubin tersebut. Ada kotak berwarna hitam di dalamnya. Ayuni mengambilnya. Sayangnya kotak tersebut terkunci oleh gembok kecil.
Karena penasaran, Ayuni mencari gergaji besi di garasi. Setelah menemukannya, ia segera kembali ke kamarnya dan menggergaji gembok kecil yang mengunci kotak tersebut. Akhirnya kotak hitam itu bisa dibuka.
Angin berhembus menerpa wajah Ayuni kala kotanya dibuka. Ada banyak sekali buku dan lembaran kertas berisi mantra di dalam kotak tersebut.
"Apa ini punya Bu Karnilah?" gumam Ayuni. Ia membaca beberpa buku dan kertas tersebut.
Sebenarnya saat pindahan, Karnilah sudah membawa semua barang dan buku mantra milik ibunya lalu membakarnya di Pantai Mati. Namun, Karnilah tidak tahu mengenai ruang kecil di bawah ubin di kamar pribadi ibunya itu yang sekarang menjadi kamar Sudarman dan Ayuni. Surni memasukkan semua buku dan kertas mantra miliknya ke dalam kotak hitam lalu menggemboknya. Setelah itu, ia memasukkannya ke dalam ruang kecil tersebut dan menutupnya dengan ubin.
Ayuni menghabiskan waktunya berhari-hari untuk membaca semua buku dan kertas mantra itu. Saat suaminya datang, ia akan menyembunyikannya ke tempat semula. Lalu saat suaminya pergi, ia akan membacanya lagi.
Semua buku dan kertas mantra itu ditulis oleh Surni. Isinya menjelaskan tentang ilmu hitam, pemujaan pada setan, dan cara-cara untuk melakukan ritual terlarang.
Ada salah satu ritual terlarang yang menarik perhatian Ayuni, yaitu tentang memiliki anak.
"Surni adalah gadis perawan yang bisa melahirkan 6 orang anak. Ia bersetubuh dengan...." Ayuni tidak melanjutkan membaca. Kedua matanya terbelalak lebar. Ia sangat terkejut, karena Surni melahirkan anak-anak dari 'makhluk itu' yang dipujanya.
Ayuni teringat dengan sosok yang menyerupai suaminya waktu itu dan bersetubuh dengannya. Hal tersebut membuat Ayuni berpikir kalau sosok setan yang dimaksud Surni dalam tulisan tersebut adalah sosok yang menyerupai suaminya.
Tengkuknya langsung merinding. Namun, Ayuni sangat menginginkan seorang anak. Ia pun melakukan ritual seperti yang dituliskan di dalam buku tersebut.
Malam itu, suaminya belum pulang. Ayuni meletakkan sesajen di meja depan cermin riasnya. Ia juga menyalakan dupa. Ayuni mengatupkan kedua tangannya lalu ia memejamkan mata dan mulutnya mulai mengucap mantra seperti yang ia baca di buku. Bisikan-bisikan misterius mulai terdengar meniru mantra yang diucapkan oleh Ayuni.
Ayuni selesai membaca mantra. Ia menaburkan kelopak bunga mawar merah ke ranjang.
Tiba-tiba terdengar suara geraman dekat sekali di telinga Ayuni. Wanita itu tampak ketakutan. Tiba-tiba pakaiannya robek tanpa sebab membuat tubuh telanjangnya terekspos. Ayuni menelan saliva. Keringat dingin mengalir dari sekujur tubuhnya.
Tiba-tiba tangan hitam dan besar itu menyentuh dahi Ayuni dan mengelap keringatnya. Ayuni benar-benar ketakutan. Ia ingin berteriak, tapi suaranya tidak keluar.
"Cantik sekali, jangan takut," bisik makhluk itu tepat di telinga Ayuni.
Ayuni berbalik menatap wujud makhluk itu. Ternyata seorang pria tampan berkulit sawo matang. Matanya sayu, hidungnya mancung, dan bibirnya tipis berwarna kemerahan. Ada kumis tipis di atas bibirnya.
Pria itu memakai jas hitam berpolet merah. Ia sangat tampan membuat Ayuni terpesona.
Pria misterius itu mengusap rambut Ayuni. "Kamu ingin seorang anak? Maka puaskan aku."
Tanpa menunggu jawaban Ayuni, pria itu melumat bibir Ayuni lalu mendorongnya ke ranjang dan menggerayangi tubuh indah itu.
Ayuni mendesah pelan saat pria tampan itu menyatukan tubuh mereka. Keduanya mendesah dan sama-sama mencari puncak kenikmatan.
Jika dilihat dari cermin rias, tampak makhluk hitam bertanduk itu tengah menggagahi Ayuni. Suara desahan pria itu yang Ayuni dengar sebenarnya adalah suara geraman dari mulut makhluk itu.
👻 End Flashback 👻
👻👻👻
11.22 | 1 September 2021
By Ucu Irna Marhamah
KAMU SEDANG MEMBACA
SURREPTITIOUS
TerrorSURREPTITIOUS by Ucu Irna Marhamah Amadhea Claresza mendadak bisa melihat sosok-sosok makhluk halus di rumahnya, padahal sebelumnya ia tidak bisa melihat kehadiran mereka di sekitarnya. Gangguan-gangguan dari makhluk-makhluk itu membuat Amadhea pe...