14. Salah Paham

397 14 0
                                    

"Gimana menurut kamu bagus nggak pake ini?" tanya Risha riang pada kekasihnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gimana menurut kamu bagus nggak pake ini?" tanya Risha riang pada kekasihnya.

"Pake apa aja kamu cocok, asal jangan berlebihan."

Risha merenggut kesal sambil mengerucutkan bibirnya, "Jawaban kamu dari tadi bagus terus, masak gak ada satupun yang gak cocok gitu sama aku?"

Si pemuda hanya tersenyum kecil, "Emang faktanya."

"Okey aku pilih warna navy aja deh, mungkin nanti pas pesta ulang tahunku dekorasinya juga warna navy. Nanti kamu pake jas navy juga ya. Oh aku bikin tema warna navy juga boleh pasti seru navy semua."

Sang lawan bicara hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat keantusiasan Risha.

"Aku ke kasir dulu ya Alang."

"Mau aku bayarin?"

Risha melotot pada Alang dan langsung pergi ngacir. 

Langga tersenyum, ia tahu Risha paling tidak suka jika barang-barangnya dibayarkan oleh Langga. Bukannya tidak menghargai, hanya saja Risha tidak ingin dicap sebagai penggila harta. Jika dilihat keluarga Risha pun terbilang sangat mampu bahkan keluarganya merupakan teman bisnis Ayah Langga.

Beralih pada Langga yang saat ini sedang memandangi kawasan mall sambil menunggu Risha. Mereka berdua memang sepakat akan pergi ke mall sepulang sekolah untuk membeli gaun yang akan dipakai Risha di acara ulang tahunnya beberapa hari lagi. Di tempat yang mereka kunjungi ini, memang khusus menjual gaun-gaun pesta yang berkelas tentunya dengan harga yang tidak main-main.

Saat menelusuri tempat ini, tiba-tiba mata Langga tertuju pada gaun selutut berwarna navy meskipun terlihat sederhana tapi tetap terlihat elegan jika dipakai seseorang yang tepat.

Risha yang sedang menunggu di depan petugas kasir tak sengaja melihat Langga yang sedang memberikan gaun kepada pelayan setempat. 

"Harganya Rp 1.239.000,00 Mbak." Risha pun menoleh lagi, segera ia meberikan kartu yang telah diberi oleh Ayahnya untuk keperluannya setiap bulan.

"Sudah?" tanya Langga saat Risha datang dengan paperbag ditangannya.

"Kamu ngapain tadi kok ngasih baju ke pelayannya?"

Langga mengangkat satu alisnya, "Aku cuma nanya model kayak gini ada yang lebih bagus nggak? Siapa tau cocok buat Mama?"

Risha beroh ria, "Oh...Yaudah aku laper nih ke restoran terdekat yuk."

"Ayo."

Keduanya segera meninggalkan tempat ini. Salah satu pelayan toko sempat mengangguk kecil kepada Langga tanpa sepengetahuan Risha, sedangkan Langga hanya membalas dengan tatapan datarnya.

*****

"Makannya jangan kecepatan," tegur Langga sambil menyodorkan minuman kepada Risha yang tersedak. 

Setelah baikan Risha pun bernapas lega, "Hehehe enak sih spaghetinya di sini aku suka." Langga pun ikut tersenyumkecil.

Ia akhirnya bisa bernapas lega setelah Risha mengatakan dengan jujur di sekolah tadi, setidaknya tidak ada kesalah pahaman diantara mereka. Ia ingat dengan perkataan Harum, tak semua kebohongan untuk menutupi sebuah kesalahan. Bisa saja kebohongan untuk menutupi sesuatu yang tak pernah kita pikirkan.

Dengan terpaksa Risha harus mengatakan yang sebenarnya, gadis itu menghela napas kasar. "Sebenarnya aku tadi malem sama Rio," cicit Risha.

Langga mengangkat satu alisnya. "Rio? Maksud kamu mantan kamu?"

"I-ya"

Langga menarik napas pelan dan mengeluarkannya, "Terusin."

"Sebelumnya Rio chat aku dia pengen ketemu berdua untuk terakhir kalinya dia di Indonesia. Katanya Papanya mau ngirim Rio sekolah di Singapura. Aku udah nolak soalnya aku gak mau bikin kamu khawatir. Tapi dia mohon-mohon bilang janji gak akan ganggu aku lagi. Ya udah dengan terpaksa aku terima. Kalo kamu gak percaya liat aja story Ignya dia."

Langga pun menuruti mengeluarkan handponenya untuk memastikan, setelah mencari media sosial mantan Risha itu ternyata benar, dilihat dari storynya foto Rio yang mendarat di Singapura dengan pesawat yang ditumpanginya.

Langga pun beralih kembali pada Risha. "Terus kenapa berbohong sama aku?" tanya Langga.

"Maaf ya Alang. Aku waktu itu juga bingung, mau jujur tapi aku takut kamu gak izinin terus malah bikin kamu khawatir. Maaf ya sekali lagi," Risha menunduk dengan perasaan bersalah yang sangat dalam.

"Emang dia bicara apa aja sampe malem gitu pulangnya."

"Dia bilang minta maaf selama awal hubungan kita dia ganggu aku terus. Dia juga berpesan minta maaf sama kamu. Dia janji bakalan move on, dan fokus sama pendidikannya di luar sana." Setelah mengatakan itu keadaan semakin hening, Langga tak menjawab apapun yang membuat Risha semakin khawatir.

"Kamu marah ya Alang? Aku bener-bener minta maaf ya, aku nyesel banget kalo udah bikin kamu kayak gini."

Langga yang melihat setetes air mata jatuh dari netra kekasihnya, membuatnya luluh. Langsung saja Langga menghapus pipi lembut itu, "Lain kali jangan berbohong, karena itu bikin masalah tambah rumit."

Risha mengangguk setuju, "Aku janji gak bakalan bohong lagi, aku bakalan terus terang sama kamu. Kamu mau kan maafin aku?" 

Langga tersenyum kecil dan membawa Risha kepelukannya. "Iya."

Risha membalas pelukan itu dengan erat. Dalam lubuk hati Langga merasa sangat bersalah mengatakan seperti ini kepada Risha, bukannya disini dirinya sendiri yang telah memulai kebohongan yang sangat jauh. 

 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SALAH RASA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang