Suasana Café 'Damai' sangat tenang di malam hari padahal pengunjung bertambah tiap jamnya, tidak ada kebisingan maupun suara-suara yang keras. Hal ini karena peraturan di tempat ini mengatakan bahwa pengunjung tidak diperbolehkan mengeluarkan suara yang berlebihan seperti teriakan apalagi musik, yang hanya ada suara intrumen yang begitu lembut disediakan oleh café itu sendiri. Bahkan suara dari luar café pun tidak akan terdengar ke dalam, tentu saja ini memikat para pengunjung baik dari anak muda sampai dewasa.
Seperti halnya dua orang pria yang sudah mendekam di tempat itu selama satu jam, yang satu sibuk dengan ipad untuk menyelesaikan tugas mengeditnya sedangkan yang satu lagi hanya melamun sesekali menikmati minuman hangat di depannya.
"Udahlah Den. Mungkin dia bukan jodoh lu, masih banyak yang mau sama lo," ucap sang pria pemegang ipad karena risih melihat temannya yang selalu galau karena gadis yang temannya sukai sudah mempunyai kekasih.
Sedangkan Raden hanya menatap minuman di hadapannya tenang, "Dia berbeda,gak akan bisa gue lupa. Apalagi gue udah kenal dan deket banget, masih belum menerima kenyataan gue." Tentunya Raden masih kecewa, apalagi dirinya yang dulu hadir dalam hidup Harum sebelum pria yang mengaku sebagai pacarnya Harum.
Bahkan sejak hari itu, Raden berusaha menghindari Harum karena rasa sakitnya selalu saja muncul, ia tak terima dirinya yang sudah berencana bertahun-tahun malah kedapatan sama orang baru.
"Terima aja dulu Den, kalo lo masih berharap yang ada lo malah makin jatuh," saran temannya.
Raden tak membalas, mata itu beralih pada pintu café yang terbuka dari luar, di sana sepasang laki-laki dan wanita tengah berjalan dengan sang wanita yang memegang lengan prianya menuju salah satu meja.
Raden terdiam matanya terus tertuju pada kedua manusia itu.
Lima belas menit terlewati dan selama itu pula sesekali netra Raden memperhatikan interaksi kedua remaja itu dengan ponsel sebagai pengalihnya, keduanya terlihat sangat dekat dan serasi.
Raden kembali melirik saat pasangan itu berpelukan mesra di tempat umum, tangan pria itu terkepal erat sampai urat-urat tangannya terlihat.
"Pria brengsek," desis Raden dengan lirih.
*****
Harum mengusap lemut punggung Via sampai gadis kecil itu tertidur, gerakan tangannya tak berhenti karena pikirannya masih berkelana pada banyak hal yang terjadi dalam sehari ini. Mulai dari pria dengan gangguan jiwa yang menyinggung tentang Ayahnya, sampai Risha yang sudah mengetahui hubungannya dengan Langga.
Rasanya perasaan Harum diuat campur aduk, curiga, takut, dan sakit hati menjadi satu.
Ting!
Suara notifikasi pesan dari ponselnya membuat Harum menatap Via yang sepertinya sudah terlelap. Dengan perlahan tangan itu menggapai nakas mengambil dan menggulir layar ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SALAH RASA (TAMAT)
Teen Fiction"Gue bakal sering dateng kesini, dan lo harus menerima gue dengan tangan terbuka. Anggap aja ini pelarian gue saat gue gak bisa sama dia,saat dia lagi sibuk dan saat gue lagi bosen. Itu syarat dari gue,dan gak bisa ditoleransi dengan apapun." "Jang...