Bagai roda yang terus berputar begitulah waktu yang terus berjalan. Entah memakan waktu yang lama atau singkat saat enam tahun sudah berlalu dengan kehidupan masing-masing. Tentunya tidak berjalan dengan netral selalu ada saja takdir ataupun rintangan yang harus dilalui.
Berubah itu pasti, hal yang lumrah dialami semua menusia sampai lingkungan sekitar. Pastinya mereka hanya ingin menempuh satu tujuan mereka masing-masing dengan tekad tersendiri.
Beralih ke kediaman megah keluarga Purana masih terlihat sangat indah seperti saat pertama kali rumah itu di bangun. Meskipun waktu berlalu tak banyak yang berubah, hanya berupa taman yang lebih hijau warna gedung seperti dibuat semakin kalem tapi mewah. Beberapa furniture dirubah mengikuti perubahan teknologi setiap tahunnya.
Lalu bagaiman kondisi manusia di dalamnya? Masih hangat meskipun salah satunya selalu mencoba untuk menjauh.
Seorang wanita paruh baya baru saja keluar dari kamar mandi dengan wajah segar, seperti biasa ia baru saja selesai melakukan rutinitas malamnya sebelum tidur agar kulit wajah tetap sehat. Bahkan di umurnya yang memasuki empat puluh lebih masih tetap sehat dan awet muda.
Di waktu yang bersamaan seseorang membuka pintu kamar dan masuk dengan santainya.
"Mas?"
Merasa terpanggil pria yang sudah mulai tumbuh rambut putih dikepalanya pun menengok melihat istrinya, "Kenapa Ma?"
"Langga masih di ruang kerjanya?" tanya Rani.
"Kayaknya iya, Mas barusan gak ngeliat dia keluar."
Mendengar itu membuat Rani menghela napas pelan, sang suami pun mendekati berusaha menenangkan istrinya. "Nanti dia bakal berhenti kok."
Seorang pria dewasa yang sudah menginjak umur dua puluh lima itu masih sibuk dengan pekerjaannya, bahkan hampir tengah malam begini. Di ruang kerja itu hanya ada suara ketikan komputer dari jari-jari panjangnya, ini dilakukan demi meningkatkan perusahaan sang Papa.
Dengan pakaian santainya berupa celana hitam panjang yang longgar dan kaos putih yang melekat pas di badan kekarnya, semakin menambah aura ketampanan dari sang pewaris keluarga Purana.
Tok! Tok! Tok!
Suara ketukan pintu mengalihkan atensi mata tajam itu, dilihat jam yang sudah menunjukkan pukul sebelas malam membuatnya hafal siapa yang datang.
Tak lama pintu itu terbuka dari luar, Rani menghela napas kasar, lagi-lagi anaknya memilih lembur kerja daripada mementingkan kesehatan tubuhnya.
Pemandangan ini sudah berlangsung lama sejak suaminya sudah mulai mengikutsertakan Langga putra satu-satunya untuk belajar mengenai perusahaan dua tahun lalu.
Wanita paruh baya itu mendekati meja kerja sang putra, "Langga uda_"
"Bentar lagi." Seperti tau apa yang dikatakan mamanya, Langga langsung menjawab tanpa mengalihkan atensinya dari layar komputer.
KAMU SEDANG MEMBACA
SALAH RASA (TAMAT)
Teen Fiction"Gue bakal sering dateng kesini, dan lo harus menerima gue dengan tangan terbuka. Anggap aja ini pelarian gue saat gue gak bisa sama dia,saat dia lagi sibuk dan saat gue lagi bosen. Itu syarat dari gue,dan gak bisa ditoleransi dengan apapun." "Jang...