17. Mengaku Kalah

427 13 0
                                    

Harum menghela napas kasar saat melihat suasana luar sekolah yang sepi karena jam pulang sekolah sudah berlalu satu jam yang lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Harum menghela napas kasar saat melihat suasana luar sekolah yang sepi karena jam pulang sekolah sudah berlalu satu jam yang lalu. Pastinya angkot yang Harum biasa tumpangi sudah lewat sejak tadi. 

Ia tak sadar sudah selama itu berada di ruang BK. Padahal niatnya untuk berbincang-bincang sebentar mengenai beasiswa untuk masuk universitas kepada salah satu guru yang kebetulan mengerti dengan kondisi Harum.Karena guru itu juga Harum bisa mendapatkan beasiswa di sekolah ini. 

Sebenarnya sejak dulu Harum merasa heran kenapa Bu Eli salah satu guru BK yang terkenal killer sangat baik dan perhatian bila dengannya, ia merasa Bu Eli mengetahui dan memahami apapun kondisi Harum. 

Mungkin karena profesinya sebagai guru konseling mudah paham dengan masalah muridnya, mungkin saja Bu Eli juga mengurusi murid lain yang seperti Harum.

"Oh aku coba telfon Raden deh." 

Karena tak mungkin pulang berjalan kaki, Harum memutuskan meminta tolong Raden agar menjemputnya. Baru saja ia akan mengambil handphone di dalam tasnya, saat tak sengaja netranya melihat seseorang yang tak jauh dari tempatnya.

Seorang laki-laki yang mungkin seumuran dengan Ayahnya saat ini memakai pakaian compang-camping yang lusuh, kulit yang tidak terawat karena kotor, rambutnya pun mulai memanjang tak terurus. Biasanya orang menyebutnya dengan gangguan jiwa atau orang gila.

Tapi bukan itu yang membuat Harum terdiam, tetapi karena pria dengan gangguan kejiwaan itu sedang membagi makanannya dengan seekor kucing, sesekali orang itu mengusap pelan kepala sang hewan lucu itu. 

Harum tertegun, ia merasa rendah diri harusnya selama ini ia jangan banyak mengeluh bersyukurlah dirinya masih diberi kehidupan yang layak sampai sekarang.

Menunda kegiatannya, Harum segera pergi ke warung seberang membeli sebungkus nasi dengan uang sakunya yang masih utuh. 

Harum berjalan mendekati sang pria itu, dengan perlahan Harum menaruh plastik dengan sebungkus nasi di depannya. Pria itu dengan perlahan mendongak ke arah Harum.

"Buat Bapak dimakan ya," kata Harum dengan senyum tulusnya.

Sedangkan orang itu tak berucap satu kata pun, yang dia lakukan hanya menatap Harum lekat. 

Harum tersentak kaget saat tiba-tiba tangannya di pegang oleh orang gila itu.

"Kamu?" satu kata yang terucap dari mulut orang di depan Harum. 

Sementara Harum sudah menelan ludah susah payah, dirinya juga takut apalagi di depannya bukanlah orang normal.

"Kamu,dia?" katanya lagi.

Harum semakin gemetar dengan susah payah ia melepaskan genggaman itu. Ia melihat keadaan sekitar yang tak menyadari dengan keadaan Harum.

"Kamu!"

SALAH RASA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang