Sudah seminggu Harum tak masuk sekolah dengan keterangan Alfa karena surat izinnya sudah tak berlaku lagi. Tentu saja hal ini membuat teman sebangkunya curiga, Derin dengan nekat pergi ke rumah Harum setelah sepulang sekolah.
Seperti saat ini, gadis berkacamata itu sudah ada di depan pintu rumah Harum, sedikit merasa curiga saat melihat rumah Harum seperti sepi dan sangat tertutup.
Mengusir rasa curiganya, Derin segera mengetuk pintu di depannya. Masih tidak ada jawaban, ia mencoba lagi.
"Harum?!" Mencoba berteriak memanggil namanya, tetapi lagi-lagi tak ada jawaban yang membuatnya semakin gelisah.
"Nak Derin?"
Derin menoleh ke asal suara,di sana ia melihat Bu Ira tetangga Harum yang sudah ia kenal.
Keduanya saling bertatapan seakan sama-sama memikirkan hal yang sama.
*****
Berulang kali Derin mencoba menghapus air mata yang keluar dari balik kacamatanya, tapi itu semua percuma yang ada aliran itu semakin deras. Bu Ira sendiri juga merasa sedih, keduanya duduk diam berhadapan di ruang tamu kediaman Bu Ira.
Baru saja wanita paruh baya itu menceritakan semua yang dialami Harum kepada Derin, termasuk siapa Via sebenarnya. Tentunya terkecuali masalah Ayah Harum Bu Ira tak berani menceritakan biar waktu yang membuat mereka bertemu nantinya.
"Selama seminggu ini Harum selalu mencoba memulihkan kondisinya, ia juga mulai menerima Via dan Bunda tirinya. Tapi entah mengapa tiba-tiba Harum mengajukan permintaan seperti itu," lanjut Bu Ira sambil menerawang beberapa kejadian yang dialami gadis malang itu.
"A-apa dia akan kembali? Kemana Harum pergi?" Derin, wajah gadis itu sudah memerah menatap sendu agar Bu Ira sedikit memberinya informasi.
"Ibu juga gak tau, yang pasti dia sudah tak ada lagi di tanah ini. Harum hanya berpesan untuk mengatakan pesan maafnya pada kamu dan berjanji akan bertemu suatu saat nanti."
Derin semakin terisak, ia masih tak menyangka sahabatnya pergi tanpa kabar seperti ini. Padahal mereka akan lulus sebentar lagi, apa tidak bisa Harum menundanya.
"Derin?Boleh Ibu nitip sesuatu? Ini dari Harum untuk seseorang."
Derin mendongak, ia menghapus air matanya pelan dan mengangguk kecil, "Boleh bu."
*****
Ketiga pria tampan itu seperti biasa menghabiskan waktu di atas rooftop sekolah, sepertinya tempat itu memang menjadi hak paten untuk mereka.
Zeka sibuk dengan mencoba belajar alat musik gitar, sedangkan Surya selalu heboh dengan game di handphone pemuda itu. Sedangkan yang satu hanya memandangi langit kosong dengan sesekali menghisap benda panjang itu, Zeka dan Surya sendiri diam melihat kelakuan Langga yang aneh akhir-akhir ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SALAH RASA (TAMAT)
Teen Fiction"Gue bakal sering dateng kesini, dan lo harus menerima gue dengan tangan terbuka. Anggap aja ini pelarian gue saat gue gak bisa sama dia,saat dia lagi sibuk dan saat gue lagi bosen. Itu syarat dari gue,dan gak bisa ditoleransi dengan apapun." "Jang...