Langga duduk di balkon kamarnya dengan ditemani dinginnya malam, kepulan asap rokok berterbangan di sekelilingnya. Ia sudah tak tahan untuk menyentuh barang itu, hanya untuk menenangkan pikiran kalut yang bersarang di kepalanya.
Sudah seminggu sejak dirinya dan Harum tak saling bertemu, atau Harum sendiri yang selalu menjauh. Entah mengapa dirinya benar-benar merasa kehilangan.
Bukannya di sini dia yang membawa Harum ke kehidupannya, dan bukannya ia selalu menganggap Harum sebagai pelariannya. Tapi gadis itu membuat semuanya berubah seketika, bahkan di setiap waktu luang selalu membuat Langga melamunkan tentang Harum.
"Arghh!" Langga membuang putung rokok yang tinggal setengah dan menarik rambutnya kasar.
"Gue gak bisa gini terus."
Sedetik kemudian Langga berdiri dengan tergesa mengambil kunci motornya.
Kebetulan orang tua Harum yang masih duduk di ruang keluarga melihat putranya turun dari tangga dengan terburu-buru.
"Langga kamu mau kemana?" tanya Mama Langga.
"Langga ada urusan." Langga terus berjalan tak menghiraukan dengan panggilan Mamanya.
"Langga ini udah malem sayang, di luar mau hujan, kamu--"
"Ma udah kamu tenang dulu," serobot Purana yang sejak tadi diam melihat semuanya.
"Itu anak kamu dibilangin ngeyel banget sih. Aku tuh khawatir bentar lagi pasti hujan, nanti kalau dia sakit gimana?"
Papa Langga segera mengambil tangan istrinya agar kembali duduk. "Langga itu sudah dewasa Ma, dia laki-laki harus bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Nanti pasti ada waktunya dia bakal cerita kan." Mama Rani hanya menghela napasnya pelan dan mengangguk mengerti
*****.
Langga langsung mematikan mesin motornya di halaman rumah yang sudah seminggu tak ia kunjungi. Bahkan dirinya tak merasakan dinginnya cuaca malam ditambah keadaannya yang basah karena guyuran hujan di tengah jalan.
Setelah berlari ia sampai di depan pintu rumah itu, langsung saja ia ketuk dengan keras beberapa kali.
Langga merasa de javu, sebelumnya ia pernah mengalami ini, datang dengan keadaan kacau saat melihat Risha dengan pria lain, tetapi sekarang dengan masalah yang berbeda.
Tak lama pintu itu terbuka menampilkan seorang gadis yang berhasil mencuri pikirannya disaat Langga sudah menjadi milik yang lain.
Harum terkejut bahkan saat melihat keadaan Langga yang sangat jauh dari kata baik.
"Lan? Kamu kenapa! Hujan-hujanan lagi, kamu mau sakit ha--" ucapan Harum terhenti saat tiba-tiba badannya ditubruk oleh pelukan Langga.
Langga sendiri tak tahu mengapa ia melakukan ini, yang pasti dirinya sangat merindukan ocehan kecil Harum. Bahkan Langga tak sadar sudah membuat badan Harum menjadi ikutan basah, pelukan itu semakin ia eratkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SALAH RASA (TAMAT)
Teen Fiction"Gue bakal sering dateng kesini, dan lo harus menerima gue dengan tangan terbuka. Anggap aja ini pelarian gue saat gue gak bisa sama dia,saat dia lagi sibuk dan saat gue lagi bosen. Itu syarat dari gue,dan gak bisa ditoleransi dengan apapun." "Jang...