Derin menatap pergerakan Harum yang sedang menyiapkan baju olahraganya, di jam ketiga ini kelasnya mendapati pelajaran olahraga dan bagi siswa-siswi diberikan waktu lima belas menit untuk bersiap.
Derin hanya bisa diam karena dirinya sejak kemarin mengeluh pusing, ia izin absen di pelajaran ini agar tidak semakin parah sakit kepalanya.
"Derin kalo makin pusing aku anterin ke UKS sekarang yuk," tawar Harum sambil memasukkan buku pelajaran sebelumnya.
"Nggak usah, bawa tidur di kelas sebentar juga mendingan kok."
Sebenarnya sejak tadi Derin ingin menanyakan sesuatu kepada Harum, rasa penasarannya sudah menumpuk di kepalanya. Apa karena ini aku menjadi pusing?
Gadis berkacamata itu menggeleng kecil ia segera menahan tangan Harum, "Harum?"
Gadis yang dipanggil menengok bertanya melalui tatapannya.
"Boleh aku tanya sesuatu sama kamu?"
Harum terkekeh kecil, "Apaan sih Rin? Biasanya kamu langsung nyerocos."
Derin tersenyum ragu sebelum sepatah kalimat ia keluarkan, "Gi-gimana kamu sama Langga?"
Pertanyaan itu membuat senyum Harum luntur, matanya bergerak gelisah.
"Tenang di sini sudah sepi anak-anak udah gak ada kan, aku cuma mau memastikan Harum," ujar Derin karena ia tahu gelagat temannya yang takut di dengar orang lain.
Harum mengangguk kecil,bagaimanapun Derin sahabatnya yang sudah tahu suka dukanya.
"Ya-ya begitu. Kemarin...dia datang ke rumah seperti biasa," lirih Harum berusaha mengekspresikan wajah biasa saja.
Derin langsung membawa tangan Harum di genggamnya, "Harum. Aku gak akan melarang kamu apa pun karena itu juga hak kamu. Tapi aku punya firasat gak enak buat Risha, terakhir kali lihat dia berani menampar kamu udah membuktikan dia seseorang yang bisa melakukan hal nekat tanpa melihat risiko yang diterimanya. Aku takut kamu kenapa-napa."
Harum menghela napas kasar, "Aku tahu Derin, mungkin ini waktunya aku menerima karma karena bagaimanapun aku bukan berada di posisi yang tepat. Bagaimanapun dia melakukan itu karena tidak ingin kehilangan Alan. Kamu jangan takut aku bakal kuat kok untuk kedepannya."
Harum mencoba meyakinkan Derin yang terlihat pasrah.
"Okey, kamu harus hati-hati."
*****
Dalam perjalanan menuju kamar mandi dengan tas kecil di tangannya, Harum terus memikirkan perkataan Derin di kelas barusan. Ia mengerti Derin sangat mengkhawatirkannya, ia merasa sangat terharu biasanya jika temannya berbuat salah, teman yang lain akan menjauhi. Tapi Derin berbeda, dia terus di sisi Harum bahkan selalu mendukung apapun keputusannya.
Harum sudah menemukan teman terbaiknya, Derin.
"Kamu terbaik, Derin." lirih Harum sambil menatapi lantai pijakan sampai tak menyadari seseorang di depannya menatapnya dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
SALAH RASA (TAMAT)
Ficção Adolescente"Gue bakal sering dateng kesini, dan lo harus menerima gue dengan tangan terbuka. Anggap aja ini pelarian gue saat gue gak bisa sama dia,saat dia lagi sibuk dan saat gue lagi bosen. Itu syarat dari gue,dan gak bisa ditoleransi dengan apapun." "Jang...