"Abang pegangin jangan dilepas!" teriak Via saat merasa keseimbangannya miring.
"Iya ini Abang pegangin dari tadi." Sementara di belakang Raden masih menuntun sepeda yang gadis kecil itu tumpangi.
Di sore hari yang sejuk ini Via meminta Raden untuk membantunya mengendarai sepeda kayuh, memang Via sangat takut jika berurusan dengan kendaraan roda dua itu. "Ihh Abang dilepas ya?"
Sedangkan Raden terkekeh kecil, sebenarnya sejak tadi dirinya sudah melepas pegangan hanya berjalan meggikuti kayuhan pelan Via. "Nggak, kamu kayuh terus aja."
Harum yang sejak tadi memandangi keduanya sambil menyirami tanaman di halaman rumah hanya tersenyum kecil. "Via! Kamu hebat udah bisa kayuh sendiri loh."
Mendengar teriakan Aminya, membuat gadis kecil yang sedang mengayuh pelan itu berusaha menarik rem tangan dan kakinya menggapai ke tanah dengan hati-hati.
Di rasa aman Via segera menoleh ke belakang, ia melihat Raden sudah jauh dari jangkaunnya. Raden tertawa melihat ekpresi melongo Via yang masih terlihat sangat terkejut.
"Via bisa sendiri?!" bocah itu bertanya dengan heboh yang dibalas anggukan oleh kedua orang dewasa itu.
"Yeyy! Akhirnya Via bisa naik sepeda," Via bertepuk tangan dengan keras dengan ekspresi bahagianya.
"Kamu main aja di sekitaran sini, hati-hati tapi ya." Via tersenyum lebar dan menganggukkan kepalanya mendengar ucapan Abangnya. Dengan penuh kehati-hatian kaki kecil itu mengayuh sepeda kecilnya yang Harum dapat dari seseorang yang selalu mengiriminya uang untuk kebutuhan Via.
Yah, Harum mendapat berupa kiriman sepeda saat usia Via lima tahun, tak ada banyak kata-kata hanya berupa kertas dengan kalimat hadiah untuk Via. Tentu saja Harum menerima ia yakin orang ini diam-diam masih memperhatikan anaknya yang dia tinggal dengan Harum.
Harum tersentak kaget saat mendengar seseorang memanggil namanya, ia menoleh ternyata sudah ada Raden di sampingnya.
Keduanya duduk berdampingan di teras rumah Harum sambil mengawasi Via.
"Kamu kenapa?" tanya Raden.
"Eh emang aku kenapa?"
"Aku nanya kok malah kamu jawab dengan pertanyaan."
Harum terkekeh kecil, ia pun tersenyum manis sambil melihat ke depan. "Aku gak apa-apa. Aku cuma mau bilang terimah kasih sama kamu."
Raden masih menatap wajah cantik Harum dari samping. "Terimah kasih buat apa?"
"Buat semuanya, kamu udah nemenin Via dan bisa membuat Via ngerasain punya kakak laki-laki. Apalagi buat Ibu kamu aku terimah kasih banyak ya, jasa kalian terlalu besar buat tanda terima kasih saja gak cukup kan."
Dengan spontan tangan Raden mengusap kepala Harum lembut, ia ikut tersenyum kecil saat melihat gadis di sampingnya langsung menoleh. "Kamu kayak sama siapa aja. Kalian udah aku anggap orang yang bener-bener aku sayang. Apalagi Via, dia udah aku anggap adik sendiri. Kami gak minta balasan apapun Harum."
KAMU SEDANG MEMBACA
SALAH RASA (TAMAT)
Teen Fiction"Gue bakal sering dateng kesini, dan lo harus menerima gue dengan tangan terbuka. Anggap aja ini pelarian gue saat gue gak bisa sama dia,saat dia lagi sibuk dan saat gue lagi bosen. Itu syarat dari gue,dan gak bisa ditoleransi dengan apapun." "Jang...