48. Tetap Disalahkan

325 11 0
                                    

"Neng Harum lagi nunggu angkot ya? Barusan temen saya telfon katanya gak bisa narik dulu untuk saat ini, dia baru aja dicegat sama polisi lupa gak bawa SIM

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Neng Harum lagi nunggu angkot ya? Barusan temen saya telfon katanya gak bisa narik dulu untuk saat ini, dia baru aja dicegat sama polisi lupa gak bawa SIM. Pake ojek aja neng."

Harum menghela napas kasar setelah mendengar pesan dari satpam sekolah tadi, yang dia lakukan saat ini adalah terus berjalan menuju pangkalan ojek beberapa meter dari sekolahnya.

"Akh!Tolongin woy! Pergi sana!"

Pergerakan kaki Harum terhenti saat mendengar suara keributan, gadis itu mengernyit heran menatap sekitar yang tak terlihat aneh satu pun. Kembali melangkahkan kakinya membuat suara keributan itu semakin jelas, karena rasa penasaran Harum mencoba mencari asal suara.

Bagaimanapun yang ia dengar berkali-kali adalah kata minta tolong, ia juga takut terjadi apa-apa bila nantinya dia terlambat membantu.

Gadis itu bahkan tak sadar dirinya memasuki gang kecil, terdapat plang dengan tulisan 'Gang Buntu' yang hanya Harum baca sekilas. Berjalan terus melangkah menelusuri gang kecil itu sampai di ujung jalannya.

"Woy!Woy! Pergi gak lo! Kok lo malah ikut gue sih, usir dia!"

"Kok gue sih boss, ogah! Gue juga takut."

Harum melongo di tempat melihat dua pria dengan penampilan bak preman sangat terlihat seram, tapi bukan itu yang membuat Harum terkejut.

Pasalnya keduanya berdiri ketakutan di pojokan hanya karena seekor kucing kecil yang terus mengeong di depannya.

"Meong!"

"HEY! Mana dia bersuara lagi!" Teriak pria bertubuh tambun itu.

Harum berusaha menahan tawa, ternyata badan kekar dan penampilan menakutkan tak menutup kelemahan seseorang. "Kalian takut kucing?"

Kedua pria itu sama-sama terdiam melihat seorang gadis entah sejak kapan berada di sana, pikir mereka.

"I-ya neng bisa tolong singkirin dia gak. Bos saya takut soalnya," ucap pria bertubuh kurus yang langsung dihadiahi tatapan menyeramkan oleh sang bossnya. "HEH! Lo juga takut ya!"

Pria bertubuh tambun itu pun beralih pada gadis berseragam SMA itu, "Maaf neng, dia dari tadi bunyi terus, kan kita jadi terganggu. Bisa tolong singkirin?"

"Dia gitu karena dia lapar," balas Harum sambil menunjuk dua kotak nasi yang masing-masing dipegang erat oleh kedua preman itu.

Dengan telaten Harum menggendong kucing kecil yang terus mengeong itu dan didudukan pada bangku panjang tanpa sandaran di dekat tembok.

Gadis itu beralih pada tas punggungnya, mengeluarkan kotak bekal yang masih tersisa beberapa ikan di dalamnya. "Nih makan," menjulurkan kotak itu pada si hewan kecil yang langsung disantap rakus olehnya.

SALAH RASA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang