"Assalamualaikum Ayah, aku datang lagi Yah," sapa Harum pada gundukan tanah tempat peristirahatan terakhir Ayahnya.
"Tapi aku gak sendiri, aku bawa seseorang ke sini. Ayah pasti inget siapa dia."
Seseorang di samping Harum tersenyum kecil, segera Langga menaruh buket bunga bawaannya di samping buket bunga dari Harum beberapa hari lalu.
Harum sendiri sudah memberitahukan semua tentang keluarga dan masalah yang ia hadapi dulu kepada Langga, mendengar semua cerita Harum membuat Langga semakin merasa prihatin kepada wanita itu. Ternyata hidup Harum tak seindah dengan aura yang wanita itu pancarkan pada setiap orang.
Langga berdeham sebelum menyeruakan sapanya kepada Ayah dari wanita yang ia cintai, "Assalamualaikum Om, saya Alan. Maaf sebelumnya saya baru tahu kabar Om, maaf juga saya ikut andil dalam masalah yang putri anda alami. Saya memang pernah melukainya, tapi saya janji kedepannya tidak ada luka lagi yang putri anda dapatkan baik itu dari saya maupun orang lain. Saya hanya ingin menjaga dan menyayanginya meskipun tak sebesar rasa sayang anda sebelumnya."
Harum tersentuh, ia melihat wajah tulus Langga dari samping.
"Om saya juga ingin meminta sesuatu. Saya ingin anda merestui hubungan saya dan Harum ke jenjang selanjutnya. Saya ingin melamar putri anda Harum Putri Gerisha untuk menjadi istri dan Ibu dari anak-anak saya nantinya."
Harum menegang, wanita itu masih tak menyangka Langga akan membicarakan hal ini. Padahal hubungan mereka masih belum diawali dengan apapun. "A-alan ka-kamu_"
Langga langsung menggenggam tangan Harum, "Maaf aku gak bisa romantis melamar kamu di tempat indah atau dengan hadiah. Aku cuma mau meminta izin dulu pada mendiang Ayah kamu sebelum melamar kamu dengan sesungguhnya, di saksikan secara hukum dan agama. Kita sudah sama-sama dewasa Harum. Apa kamu bersedia menjalani bahtera rumah tangga dengan aku yang masih banyak salah?"
Setetes air mata Harum jatuh, sudah berapa kali Langga membuat Harum menjadi terharu hanya dalam sehari.
Wanita itu mengangguk kecil, "Aku bersedia."
*****
"Kalian hati-hati yah, nanti kita bakal nyusul ke sana kok," ucap Bunda pada putri sulung kesayangannya. Bahkan mata wanita itu memerah merasa takut kehilangan, padahal nantinya mereka akan bertemu lagi.
Harum segera memeluk Bunda tirinya, Ibu kedua baginya. Meskipun dia pernah melakukan sebuah kesalahan tapi Harum tetap akan memaafkan bagaimanapun ini sudah takdir yang maha kuasa.
"Bunda juga hati-hati nanti." Melepaskan pelukan itu Harum beralih pada pria dewasa di samping Bundanya.
Om Adi tersenyum kecil sambil mengusap lembut kepala Harum, "Kamu sudah tumbuh dewasa, Ayah Ibumu pasti bangga di atas sana."
"Terimah kasih Om." Harum menatap sendu Om Adi yang mengingatkan kedua orangtuanya.
Melangkah ke samping, Harum tersenyum melihat gadis yang sejak tadi hanya diam menunduk, ia tahu Via marah kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SALAH RASA (TAMAT)
Teen Fiction"Gue bakal sering dateng kesini, dan lo harus menerima gue dengan tangan terbuka. Anggap aja ini pelarian gue saat gue gak bisa sama dia,saat dia lagi sibuk dan saat gue lagi bosen. Itu syarat dari gue,dan gak bisa ditoleransi dengan apapun." "Jang...