31. Tergores Luka

330 13 0
                                    

Kedua gadis yang selalu bersama itu tengah berjalan santai di koridor sekolah yang mulai sepi, mereka memilih keluar beberapa menit setelah bel pulang sekolah berbunyi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kedua gadis yang selalu bersama itu tengah berjalan santai di koridor sekolah yang mulai sepi, mereka memilih keluar beberapa menit setelah bel pulang sekolah berbunyi. 

"Eh Harum aku kemarin kan pergi ke resepsi saudara, kebetulan aku pake lagi baju desain kamu. Kamu tau mereka bilang apa? Eh Derin kamu beli dimana?Ini pasti mahal ya?Pasti kamu jahit di butik ya? Padahal mereka gak tau kalau temenku yang satu ini desainer terkenal."

Harum terkekeh kecil mendengar antusiasnya Derin bercerita, "Terkenal apanya? Sekampung sih iya hehehe."

Derin pun menyahut, "Amin gitu Rum, siapa tahu aja kan." Harum pun mengaminkan dalam hati, ia juga ingin mempunyai mimpi yang tinggi tapi Harum hanya mengikuti jalan yang sudah diberi Allah kepadanya.

Suasana yang sepi membuat suara beberapa langkah kaki terdengar jelas di telinga mereka berdua. Ternyata di ujung sana dua laki-laki berjalan dengan angkuh tak lupa tatapan mereka yang dingin. 

Harum dan Derin mencoba untuk biasa saja melanjutkan langkah mereka, tapi itu tak berselang lama saat jalan yang akan mereka lalui dihalang oleh kedua laki-laki tadi.

Sontak kedua gadis itu berhenti, mereka sama-sama bingung apalagi kedua pemuda itu menatap tajam kepada Harum. Harum masih diam, bahkan ia juga melihat tatapan Surya teman Langga yang terkenal dengan kekocakannya mendadak menjadi menyeramkan.

"Sur?Lo urus yang satu."

Surya mengangguk mengerti, seketika ia mengalihkan pandangannya pada gadis berkacamata yang membuat Derin mendadak gugup. Gadis itu terkejut saat tangannya ditarik seketika oleh Surya, "HEY! Apaan-apaan kamu!"

Surya tak mendengar, laki-laki itu menarik Derin menjauh. "Harum!"

"Diam lo!" Derin terdiam mendengar bentakan Surya. Surya yang menyadari ketakutan Derin menghela napas kasar, "Gue gak akan apain-apain lo. Tapi temen lo itu yang harus diintrogasi. Jangan temenan sama dia gue gak suka,nanti lo ketularan liciknya lagi."

Derin yang mendengar itu merasa tak terima nama Harum dijelek-jelekkan, "Kalian apain Harum! Jangan ganggu dia hmphttt" Derin meronta saat tangan Surya membekap mulutnya erat.

"Lucu tapi cerewet, jangan sampe gue suka sama lo nanti,"lirih Surya.

Di sisi lain Harum juga khawatir melihat sahabatnya diseret, ia tak bisa membantu karena di sini Zeka juga mencekal tangannya kuat. "Lepasin!Bercandaan kalian gak lucu tau gak!"

Dengan sekali sentakan Zeka melepaskan cekalannya pada tangan Harum. Baru saja Harum akan melangkah saat suara Zeka membuatnya rterdiam, "Selangkah lo pergi, gue bongkar kebusukan lo."

Harum tak mengerti apa yang dibicarakan teman Langga ini, dia merasa tak berbuat salah kepada siapapun kecuali, 

Jantung Harum berdetak cepat saat pikirannya menuju satu hal.

Zeka yang melihat ketegangan Harum terkekeh sinis, "Kenapa sadar kan lo? Gak nyangka polos kayak gini bisa jadi wanita kedua, selera Langga menurun." Saat itu juga rasanya kaki Harum menjadi lemas, bahkan untuk bernapas saja Harum menjadi sulit.

Secepat ini? Batin Harum memejamkan mata menahan mental dan hinaan yang akan terlontar nanti.

*****

Harum membuka pintu perlahan, setelah mendengar beberapa ketukan sebelumnya. Gadis itu tak berani menatap sang tamu, karena tak perlu melihat dari sosoknya saja Harum mengetahui. 

Tiba-tiba tubuhnya terhuyung saat sebuah pelukan hangat menerjangnya.

"Jangan menjauh dari gue lagi," bisikan itu membuat pertahanan Harum runtuh, kenapa dari sekian banyak lelaki kenapa Harum terjebak pada orang yang salah.

Langga mengeratkan genggaman pada wanita di sampingnya,ia tidak tahu kenapa dirinya berakhir memilih mendatangi tempat ini terlebih dahulu. 

Keduanya berakhir duduk berdampingan di sofa ruang tamu Harum dengan tangan saling bertaut seakan takut kehilangan satu sama lain.

Sepertinya waktu memihak keduanya karena Via bocah itu terlelap tenang di kamarnya padahal hari sudah semakin sore. Netra Langga kembali menatap Harum yang sejak tadi hanya menatap kosong ke depan.

Jantung Harum semakin berdetak cepat kala melihat Zeka mengelilinginya dengan tatapan seakan merendahkannya. "Ngasih apa lo ke Langga? Atau dikasih apa aja lo sama Langga?" 

Sontak saja Harum mendongak ia menatap tak percaya kepada Zeka, padahal yang ia tahu Zeka adalah sosok yang rendah hati dan murah senyum.

"Gu-gue gak serendah itu," lirih Harum pedih. Laki-laki itu tersenyum miring, "Menjadi orang ketiga sama saja dengan merendahkan dirinya sendiri. Kayak gak laku aja, sampe yang punya pacar masih diembat."

"Cukup!" bantah Harum bahkan kedua matanya berkaca-kaca tak kuat mendengar hinaan itu, ternyata dirinya masih lemah."Apa yang lo mau?" 

Zeka menatap lekat Harum tepat di matanya. "Lo harus sadar diri apa yang lo lakuin setelah semua ini, jangan ganggu hubungan mereka!Jangan sakiti Risha! Lo bisa tenang untuk saat ini, gue gak akan bilang ini semua sama dia. Karena gue bakal liat sejauh mana kalian akan menutupi ini semua."

"Mereka udah tahu Alan," ucap Harum dengan mata masih menerawang entah kepada apa.

Laki-laki itu mengangguk kaku, sebelumnya pun ia yakin pasti temannya akan mendatangai Harum makanya ia memilih datang ke tempat ini. "Mereka gak keterluan sama lo?" tanya Langga dengan mengusap bahu Harum pelan.

"Aku memang pantes dapat itu semua."

Langga memejamkan matanya erat, ia emosi karena tidak perlu dijelaskan pun pasti Harum mengalami sesuatu yang buruk. 

"Pliss gue mohon bertahan Harum," suara berat Langga membuat Harum tersadar, gadis itu menoleh. "Buat apa Alan?"

"Sekarang aku tanya, apa kamu mempunyai rasa sama aku? Apa rasa itu sama seperti yang kamu berikan pada Risha?" 

Laki-laki terdiam, ia masih bingung dengan hatinya sampai tak bisa menjabarkan yang sebenarnya ia rasakan.

Melihat reaksi Langga membuat Harum terkekeh miris, "Gak lama pasti Risha akan tau Lan. Dan saat itu juga aku tahu kalau yang akan ditinggalkan itu adalah aku. Karena aku cuma pelarian bu_" Gadis itu tak bisa melanjutkan kata-katanya karena tubuhnya sudah ditarik dalam kehangatan yang diberikan Langga.

Langga terus mengusap lembut kepala Harum yang berada di dekapannya, "Lo bukan lagi pelarian buat gue Harum, karena disini gue sendiri yang menarik lo di hubungan ini. Pliss kasih gue waktu buat cari tujuan hati gue yang sebenarnya tanpa menyakiti kalian berdua." 

*****

Anda salah Alangga Pritampurana, apapun  keputusan yang anda pilih pasti salah satunya merasa tersakiti. -pesan author :(

Btw, terimah kasih readers yang udah kasih satu bintangnya:)

Btw, terimah kasih readers yang udah kasih satu bintangnya:)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SALAH RASA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang